Cerita dewasa terbaru kali ini menceritakan kenekatan mahasisiwi jual
diri demi sebuah nilai. Sex yang dibarter dengan nilai kelulusan UAS.
Mahasiswi nakal ketemu dosen cabul, klop dah.. akhirnya terjadilah
hubungan mesum antara mahasiswi dengan dosen tersebut. Seperti apa
cerita dewasanya, simak berikut ini.
Kisah sex unikku ini terjadi
beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada akhir semester 3. Saat itu
adalah detik-detik menjelang Ujian Akhir Semester (UAS).
Seperti
biasanya, beberapa hari sebelum dimulainya UAS nama-nama mahasiswa yang
tidak diperbolehkan ikut ujian karena berbagai sebab seperti over absen,
telat pembayaran, dsb tertera di papan pengumuman di depan ruang TU
fakultas. Hari itu diriku dibuat shock dengan tercantumnya namaku di
daftar cekal salah satu mata kuliah penting, 3 SKS pula.
Diriku
sangat bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas
maksimum tiga kali, apakah diriku salah menghitung, padahal di agendaku
setiap absenku kucatat dengan jelas diriku hanya tiga kali absen di mata
kuliah itu.
Agen Judi Online - Akupun complain masalah ini dengan dosen yang bersangkutan
yaitu Pak Qadar, seorang dosen yang cukup senior di kampusku, beliau
berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit beruban, tubuhnya
pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu. Diajar olehnya
memang enak dan mengerti namun beliau agak cunihin, karena suka
cari-cari kesempatan untuk mencolek atau bercanda dengan mahasiswi yang
cantik pada jam kuliahnya termasuk juga diriku pernah menjadi korban
kecunihinannya.
Karena sudah senior dan menjabat kepala jurusan, beliau
diberi ruangan seluas 5×5 meter bersama dengan Bu Hany yang juga dosen
senior merangkap wakil kepala jurusan. Kuketuk pintunya yang terbuka
setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya pamitan. “Siang Pak
!” sapaku dengan senyum dipaksa “Siang, ada perlu apa ?” “Ini Pak, saya
mau tanya tentang absen saya, kok bisa lebih padahal dicatatan saya
cuma tiga…” demikian kujelaskan panjang lebar dan beliau
mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya. Beberapa menit beliau
meninggalkanku untuk ke TU melihat daftar absen lalu kembali lagi dengan
map absen di tangannya.
Ternyata setelah usut punya usut, diriku
tertinggal satu jadwal kuliah tambahan dan cerobohnya diriku juga lupa
mencatatnya di agendaku. Dengan memohon belas kasih diriku memelas
padanya supaya ada keringanan atau keringanan. “Aduhh…tolong dong pak,
soalnya gak ada yang memberitahu saya tentang yang tambahan itu, jadi
saya juga gak tau pak, bukan salah saya semua doDiang pak” “Tapi kan
dik, anda sendiri harusnya tahu kalau absen yang tiga sebelumnya anda
bolos bukan karena sakit atau apa kan, seharusnya untuk berjaga-jaga
anda tidak absen sebanyak itu dong dulu” Beberapa saat diriku tawar
menawar dengannya namun ujung-ujungnya tetap harga mati, yaitu diriku
tetap tidak boleh ujian dengan kata lain diriku tidak lulus di mata
kuliah tersebut. Kata-kata terakhirnya sebelum diriku pamit hanyalah “Ya
sudah lah dik, sebaiknya anda ambil hikmahnya kejadian ini supaya
memacu anda lebih rajin di kemudian hari” dengan meletakkan tangannya di
bahuku. Dengan lemas dan pucat diriku melangkah keluar dari situ dan
hampir bertabrakan dengan Bu Hany yang menuju ke ruangan itu.
Dalam
perjalanan pulang dimobil pun pikiranku masih kalut sampai mobil di
belakangku mengklaksonku karena tidak memperhatikan lampu sudah hijau.
Hari itu diriku habis 5 batang rokok, padahal sebelumnya jarang sekali
diriku mengisapnya. Diriku sudah susah-susah belajar dan mengerjakan
tugas untuk mata kuliah ini, juga nilai UTS ku 8,8, tapi semuanya
sia-sia hanya karena ceroboh sedikit, yang ada sekarang hanyalah jengkel
dan sesal. Sambil tiduran diriku memindah-mindahkan chanel parabola
dengan remote, hingga sampailah diriku pada chanel TV dari Taiwan yang
kebetulan sedang menayangkan film semi. Terlintas di pikiranku sebuah
cara gila, mengapa diriku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk
menggodanya, diriku sendiri kan penggemar seks bebas. Cuma cara ini
cukup besar taruhannya kalau tidak kena malah diriku yang malu, tapi
biarlah tidak ada salahnya mencoba, gagal ya gagal, begitu pikirku.
Diriku
memikirkan rencana untuk menggodanya dam menetapkan waktunya, yaitu
sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen
lain sudah pulang. Diriku cuma berharap saat itu Bu Hany sudah pulang,
kalau tidak rencana ini bisa tertunda atau mungkin gagal. Keesokan
harinya diriku mulai menjalankan rencanaku dengan berdebar-debar.
Kupakai pakaianku yang seksi berupa sebuah baju tanpa lengan berwarna
biru dipadu dengan rok putih menggantung beberapa senti diatas lutut,
gilanya adalah dibalik semua itu diriku tidak memakai bra maupun celana
dalam. Tegang juga rasanya baru pertama kalinya diriku keluar rumah
tanpa pakaian dalam sama sekali, seperti ada perasaan aneh mengalir
dalam diriku. Birahiku naik membayangkan yang tidak-tidak, terlebih
hembusan AC di mobil semakin membuatku bergairah, udara dingin berhembus
menggelikitik kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Karena agak macet
diriku baru tiba di kampus jam setengah enam, kuharap Pak Qadar masih
di kantornya. Kampus sudah sepi saat itu karena saat menjelang ujian
banyak kelas sudah libur, kalaupun masuk paling cuma untuk pemantapan
atau kuis saja. Diriku naik lift ke tingkat tiga. Seorang karyawan dan
dua mahasiswa yang selift denganku mencuri-curi pandang ke arahku, suatu
hal yang biasa kualami karena diriku sering berpakaian seksi cuma kali
ini bedanya diriku tidak pakai apa-apa di baliknya. Entah bagaimana
reaksi mereka kalau tahu ada seorang gadis di tengah mereka tidak
berpakaian dalam, untungnya pakaianku tidak terlalu ketat sehingga
lekukan tubuhku tidak terjiplak.
Akupun sampai ke ruang beliau di
sebelah lab. bahasa dan kulihat lampunya masih nyala. Kuharap Bu Hany
sudah pulang kalau tidak sia-sialah semuanya. Jantungku berdetak lebih
kencang saat kuketuk pintunya. “Masuk !” sahut suara dari dalam “Selamat
sore Pak !” “Oh, kamu Citra yang kemarin, ada apa lagi nih ?” katanya
sambil memutar kursinya yang menghadap komputer ke arahku. “Itu…Pak mau
membicarakan masalah yang kemarin lagi, apa masih ada keringanan buat
saya” “Waduh…kan bapak udah bilang dari kemarin bahwa tanpa surat opname
atau ijin khusus, kamu tetap dihitung absen, disini aturannya memang
begitu, harap anda maklum” “Jadi sudah tidak ada tawar-menawar lagi Pak
?” “Maaf dik, bapak tidak bisa membantumu dalam hal ini” “Begini saja
Pak, saya punya penawaran terakhir untuk bapak, saya harap bisa menebus
absen saya yang satu itu, bagaimana Pak ?” “Penawaran…penawaran,
memangnya pasar pakai tawar-menawar segala” katanya dengan agak jengkel
karena diriku terus ngotot.
Tanpa pikir panjang lagi diriku
langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan ke arahnya dan
langsung duduk diatas meja tepat disampingnya dengan menyilangkan kaki.
Tingkahku yang nekad ini membuatnya salah tingkah. Selagi Pak Qadar
masih terbengong-bengong kuraih tangannya dan kuletakkan di betisku.
“Ayolah Pak, saya percaya bapak pasti bisa nolongin saya, ini penawaran
terakhir saya, masa bapak gak tertarik dengan yang satu ini” godaku
sambil merundukkan badan ke arahnya sehingga Pak Qadar dapat melihat
belahan payudaraku melalui leher bajuku yang agak rendah. “Dik…kamu-kamu
ini….edan juga…” katanya terpatah-patah karena gugup Wajahku mendekati
wajahnya dan berbisik pelan setengah mendesah : “Sudahlah Pak, tidak
usah pura-pura lagi, nikmati saja selagi bisa” Beliau makin terperangah
tanpa mengedipkan matanya ketika diriku mulai melepaskan kancing bajuku
satu-persatu sampai kedua payudaraku dengan puting pink-nya dan perutku
yang rata terlihat olehnya. Tanpa melepas pandangannya padaku, tangannya
yang tadinya cuma memegang betisku mulai merambat naik ke paha mulusku
disertai sedikit remasan.
Kuturunkan kakiku yang tersilang dan
kurenggangkan pahaku agar beliau lebih leluasa mengelus pahaku. Dengan
setengah berdiri beliau meraih payudaraku dengan tangan yang satunya,
setelah tangannya memenuhi payudaraku Pak Qadar meremasnya pelan
diiringi desahan pendek dari mulutku. “Dadamu bagus juga yah dik,
kencang dan montok” pujinya Beliau lalu mendekatkan mulutnya ke arah
payudaraku, sebuah jilatan menyapu telak putingku disusul dengan gigitan
ringan menyebabkan benda itu mengeras dan tubuhku bergetar. Sementara
tangannya yang lain merambah lebih jauh ke dalam rokku hingga akhirnya
menyentuh pangkal pahaku. Beliau berhenti sejenak ketika jari-jarinya
menyentuh kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa “Ya ampun dik, kamu
tidak pakai dalaman apa-apa ke sini !?” tanyanya terheran-heran dengan
keberanianku “Iyah pak, khusus untuk bapak…makanya bapak harus tolong
saya juga” Tiba-tiba dengan bernafsu Pak Qadar bentangkan lebar-lebar
kedua pahaku dan menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya.
Matanya
seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara
bulu-bulu hitam yang lebat. Sungguh tak pernah terbayang olehku diriku
duduk diatas meja mekakangkan kaki di hadapan dosen yang kuhormati.
Sebentar kemudian lidah Pak Qadar mulai menjilati bibir kemaluanku
dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu
jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke atas
meremasi payudaraku. “Uhhh…!” diriku benar-benar menikmatinya, mataku
terpejam sambil menggigit bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh
sensasi permainan lidah beliau. Diriku mengerang pelan meremas rambutnya
yang tipis, kedua paha mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak
menginginkannya lepas. Lidah itu bergerak semakin liar menyapu
dinding-dinding kemaluanku, yang paling enak adalah ketika ujung
lidahnya beradu dengan klitorisku, duhh…rasanya geli seperti mau
ngompol. Butir-butir keringat mulai keluar seperti embun pada sekujur
tubuhku.
Setelah membuat vaginaku basah kuyup, beliau berdiri dan
melepaskan diri. Pak Qadar membuka celana panjang beserta celana
dalamnya sehingga ‘burung’ yang daritadi sudah sesak dalam sangkarnya
itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Digenggamnya benda itu dan
dibawa mendekati vaginaku “Bapak masukin sekarang aja yah Dik, udah ga
sabar nih” “Eiit…bentar Pak, bapak kan belum ngerasain mulut saya nih,
dijamin ketagihan deh” kataku sambil meraih penisnya dan turun dari meja
Kuturunkan badanku perlahan-lahan dengan gerakan menggoda hingga
berlutut di hadapannya. Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat
perlahan disertai sedikit kocokan. Benda itu bergetar hebat diiringi
desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka
mulutku untuk memasukkan penis itu. Hhmm….hampir sedikit lagi masuk
seluruhnya tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Boleh juga
penisnya untuk seusia beliau, walaupun tidak seperkasa orang-orang kasar
yang pernah ML denganku, miliknya cukup kokoh dan dihiasi sedikit urat,
bagian kepalanya nampak seperti cendawan berdenyut-denyut. Dalam
mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar
mengitari kepala penisnya. Sesekali diriku melirik ke atas melihat
ekspresi wajah beliau menikmati seponganku.
Berdasarkan
pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan oral sex-ku, mereka
biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada penis
mereka, Pak Qadar pun termasuk diantaranya. Beliau mengelus-elus
rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu
tangan. Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar
suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Qadar buru-buru
menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Diriku
disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya. “Ya…ya…sebentar tanggung ini
hampir selesai” sahutnya membalas suara ketukan Dari bawah meja diriku
mendengar beliau sudah membuka pintu dan berbicara dengan seseorang yang
diriku tidak tahu. Kira-kira tiga menitan mereka berbicara, Pak Qadar
mengucapkan terima kasih pada orang itu dan berpesan agar jangan
diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak pekerjaan, lalu pintu
ditutup. “Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum ?” tanyaku setelah keluar
dari kolong meja “Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk
terusin lagi Dik” Lalu dengan cueknya diriku melepaskan baju dan rokku
yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya.
Diriku
berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku,
kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium
aroma khas parfum om-om. Beliau yang memangnya pendek terlihat lebih
pendek lagi karena saat itu diriku mengenakan sepatu yang solnya tinggi.
Kudorong kepalanya diantara kedua gunungku, beliau pasti keenakan
kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba diriku meringis dan mendesis karena
diriku merasakan gigitan pada puting kananku, beliau dengan gemasnya
menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan
mungil itu dan meninggalkan jejak disekitarnya. Tangannya mengelusi
punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat.
“Hhmm…sempurna sekali tubuhmu ini dik, pasti rajin dirawat ya” pujinya
sambil meremas pantatku. Diriku hanya tersenyum kecil menanggapi
pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah,
beliaupun melanjutkan menyusu dari situ. Kali ini Pak Qadar menjilati
seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap
kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri
meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan
menusuk-nusukkan jarinya di sana. Sebagai respon diriku hanya bisa
mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak
sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.
Mulutnya
kini merambat naik menjilati leher jenjangku, beliau juga mengulum
leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya.
Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa
hari. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami saling
beradu dengan liar. Lucunya karena Pak Qadar lebih pendek, diriku harus
sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil berciuman tanganku
meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu. Setelah tiga
menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami melepaskan
diri dari ciuman. “Masukin aja sekarang yah Pak…saya udah gak tahan nih”
pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya. Namun belum sempat
diriku mengeluarkan penisnya, Pak Qadar sudah terlebih dulu mengangkat
tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga ternyata, Pak Qadar masih
sanggup menggendongku dengan kedua tangan lalu diturunkan diatas meja
kerjanya. Pak Qadar berdiri diantara kedua belah pahaku dan membuka
celananya, tangannya memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku.
Tangan kananku meraih benda itu dan membantu menancapkannya.
Perlahan-lahan batang itu melesak masuk membelah bibir vaginaku hingga
tertanam seluruhnya. “Ooohhh….!” desahku dengan tubuh menegang dan
mencengkram bahu Pak Qadar. “Sakit dik ?” tanyanya Diriku hanya
menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri, tapi itu cuma sebentar
karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat, ya nikmat yang semakin
memuncak.
Diriku tidak bisa tidak mendesah setiap kali beliau
menggenjotku, tapi diriku juga harus menjaga volume suaraku agar tidak
terdengar sampai luar, untuk itu kadang diriku harus menggigit bibir
atau jari. Beliau semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini
menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku. Tubuhku
terlonjak-lonjak dan tertekuk sehingga payudaraku semakin membusung ke
arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan beliau yang langsung melumat
yang kiri dengan mulutnya dan meremas-remas yang kanan serta
memilin-milin putingnya. Tak lama kemudian diriku merasa dunia makin
berputar dan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, diriku mendesah
panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggangnya. Cairan
bening mengucur deras dari vaginaku sehingga menimbulkan bunyi kecipak
setiap kali beliau menghujamkan penisnya. Beberapa detik kemudian
tubuhku melemas kembali dan tergeletak di mejanya diantara tumpukan
arsip-arsip dan alat tulis. Diriku hanya bisa mengambil nafas sebentar
karena beliau yang masih bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku
dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai
menyentuh lantai, otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya.
Sambil
meremas pantatku Pak Qadar mendorongkan penisnya itu ke vaginaku.
“Uuhh…nggghhh…!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir
kemaluanku. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan
dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan
dan bergesekan di meja kerjanya. Pak Qadar menggenjotku semakin cepat,
dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini.
Sebisa mungkin diriku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi
tetap saja sesekali diriku menjerit kalau sodokannya keras. Mulutku
mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto
beliau dengan istrinya yang dipajang di sana. Beberapa menit kemudian
Pak Qadar menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku
yang tadinya menempel dimeja kini menggantung bebas. Dengan begitu
tangannya bisa menggerayangi payudaraku. Pak Qadar kemudian mengajak
ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Pak Qadar menjatuhkan
pantatnya disana, namun Pak Qadar mencegahku ketika diriku mau duduk,
disuruhnya diriku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di
depan wajahnya. “Bentar yah Dik, bapak bersihin dulu punyamu ini”
katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu
kemaluanku. “Sslluurrpp….sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu,
cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu.
Diriku mendesis
dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku
dihisapinya selama sepuluh menitan , setelah puas diriku disuruhnya naik
ke pangkuannya dengan posisi berhadapan. Kugenggam penisnya dan
kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku ke bawah
sehingga penis beliau tertancap pada vaginaku. Sedikit demi sedikit
diriku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan
masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku. 20 menit lamanya kami berpacu
dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak. Mulutnya tak
henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya,
sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Akupun akhirnya
tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di selangkanganku, gerak
naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali mengeluarkan cukup
banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan daerah selangkangan
kami. Semakin lama goyanganku semakin lemah, sehingga tinggal beliau
saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku yang sudah lemas di
pangkuannya. Belakangan beliau melepaskanku juga dan menyuruh
menyelesaikannya dengan mulut saja. Diriku masih lemas dan duduk
bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan kananku
meraih penisnya yang belum ejakulasi. Benda itu, juga bulu-bulunya basah
sekali oleh cairanku yang masih hangat. Diriku membuka mulut dan
mengulumnya. Seiring dengan tenagaku yang terkumpul kembali kocokanku
pun lebih cepat.
Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut
diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sperma itu menyemprot
langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi
mulutku, rasanya hangat dan kental dengan aromanya yang familiar
denganku. Inilah saatnya menjajal teknik menyepongku, diriku
berkonsentrasi menelan dan mengisapnya berusaha agar cairan itu tidak
terbuang setetespun. Setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya
sempotannya makin mengecil dan akhirnya berhenti sama sekali. Belum
cukup puas, akupun menjilatinya sampai bersih mengkilat, perlahan-lahan
benda itu melunak kembali. Pak Qadar bersandar pada sofa dengan nafas
terengah-engah dan mengibas-ngibaskan leher kemejanya. Setelah merasa
segar kami kembali memakai pakaian masing-masing. Pak Qadar memuji
permainanku dan berjanji berusaha membantuku mencari pemecahan masalah
ini. Disuruhnya diriku besok datang lagi pada jam yang sama untuk
mendengar keputusannya. Ternyata ketika besoknya diriku datang lagi
keputusannya masih belum kuterima, malahan diriku kembali digarapnya.
Rupanya
Pak Qadar masih belum puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang
kebetulan tanggal merah diriku diajaknya ke sebuah hotel melati di
daerah Tangerang. Disana diriku digarapnya setengah hari dari pagi
sampai sore, bahkan sempat diriku dibuat pingsan sekali. Luar biasa
memang daya tahannya untuk seusianya walaupun dibantu oleh suplemen
pria. Namun perjuanganku tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam
bersama di bathtub Pak Qadar memberitahukan bahwa diriku sudah
diperbolehkan ikut dalam ujian. “Kesananya berusaha sendiri yah Dik,
jangan minta yang lebih lagi, bapak sudah perjuangkan hal ini dalam
rapat kemarin” katanya sambil memencet putingku “Tenang aja Pak, saya
juga tahu diri kok, yang penting saya ga mau perjuangan saya selama ini
sia-sia” jawabku dengan tersenyum kecil Akhirnya akupun lulus dalam mata
kuliah itu walaupun dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit,
lumayanlah daripada tidak lulus. Dan dari sini pula diriku belajar bahwa
terkadang perjuangan itu perlu pengorbanan apa saja.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Nekat Mesum Dengan Dosen Demi Nilai
Namaku Bagus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku
memulai karir baru sebagai auditor di PTPN di kawasan perkebunan Teh di
Jawa Barat.
Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan
asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan
mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Mirna.
Wanita
ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya
sedikit gempal. Mbak Mirna asli Solo, dia menikah dan ikut suami yg
bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan
meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Mirna
mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya
yg sdh tua.
Agen Judi Online - 5 bulan mbak Mirna melayani keperluanku dgn baik,
meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir
pekan. Gaji yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena
besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan
mbak Mirna meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya
dgn detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat
kebiasanya membeli togel dan arisan.
Tidak mengerankan, hanya
beberapa bulan berlalu mbak Mirna telah meminjam uangku lebih dari 2 jt,
dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.
Pagi
itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau
mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk
menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.
Aku
memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti
kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat
lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali
melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku
tdk melangkah lebih jauh.
Semalam, aku dan beberapa temanku sempat
iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak
Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.
Aku
mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang
sebenarnya. Mbak Mirna juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan.
Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau
dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan
karir.
Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor
dan waras. Mbak Mirna masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan
air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak
permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak” aku memulai bicara.
“Nggih Den..”
“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak” aku memulai bicara.
“Nggih Den..”
Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster
lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak
sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing
terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak
dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.
dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.
“Hmm…bingung saya mbak..”Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
“Kenapa den, pusing?” Tanya mbak Mirna.
“Iyah, semalem begadang sm temen2..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sebentar..”Serunya sambil segera berlalu ke dapur.
“Kenapa den, pusing?” Tanya mbak Mirna.
“Iyah, semalem begadang sm temen2..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sebentar..”Serunya sambil segera berlalu ke dapur.
Sekelebat
aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat
mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster,
mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td
sempat terlihat itu makin menggangguku.
“Makasih mbak” ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.
Mbak
Mirna masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku
menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu
pikiranku makin terpuruk.
“Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang ” ujarku.
“Iya den..” Jawabnya pelan.
“Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai kembali pembicaraan.
“Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa..”Jawabnya dengan suara lirih.
“Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang ” ujarku.
“Iya den..” Jawabnya pelan.
“Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai kembali pembicaraan.
“Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa..”Jawabnya dengan suara lirih.
“Waduh..”Jawabku terputus.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.
Mbak Mirna menatap ke lantai, pikiranya
masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya
menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia
segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
“Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
“Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..”Sergahnya.
“Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
“Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..”Sergahnya.
“Apa aja..” Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
“Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..”Tanyaku sambil tersenyum.
“Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain ..”Jawabnya lugu.
“Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjebak.
“Hehe..apa aja den..” Jawabnya sambil tersipu.
“Mbak..mbak..hati2 klo ngomong..”Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
“Maksudnya apa den..”Tanyanya heran.
“Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana..”Lanjutku mulai berani.
“Mbak gak paham den..” Wajahnya masih bingung.
“Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja..”Godaku.
“Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..”Jawabnya.
“Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya”aku berusaha menyudahi percakapan ini.
“Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega.
“Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?”Lanjutnya.
“Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..”Tanyaku sambil tersenyum.
“Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain ..”Jawabnya lugu.
“Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjebak.
“Hehe..apa aja den..” Jawabnya sambil tersipu.
“Mbak..mbak..hati2 klo ngomong..”Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
“Maksudnya apa den..”Tanyanya heran.
“Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana..”Lanjutku mulai berani.
“Mbak gak paham den..” Wajahnya masih bingung.
“Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja..”Godaku.
“Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..”Jawabnya.
“Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya”aku berusaha menyudahi percakapan ini.
“Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega.
“Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?”Lanjutnya.
Aku
yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah
tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari
mulutku.
Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
“Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?”Sergahku.
“Iya den, ngomong aja..”Jawabnya.
“Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?”Sergahku.
“Iya den, ngomong aja..”Jawabnya.
Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.
” Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya..”Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
“Terus Den?” Tanyanya penasaran.
” Mbak temenin saya tidur..”Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.
” Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya..”Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
“Terus Den?” Tanyanya penasaran.
” Mbak temenin saya tidur..”Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.
Wajahnya
sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu,
tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk
tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan
kegilaan ini.
“Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut..”Wajahnya mulai memucat.
“Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”Jawabku, aku tau mukaku memerah.
“Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”Jawabku, aku tau mukaku memerah.
“Mmm…tapi..tapi itu kan gak mungkin den..”Ujarnya dengan suara pelan.
“Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..”Jawabku .
“Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..”Jawabku .
Ruangan
kembali sunyi, mbak Mirna tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan
gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah
terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi
gelapku yg bertindak.
“Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
“Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu..” Jawabnya, suaranya kembali lirih.
“Hhhh…” Aku menghela nafas berat.
“Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
“Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu..” Jawabnya, suaranya kembali lirih.
“Hhhh…” Aku menghela nafas berat.
Mbak Mirna wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
“Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes ..”
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
“Itulah laki2 mbak..” Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.
“Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes ..”
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
“Itulah laki2 mbak..” Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.
Dia
mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku.
Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan
segera pergi menjauh, sementara mbak Mirna tidak punya pilihan lain.
“Sekarang
terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau
menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan..”Jawabku pelan sambil
melangkah ke kamar.
Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang
ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya.
Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja
kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.
Kami kembali sama2 membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.
“Den…apa aden yakin …?” Tiba2 dia berucap.
“Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.
“Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.
Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.
“Hmmmm…baiklah
Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana
sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut
banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan..”
“Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang..”Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.
“Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang..”Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.
Aku
membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku
tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja
terjadi.
Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang
tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Mirna melangkah masuk
sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.
Dia berdiri menatapku di
samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak
terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku
merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Mirna.
Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
“Mbak yakin mau ngelakuin ini”?tanyaku.
“Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah.
“Mbak yakin mau ngelakuin ini”?tanyaku.
“Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah.
Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.
Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.
Memang
sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam
hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.
Aku
menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin
memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku
segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.
Begitu
dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya
dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.
Aku
tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi
dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.
Nafasnya
tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan.
Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku,
daster itu telah tersingkap ke atas.
Aku seperti kesetanan
menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari
tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu
nafsu.
Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih
menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka
lepas pakaianya.
“Den..jangan den..sudaah..” Serunya ketika aku
kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa
menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.
Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.
Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.
Kemudian
aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas
celana pendek dan celana dalamku. Mbak Mirna menangis.
Aku tidak
perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak
Mirna makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang
penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.
“Den..sudahlah
den…jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah..”Jeritnya
ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua
tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.
“Sudah telat mbak” Suaraku bergetar menghardiknya.
Aku
memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya
rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan
kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Mirna.
Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.
Aku
sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas
permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung
menusuk masuk.
Mbak Mirna menjerit terperikan oleh rasa
sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih
diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.
“Ahhh…shhh…oohhh..”
Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke
otak, aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Mirna yg berbulu lebat
membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.
Aku
sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Mirna
kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah
selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.
Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Mirna makin menjadi tangisnya.
“Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sambil memegang bahuku keras.
“Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sambil memegang bahuku keras.
….Selanjutnya
aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin
lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru
suasana.
Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah
berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol.
Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.
Aku
beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Mirna telah berhenti
menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2,
buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah
dengan apa yg tengah terjadi.
Bahkan ketika aku merubah posisi,
mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan
kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Mirna hanya diam. Hujamanku
makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.
“.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.
“.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.
Kemaluan
mbak Mirna yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat
lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan
menggenjotnya. Mbak Mirna seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.
“Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg…” Serunya memohon dengan suara gemetar.
Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.
Mbak Mirna memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.
“Deenn..cabut deen…” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.
“Deenn..cabut deen…” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.
Aliran
sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat
mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku
keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
“Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku panik.
“Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku panik.
Belasan kali
cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Mirna. Aku terpapar
kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya
semuanya usai.
Mbak Mirna melihat proses akhir tadi dengan
seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat
penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.
“Sudah
den..sudah puas ?” Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam
di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat
itu serasa menamparku.
Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.
“Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf..” Jawabku bingung.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.
Aku
melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang
tamu. Mudah2an mbak Mirna tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai
hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.
Mbak
Mirna keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di
kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani
menatapnya atau memulai pembicaraan.
“Ini uangnya saya ambil den,
nanti diusahain dikembaliin kok..” Ujarnya pelan, suaranya
berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
“Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi..”Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
“Gak papa den..gak papa..”Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.
“Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi..”Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
“Gak papa den..gak papa..”Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.
“Sekali lagi maaf mbak..”
Dia
mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan
dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke
dalam kantung dasternya.
Jemariku menyentuh pangkal tangannya,
menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar
sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu
menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.
Aku
melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih
dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Mirna
mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah
dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan
tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan
nanti.
Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja
menunggu mbak Mirna datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak
terjadi. Jam 8 mbak Mirna tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia
membuka pintu depan.
“Loh belum kerja den?” Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
“Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
“Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?” Tertawanya membuatku lega.
“Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. Apa den..?” Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
“Maaf yg kmaren mbak…”Jawabku.
“…..ya ndak papa den…mmm..yo wis..lupain aja..” Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.
“Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
“Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?” Tertawanya membuatku lega.
“Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. Apa den..?” Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
“Maaf yg kmaren mbak…”Jawabku.
“…..ya ndak papa den…mmm..yo wis..lupain aja..” Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.
Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.
Hari2
selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan,
tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Mirna tetap melakukan
pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.
Satu
bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin
banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu
di luar bersama teman2 di akhir pekan.
Hingga pada suatu pagi di
hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Mirna.
Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Mirna, cairan sperma itu
sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.
Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.
” Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah.
“Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu..” Jawabnya.
“Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
“Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu..” Jawabnya seraya melangkah ke dapur.
” Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah.
“Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu..” Jawabnya.
“Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
“Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu..” Jawabnya seraya melangkah ke dapur.
Aku
melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu
cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh,
darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.
Otaku
segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini
aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.
Mbak Mirna telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.
“Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?” Tanyaku basa basi.
“Sehat den…” Jawabnya santai.
“Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?”
“Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar..”
“Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
“Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak..”Jawabnya semangat.
“Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya..”
“Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus..” Jawabnya.
“Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe..” Jawabku.
“Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg..”
“Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis..”Jawabku.
“Duh saya makin banyak utang budi dong den..”Lanjutnya.
“Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak..”
“Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng..”
“Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting..”Jawabku.
“Sehat den…” Jawabnya santai.
“Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?”
“Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar..”
“Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
“Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak..”Jawabnya semangat.
“Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya..”
“Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus..” Jawabnya.
“Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe..” Jawabku.
“Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg..”
“Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis..”Jawabku.
“Duh saya makin banyak utang budi dong den..”Lanjutnya.
“Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak..”
“Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng..”
“Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting..”Jawabku.
Obrolan
pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku
waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan
kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu
kembali membisiki.
Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Mirna datang membawa anak perempuanya ke rumah.
“Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya.”
“Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik..” Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
“Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
“Nggih den….monggo..” Jawabnya.
“Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya.”
“Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik..” Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
“Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
“Nggih den….monggo..” Jawabnya.
Aku segera berlalu, mbak Mirna
terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu.
Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih
muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak,
ucapku dalam hati.
Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
“Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas..”Serunya ketika membuka pintu.
“Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas..”Serunya ketika membuka pintu.
“Makasih mbak..” Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
“Rini kemana mbak, kok sepi..” Ujarku ketika duduk diruang tamu.
” Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya..”Jawabnnya.
“Iya mbak, sudah lama jg gak ujan..”
“Rini kemana mbak, kok sepi..” Ujarku ketika duduk diruang tamu.
” Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya..”Jawabnnya.
“Iya mbak, sudah lama jg gak ujan..”
“Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum..” Lanjutnya.
” mantep nih..makasih mbak..”Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.
” mantep nih..makasih mbak..”Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.
Teh
itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya
segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin
menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.
“Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini..”Ujarku melihatnya mondar mandir.
“Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos..”Jawabnya.
“Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos..”Jawabnya.
Tak
lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk
dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms
teman2ku.
“Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai..” Ujarku memulai pembicaraan.
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
“Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya..”Jawabnya.
“Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih..”Jawabku tersenyum.
“Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya.
“Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja..” Jawabku.
“Makasih den..”
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
“Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya..”Jawabnya.
“Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih..”Jawabku tersenyum.
“Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya.
“Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja..” Jawabku.
“Makasih den..”
Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk
bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya
tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
“Mbak..maaf boleh saya nanya..”
“Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya.
“Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?” Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
“Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa..”jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Boleh nanya lagi mbak..” Lanjutku.
“Monggo den..”
“Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar..” kalimatku makin menjebak.
“….mmmm…gimana ya..gak tau den..”Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
” Sakit..atau jijik mbak..”
“Jijik kenapa..sakit sih iya..” Jawabnya pelan.
“..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa..” Lanjutnya.
” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol..”Jawabku.
“Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok..”Lanjutku makin berani.
“Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah..”Jawabnya.
“…well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak..”
” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali.
” Maksudnya..?”
“Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus..”
“Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak..”Jawabku.
“..mbak juga nyesel..”
” tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak..”
“Apa den..ngomong aja..”Jawabnya penasaran.
“.. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
“….mmm…apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi..” Wajahnya lekat2 menatapku.
” ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu..”Jawabku.
“Mbak..maaf boleh saya nanya..”
“Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya.
“Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?” Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
“Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa..”jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Boleh nanya lagi mbak..” Lanjutku.
“Monggo den..”
“Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar..” kalimatku makin menjebak.
“….mmmm…gimana ya..gak tau den..”Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
” Sakit..atau jijik mbak..”
“Jijik kenapa..sakit sih iya..” Jawabnya pelan.
“..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa..” Lanjutnya.
” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol..”Jawabku.
“Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok..”Lanjutku makin berani.
“Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah..”Jawabnya.
“…well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak..”
” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali.
” Maksudnya..?”
“Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus..”
“Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak..”Jawabku.
“..mbak juga nyesel..”
” tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak..”
“Apa den..ngomong aja..”Jawabnya penasaran.
“.. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
“….mmm…apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi..” Wajahnya lekat2 menatapku.
” ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu..”Jawabku.
Mbak Mirna tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.
“Apa yg aden inget waktu kejadian itu..” Ujarnya.
“Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
“hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi..”
“Sekarang jg lagi mikirin itu mbak..”Aku memotong kalimatnya.
“..hmm…yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den..”Jawabnya.
“Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana..”Responku mencecar pikiranya.
“Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah..”Jawabnya.
“Apa yg aden inget waktu kejadian itu..” Ujarnya.
“Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
“hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi..”
“Sekarang jg lagi mikirin itu mbak..”Aku memotong kalimatnya.
“..hmm…yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den..”Jawabnya.
“Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana..”Responku mencecar pikiranya.
“Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah..”Jawabnya.
Aku
paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis
godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan
bersamaku lagi.
Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
“Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
” Jangan den..dosa….”Jawabnya ketakutan.
“Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
” Jangan den..dosa….”Jawabnya ketakutan.
Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.
Wajahnya
pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku
kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah
melingkar dengan manis di lehernya.
Dia hanya terdiam..tanpa
reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali
ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher
dan belakang telinganya. Mbak Mirna bergidik, tubuhnya merinding.
Mendung
semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin
kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya
keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar…
Mbak
Mirna sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku.
Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.
Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.
Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya
menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali
menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan
bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Mirna
terdengar menderu.
Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas
habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam
lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku
berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.
Mbak Mirna
mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku
tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.
Kulit
kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin
merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah
menggosok2 sekitar selangkanganya.
Penisku telah sedari tadi
diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel
dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Mirna. Dia makin
terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini,
aku sangat beruntung.
Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur.
Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ
telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.
Pahanya
terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi
sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak Mirna dan
desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu
telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.
Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Mirna hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.
“Nikmatilah
mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu
muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan,” ujarku dalam hati.
Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.
“Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.
“Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.
Kami
terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku
makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan.
Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Mirna mulai kewalahan.
Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke
atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama
lagi mbak Mirna mencapai klimaks.
“Buuuk..ibuuuk..di manaaa…rini pengen pipis..” Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.
Kami
yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja
kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
“Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah itu.
“Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah itu.
Damn it..aku menyumpah dalam hati.
“Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar..” Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.
“Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar..” Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.
“Iya buk..” Jawab bocah itu.
“Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul..”Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.
“Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul..”Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.
Aku menahan tanganya, “biar aja mbak..tanggung sebentar lagi..” Ujarku.
“Jangan..nanti dia curiga..” Jawabnya menepis tanganku.
“Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
“Jangan Den..” Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.
“Jangan..nanti dia curiga..” Jawabnya menepis tanganku.
“Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
“Jangan Den..” Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.
Aku menarik
tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya
menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh
benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg
berisik.
“Den..nanti den…sabar..” Jawabnya kebingungan.
Aku
tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir
meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke
belakang. Posisi mbak Mirna sudah menungging di depanku, belahan pantat
itu mempertontonkan lubang anusnya.
Aku menjadi kian brutal,
pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus
itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat,
langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin
bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan
pantatnya.
O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli.
Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Mirna maju mundur
terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.
Permainan
kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi
gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Mirna memutar2 pinggulnya
berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin
meledak.
Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Mirna
gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan
akhirnya dia meraih klimaks.
“Uhhhh…uhhh…dennn….aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh..” Jeritnya sambil terisak.
Kedua
pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja
sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi
penisku di dalam.
Aku ingin segera merasakan hal yg sama,
sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku
berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram
pinggulnya.
“Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik.
“Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik.
Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.
“Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.
“Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.
Sebagian
mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri
permukaan anusnya. Jari tangan mbak Mirna menyelusup dibagian situ,
menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan
cepat.
Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.
Aku
terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Mirna yg masih berdiri
dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma
itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental
dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Mirna.
Hujan
telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah
serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya
baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.
Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.
Semenjak
hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg
kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Mirna meningkat lebih baik.
Hingga
hari ini mbak Mirna masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas.
Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah
waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat
kami terus larut.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Kesempatan Ngentot Janda Desa Yang Terlilit Hutang
Aku sudah mempunyai 2 anak yang masih lucu lucu umurku saat ini 40
tahun, setelah aku membaca di situs ini, aku teringat bahwa aku juga
mempunyai pengalaman sendiri dengan tetangga rumahku, jadi begini awal
ceritanya setiap malam minggu aku suka bermain catur di rumah
tetanggaku.
Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain olahraga,
membaca, otak-atik elektronik dan bercocok tanam. Aku biasanya main
catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yang rumahnya tak jauh dari
rumahku.
Tetanggaku itu tinggal hanya dengan ibunya saja. Kakak
perempuannya sudah menikah, dan tinggal dengan suaminya di lain kota.
Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya.
Kami
saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang ibu
hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah
peristiwa itu, yang tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Peristiwa
yang akhirnya mengubah diriku 180 derajat.
Agen Judi Online - Seperti pada sabtu
sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada
istriku dan segera bergegas ke rumahnya. Udara malam itu memang dingin
sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yang terjadi sore tadi. Singkat
kata aku sudah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, dan tak lama
pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yang membukanya.
“Oh Ibu, ada Barinya bu?” tanyaku ramah.
“Nak Surya? oh Barinya lagi pergi tuh…” jawab si ibu sama ramahnya.
“Ke mana, Bu?”
“Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan…”
“Oh gitu ya?” sahutku. “Kalau gitu, saya pamit aja deh…”
“Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Surya baru sampai?”
“Ah, nggak. Kalau Bari nggak ada, saya pamit aja deh…”
“Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?”
Walau
agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga. Kuikuti dia
masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya.
Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.
“Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”
“Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”
“Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si ibu sambil tersenyum ramah. Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur.
Sambil
menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yang tergeletak di meja tamu
lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu
memanggil dari dapur.
“Nak… Nak, bisa saya minta tolong?”
“Oh, ada apa, Bu?”
Spontan
aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya. Ternyata
kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya. Pas
sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan payudara
si ibu.
Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yang
sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yang macet. Apalagi si ibu
hanya mengenakan daster yang belahan dadanya agak rendah. Aku langsung
terpana melihatnya.
Selain besar, payudaranya juga tampak ranum
dan kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki payudara seindah
itu di usianya yang tak muda lagi. Pemandangan indah itu membuat
Kontolku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yang kukenakan
tanpa kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan payudara si ibu.
Si
ibu yang semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga
melihat perubahan ukuran Kontolku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah
posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan
payudaranya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu.
Akhirnya
setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus
mengendalikan Kontolku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai
juga masalah kompor itu.
“Wah, Nak Surya hebat!” pujinya di sampingku.
“Ah, nggak masalah… cuma masalah kecil kok Bu” sahutku.
“Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.
Walau
aku sudah menduga apa yang akan dia minta itu, tak urung hatiku
berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin
mendekatkan dirinya ke tubuhku.
“A.. aa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.
Sambil mendesah, si ibu berkata parau, “Ibu mau kamu cium ibu…”
Belum
sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium
bibirku. Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami sudah asyik
berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah bibirku
bersentuhan dengan bibirnya yang tipis dan indah itu.
Sambil asyik
berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi payudaranya di
sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya.
Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal
menjalari payudara dan pantatnya yang ranum dan montok itu.
Si
ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi payudara
dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si
ibu aktif meremasi Kontolku dari luar celanaku, membuat juniorku itu
semakin meradang saja ukurannya.
Satu tangannya dia julurkan ke
dadaku untuk meremasi puting susuku yang tercetak jelas dari balik
kemeja kaus ketat yang kukenakan ini. Ketika nafsu kami semakin
memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak,
kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun
sudah bugil.
Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yang bugil
itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi
para perempuan yang lebih muda. Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa
ditutupi, tapi secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi
para lelaki mana saja yang menatapnya.
Apalagi kalau sudah bugil
begini. Bahunya lebar, payudaranya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak
tanda-tanda melorot seperti payudara para wanita seusianya. Perutnya
rata, nyaris tak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok.
Kaki dan betisnya tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga
juga nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.
Di lain
pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah,
hobi olahragaku yang sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku menjadi
sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur
tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau melihatku
telanjang.
“Tubuh Nak Surya keren banget deh… Ibu suka sama lelaki
macho kayak Nak Surya ini…” kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu.
Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar,
meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah
Kontolku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling
meremas apa yang bisa kami remas.
Hanya sebentar kami melakukan
itu. Berikutnya, kami saling membaringkan diri di atas karpet tebal di
ruangan itu. Kami seakan tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Kami
membentuk posisi 69 dan tak lama kami sudah asyik saling menjilati
kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak bersemangat mengulum kemaluanku
sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi
kantung spermaku.
Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan
kuluman istriku tidak sedahsyat kulumannya. Tampaknya si ibu ini
benar-benar sudah lama tidak disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak
begitu ganas.
Di bawah sana, lidah dan jari-jariku tak kalah
aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil
menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan semua yang ada di
sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari
tangan kananku asyik menusuki lubang memeknya.
Kami terus saling
merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium,
menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya. Sampai akhirnya kami
sendiripun merasa tidak tahan. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, serentak
kami berubah posisi.
Si ibu ambil posisi di bawah, sedangkan aku
bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia
buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang surganya yang sangat
indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak
sabar segera kutuntun Kontolku ke lubang memeknya.
Kugesek-gesekkan sejenak kepala Kontolku di bibir memeknya, sebelum akhirnya kudorong pelan.
“Ssleebb…
ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Kontolku tertelan liang
surganya, menimbulkan sensasi nikmat yang susah digambarkan rasanya. Si
ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku
yang hangat dan keras ini memasuki liang surganya.
Memek si ibu
kurasakan masih sempit dan legit. Tidak kalah dengan memek para gadis.
Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat
batang Kontolku yang ukurannya king size itu tampak agak kesulitan
menembusnya.
Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di
titik-titik erotisnya, akhirnya memek si ibu menyerah juga. Lorong yang
hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya,
akibat rangsangan lidah dan tanganku di payudaranya.
Kontolku
terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang surganya. Lalu mulai
kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara
pantatku bergerak maju-mundur mengebor memeknya. Semakin lama gerak
pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras
terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang
kemaluannya.
Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil
kami. Si ibu tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang
tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif
mencakari punggungku yang liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya
karena kukunya yang agak panjang itu.
Aku sendiri tak mau kalah.
Sambil terus memompa Kontolku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya
yang seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yang mulus kulitnya itu.
Sesekali aku menyusui sepasang payudaranya yang menggiurkan itu secara
bergantian.
Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar
menyambut sodokan Kontolku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat
pengaruhnya di batang Kontolku.
Sekitar 15 menit kemudian si ibu
keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh atletisku yang basah kuyup oleh
keringat kami berdua. Kubiarkan dia beristirahat sejenak setelah
orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia.
Kucoba bangkitkan
gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya. Tak lama
kami sudah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas dan
meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yang
liar berhasil membuatnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya
lagi dengan posisi serupa, dia menggeleng.
Dia berdiri lalu
memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar
permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas sofa di ruang
keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar sebelum dia
bergerak lagi.
Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku.
Dipegangnya batang Kontolku yang masih perkasa ini ke arah memeknya yang
sudah mulai basah kembali, lalu… “blesshhhh….” masuk sudah seluruh
batang Kontolku ditelan memeknya.
Pada posisi yang kedua ini, rasa
nikmat yang kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yang king size
ini begitu menikmati pijatan otot-otot memeknya si ibu. Di lain pihak si
ibu tak henti-hentinya mendesis kenikmatan.
Kepalanya tampak
bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Kontolku. Kepala kemaluanku yang
besar ini rupanya berhasil sampai di mulut rahimnya, dan memberikan
kenikmatan tak terhingga baginya.
Turun-naik, keluar-masuk,
memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang. Semakin lama semakin liar
dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya kuremasi payudaranya yang
montok itu dari belakang. Seperti tadi, sekitar 15 menit kupompa
memeknya, dia keluar lagi untuk yang kedua kalinya.
Sebelum aku
keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami melakukannya
dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku berhasil
membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya
persetubuhan yang kami lakukan.
10 menit kemudian, setelah lebih
dari sejam kami bercinta, jebol juga pertahananku. Kutarik Kontolku
keluar dari jepitan memeknya semenit sebelum aku sampai di puncak. Lalu
kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah dan payudara si ibu.
Spermaku
yang kental dan banyak itu membasahi wajah, leher, payudara dan
rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah dia tak puas dengan seluruh
sperma yang kutumpahkan tadi. Setelahnya, dia raih sperma-sperma itu
untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia balurkan ke dada dan kedua
puting susuku, untuk dia jilati seperti seorang anak menjilati sisa-sisa
es krimnya. Membuatku meringis-ringis kegelian.
Puas bercinta,
kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman
dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan
tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar tidak ketahuan
istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis hangat dengan
cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti tidak ada
terjadi apa-apa di antara kami.
Begitu kudapannya habis dan aku
hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku
genit, dia berpesan aku lebih sering-sering mampir ke rumahnya. Aku
hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dia lalu mencium
bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat meremas kemaluanku dari
balik celana, sebelum dia melepasku di teras rumahnya.
Dalam
perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang. Aku
tak pernah menyangka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yang
tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku selama
ini.
Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku
selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yang begitu
menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan
mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yang pandai memuaskanku di
atas ranjang.
Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku
sangat menyesal telah mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi
diriku sendiri kalau perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat
nikmat malah. Ibarat kalau selama ini kita hanya makan ‘opor’ di rumah
tangga kita, selingkuh berarti kita makan ‘opor’ di luar sana, tetapi
dengan variasi, rasa dan sensasi yang berbeda.
Begitu aku sampai
di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba muncul di
sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yang
pertama dan terakhir kalinya terjadi dalam hidupku.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Perselingkuhan Dengan Ibu Temanku
Perkenalkan namaku Radit, ini bener-bener pengalaman yang tak akan
terlupakan bagiku ceritanya aja baru 6 bulan yang lalu, aku tinggal
bersama orang tuaku dan Tante. Tanteku ini adalah adik ibuku yang
perempuan namanya Tante Rena(28thn) dan suaminya(30thn). ceritanya waktu
itu orang tuaku pergi ke Jakarta dengan naik mobil dan yang
mengemudikan kendaraan tersebut adalah suami Tante Rena, mereka
berencana pergi ke Jakarta selama 1 minggu karena sodara ayahku mau
menikahkan anaknya.
Tante Rena yang tidak ikut karena klo pergi
jauh dia sering mabuk, jadinya aku di rumah cuman bersama dengan Tante.
Tante Rena bisa di bilang “Perfect ” mukanya cantik, putih dan tingginya
160cm dan BB 45kg dan BHnya berukuran 38B karena klo aku main di
jemuran aku sering melihatnya BH waktu di Jemur( kan 1 rumah jadina tau
dunk!^^).
Agen Judi Online - Waktu itu Tante Rena sedang belanja ke Supermarket di depan
Perumahan,karena bosen di kamar aku liat VCD yang ku pinjam dari
temen,filmnya sangat menarikkkk karena aku tak tahan kontolku yang udah
berdiri Maximal sih menurutku panjangnya 19 cm diameternya 3,5 cm
kukocok-kocok sendiri pake tangan 30 menit kugosok dan kukocok-kocok
spermaku keluar juga tapi Senjataku ini ngak lembek-lembek juga masih
tetep berdiri , dan kulihat VCD itu adeganya semakin HOT.
Tante
Rena pulang dari supermarket lsg masuk kamar , waktu aku lewat di depan
kamarnya , pintunya agak terbuka sedikit karena waktu itu aku sedang
sangat sangat Bergairah kulihat Tante Rena hanya menggunakan rok mini
dan blus warna Pink, kulihat Tante rena sedang mendengarkan i-pod dan
aku sedang sangat bergairah tak kupikirkan lagi Tante Rena itu siapa ,
yang penting aku bisa menyalurkan hasratku aku masuk diam-diam ke kamar
Tante Rena dan kukunci dari dalam kuncinya aku taruh di di bawah meja
rias Tante Rena , dan Tante Rena belum sadar bahwa aku sudah di dalam
kamarnya,aku pun mulai mendekat dan menjilat pantatnya , Tante Rena
kaget dan turun dari ranjang “apa yang kamu lakukan , dit?” “Tante aku
cuman pengin diajarin ML” “Sadar dit kamu tuh ponakanku” di dalam hati
hati ku bicara ” so WHAT?”.
Ku robek blusnya dan wow! Payudara
yang ranum putih dan berisi di dalam BH berwarna merah menantang, dia
menjerit saat kuperkosa tapi ku inyahkan saja kutarik tangannya ke
belakang kuikat dengan celana tidurnya, kujatuhkan dia di sofa dan dia
jatuh menungging ku angkat rok mininya ke atas dan mulai ku elus2
selangkanganya dan dia mendesah “shhhhh jaaaannnggaaannn diiittt
shhhhhhhh……sssshhh……aaahhhh…” dan ternyata tanpa terduga, wow CDnya
lama-lama mulai basah,kulepas rok mininya dan CD dan kuangkat dia ke
ranjang, ku baringkan dia lalu kutarik ke pinggir ranjang aku sudah
telanjang bulat waktu itu , ku angkat ke2 kakinya ke atas tak piker apa2
ku masukan kontolku ke vaginanya , rasanya pertama sempit tapi
lama-lama vaginanya dapat menerima kontolku ….. slop
….slop….sloppp…..slop…slop……kumasukan kukeluarkan berkali kali mungkin
hingga Tante Rena berkata ” dittt…….ahhhhh….dit….enak
dit……teruss………..ahhhh.”
Wah Tante rena dah mulai menyukai
permainanku, aku tambah bersemangat hingga akhirnya Tante Rena orgasme
duluan 15 menit kemudian Tante Rena Orgasme yang ke 2 tapi kok aku belom
sampe yach 5 menit kemudian aku merasa kontolku ingin mengeluarkan
sesuatu dan crot..crot…crot…crot.4x kontolku menyemburkan spermanya di
liang tTante Rena.
Aku masih lemas berusaha melepas ikatan dan
kuciumi bibir Tante rena yang merah merona kucumbu dia dengan permainan
lidah dan dia bereaksi membalas ciumanku dengan ganas karena aku masih
agak punya tenaga ku tungguingkan Tante rena dan kulancarkan serangan
dengan gaya doggy style permainanya cuman bertahan 30 menit.
kami
tertidur selama 3 jam ketika aku bangun Tante Rena sedang make-up di
depan meja rias dan dia tanya di mana kuncinya karena mau pergi ke
arisan dulu dan kuberikan kuncinya ke Tante Rena dan akhirnya ia pergi.
aku mandi dan kembali ke kamarku kulihat ada obat perangsang tiba2
keluar ide jahilku .
Jam 7 malam Tante Rena kembali Rumah kubuatkan dia teh hangat dengan campuran obat perangsang, aku kembali kamar bersiap siap pasti Tante Rena akan ke kamarku. memang bener Tante Rena datang ke kamarku 5 menit kemudian aku sudah telanjang dan dia membuka seluruh pakaiannya kutarik dia ke ranjang dan kucumbu dia dengan ganas. akhirnya selama 6 bulan ini aku dan Tante Rena sering melakukannya minimal sih 4x seminggu. nah cuman itu doank yang bisa aku ceritain pengalamanku. sekian terima kasih.
Jam 7 malam Tante Rena kembali Rumah kubuatkan dia teh hangat dengan campuran obat perangsang, aku kembali kamar bersiap siap pasti Tante Rena akan ke kamarku. memang bener Tante Rena datang ke kamarku 5 menit kemudian aku sudah telanjang dan dia membuka seluruh pakaiannya kutarik dia ke ranjang dan kucumbu dia dengan ganas. akhirnya selama 6 bulan ini aku dan Tante Rena sering melakukannya minimal sih 4x seminggu. nah cuman itu doank yang bisa aku ceritain pengalamanku. sekian terima kasih.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Kuperkosa Tante Kandungku Yang Bohay Di Kamar
Kisah ini berawal dari jaman aku SMA. Dulu waktu masih sekolah SMA,
aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Aku tak pernah mendekati
seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang
yang jelek-jelek amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku
beraksi dibidang olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan
banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka
mereka.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu
perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya
Dewi. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil
mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya
meninggal ketika aku masih SMP bibiku mendirikan usaha sendiri di kota
ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia
bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika
datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya.
Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan.
Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan
muda. Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya.
Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih
32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya
sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku
benar-benar berdebar-debar.
Agen Judi Online - “Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
Selama
tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab
dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak
Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat
dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak
terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak
Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta
juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri.
Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
Aku
duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang.
Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia
tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
“Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja”
“Serius mbak”
“Makasih”
“Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah,
sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak
serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”,
katanya. “Gimana kuliahmu?”
“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.
“Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”
Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
Aku
memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali
aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa
melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar
juga. Tercium bau harum parfumnya.
“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?”
“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,
Ia diam.
“Semenjak
aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa
itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula
aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping
mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin
sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit
sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”,
kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi
perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama
mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.
“Maaf
wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun ditinggal
sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di
ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan
menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar
mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping. cerita sogopoker.me
“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
Aku
menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun
masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak
Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana
dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai
menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar
mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk
menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini
nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah
ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.
“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”
“Untuk
yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu
tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
Kami
naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu kami pergi
belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak
Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak
ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di
mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan
sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa
perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak
Dewi bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku
membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat
mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu
kalau lagi butuh buat kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang
sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan
memberikan sebuah kotak hadiah.
“Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,
Ia
tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia
mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku
memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.
“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
“Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”
Aku
memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan
bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan
menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami
berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi mengangkat paha kirinya ke
pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku
lalu mengikutinya.
“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.
“Aku juga bingung mbak”
Kami
berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku
sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul
keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat
itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar
besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu
menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi
ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
Aku
lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku
baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta
mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.
Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol
kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif
bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.
“Kenapa mbak?” kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
Ia
memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja
merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut, hangat
lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak
Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu
ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan
ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.
“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia
mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku.
Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret,
mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya.
Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu
dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya
naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali
ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu.
Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak
Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat.
Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu
untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
Aku
tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur,
posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi,
kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di
ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”,
mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke
rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi
mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di
atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh
suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun.
Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak
mbak Dewi sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”
“eh?”, aku kaget.
“Sebenarnya,
aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang
ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga
mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”,
katanya.
Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
Setelah
itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku mulai
mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia menemukan
partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena
punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah
cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup
bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih
seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya