Posted by : Unknown
Kamis, 09 Agustus 2018
Cerita dewasa terbaru kali ini menceritakan kenekatan mahasisiwi jual
diri demi sebuah nilai. Sex yang dibarter dengan nilai kelulusan UAS.
Mahasiswi nakal ketemu dosen cabul, klop dah.. akhirnya terjadilah
hubungan mesum antara mahasiswi dengan dosen tersebut. Seperti apa
cerita dewasanya, simak berikut ini.
Kisah sex unikku ini terjadi
beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada akhir semester 3. Saat itu
adalah detik-detik menjelang Ujian Akhir Semester (UAS).
Seperti
biasanya, beberapa hari sebelum dimulainya UAS nama-nama mahasiswa yang
tidak diperbolehkan ikut ujian karena berbagai sebab seperti over absen,
telat pembayaran, dsb tertera di papan pengumuman di depan ruang TU
fakultas. Hari itu diriku dibuat shock dengan tercantumnya namaku di
daftar cekal salah satu mata kuliah penting, 3 SKS pula.
Diriku
sangat bingung disana tertulis absenku sudah empat kali, melebihi batas
maksimum tiga kali, apakah diriku salah menghitung, padahal di agendaku
setiap absenku kucatat dengan jelas diriku hanya tiga kali absen di mata
kuliah itu.
Agen Judi Online - Akupun complain masalah ini dengan dosen yang bersangkutan
yaitu Pak Qadar, seorang dosen yang cukup senior di kampusku, beliau
berumur pertengahan 40-an, berkacamata dan sedikit beruban, tubuhnya
pendek kalau dibanding denganku hanya sampai sedagu. Diajar olehnya
memang enak dan mengerti namun beliau agak cunihin, karena suka
cari-cari kesempatan untuk mencolek atau bercanda dengan mahasiswi yang
cantik pada jam kuliahnya termasuk juga diriku pernah menjadi korban
kecunihinannya.
Karena sudah senior dan menjabat kepala jurusan, beliau
diberi ruangan seluas 5×5 meter bersama dengan Bu Hany yang juga dosen
senior merangkap wakil kepala jurusan. Kuketuk pintunya yang terbuka
setelah seorang mahasiswa yang sedang bicara padanya pamitan. “Siang Pak
!” sapaku dengan senyum dipaksa “Siang, ada perlu apa ?” “Ini Pak, saya
mau tanya tentang absen saya, kok bisa lebih padahal dicatatan saya
cuma tiga…” demikian kujelaskan panjang lebar dan beliau
mengangguk-anggukkan kepala mendengarnya. Beberapa menit beliau
meninggalkanku untuk ke TU melihat daftar absen lalu kembali lagi dengan
map absen di tangannya.
Ternyata setelah usut punya usut, diriku
tertinggal satu jadwal kuliah tambahan dan cerobohnya diriku juga lupa
mencatatnya di agendaku. Dengan memohon belas kasih diriku memelas
padanya supaya ada keringanan atau keringanan. “Aduhh…tolong dong pak,
soalnya gak ada yang memberitahu saya tentang yang tambahan itu, jadi
saya juga gak tau pak, bukan salah saya semua doDiang pak” “Tapi kan
dik, anda sendiri harusnya tahu kalau absen yang tiga sebelumnya anda
bolos bukan karena sakit atau apa kan, seharusnya untuk berjaga-jaga
anda tidak absen sebanyak itu dong dulu” Beberapa saat diriku tawar
menawar dengannya namun ujung-ujungnya tetap harga mati, yaitu diriku
tetap tidak boleh ujian dengan kata lain diriku tidak lulus di mata
kuliah tersebut. Kata-kata terakhirnya sebelum diriku pamit hanyalah “Ya
sudah lah dik, sebaiknya anda ambil hikmahnya kejadian ini supaya
memacu anda lebih rajin di kemudian hari” dengan meletakkan tangannya di
bahuku. Dengan lemas dan pucat diriku melangkah keluar dari situ dan
hampir bertabrakan dengan Bu Hany yang menuju ke ruangan itu.
Dalam
perjalanan pulang dimobil pun pikiranku masih kalut sampai mobil di
belakangku mengklaksonku karena tidak memperhatikan lampu sudah hijau.
Hari itu diriku habis 5 batang rokok, padahal sebelumnya jarang sekali
diriku mengisapnya. Diriku sudah susah-susah belajar dan mengerjakan
tugas untuk mata kuliah ini, juga nilai UTS ku 8,8, tapi semuanya
sia-sia hanya karena ceroboh sedikit, yang ada sekarang hanyalah jengkel
dan sesal. Sambil tiduran diriku memindah-mindahkan chanel parabola
dengan remote, hingga sampailah diriku pada chanel TV dari Taiwan yang
kebetulan sedang menayangkan film semi. Terlintas di pikiranku sebuah
cara gila, mengapa diriku tidak memanfaatkan sifat cunihinnya itu untuk
menggodanya, diriku sendiri kan penggemar seks bebas. Cuma cara ini
cukup besar taruhannya kalau tidak kena malah diriku yang malu, tapi
biarlah tidak ada salahnya mencoba, gagal ya gagal, begitu pikirku.
Diriku
memikirkan rencana untuk menggodanya dam menetapkan waktunya, yaitu
sore jam 5 lebih, biasanya jam itu kampus mulai sepi dan dosen-dosen
lain sudah pulang. Diriku cuma berharap saat itu Bu Hany sudah pulang,
kalau tidak rencana ini bisa tertunda atau mungkin gagal. Keesokan
harinya diriku mulai menjalankan rencanaku dengan berdebar-debar.
Kupakai pakaianku yang seksi berupa sebuah baju tanpa lengan berwarna
biru dipadu dengan rok putih menggantung beberapa senti diatas lutut,
gilanya adalah dibalik semua itu diriku tidak memakai bra maupun celana
dalam. Tegang juga rasanya baru pertama kalinya diriku keluar rumah
tanpa pakaian dalam sama sekali, seperti ada perasaan aneh mengalir
dalam diriku. Birahiku naik membayangkan yang tidak-tidak, terlebih
hembusan AC di mobil semakin membuatku bergairah, udara dingin berhembus
menggelikitik kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Karena agak macet
diriku baru tiba di kampus jam setengah enam, kuharap Pak Qadar masih
di kantornya. Kampus sudah sepi saat itu karena saat menjelang ujian
banyak kelas sudah libur, kalaupun masuk paling cuma untuk pemantapan
atau kuis saja. Diriku naik lift ke tingkat tiga. Seorang karyawan dan
dua mahasiswa yang selift denganku mencuri-curi pandang ke arahku, suatu
hal yang biasa kualami karena diriku sering berpakaian seksi cuma kali
ini bedanya diriku tidak pakai apa-apa di baliknya. Entah bagaimana
reaksi mereka kalau tahu ada seorang gadis di tengah mereka tidak
berpakaian dalam, untungnya pakaianku tidak terlalu ketat sehingga
lekukan tubuhku tidak terjiplak.
Akupun sampai ke ruang beliau di
sebelah lab. bahasa dan kulihat lampunya masih nyala. Kuharap Bu Hany
sudah pulang kalau tidak sia-sialah semuanya. Jantungku berdetak lebih
kencang saat kuketuk pintunya. “Masuk !” sahut suara dari dalam “Selamat
sore Pak !” “Oh, kamu Citra yang kemarin, ada apa lagi nih ?” katanya
sambil memutar kursinya yang menghadap komputer ke arahku. “Itu…Pak mau
membicarakan masalah yang kemarin lagi, apa masih ada keringanan buat
saya” “Waduh…kan bapak udah bilang dari kemarin bahwa tanpa surat opname
atau ijin khusus, kamu tetap dihitung absen, disini aturannya memang
begitu, harap anda maklum” “Jadi sudah tidak ada tawar-menawar lagi Pak
?” “Maaf dik, bapak tidak bisa membantumu dalam hal ini” “Begini saja
Pak, saya punya penawaran terakhir untuk bapak, saya harap bisa menebus
absen saya yang satu itu, bagaimana Pak ?” “Penawaran…penawaran,
memangnya pasar pakai tawar-menawar segala” katanya dengan agak jengkel
karena diriku terus ngotot.
Tanpa pikir panjang lagi diriku
langsung menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan ke arahnya dan
langsung duduk diatas meja tepat disampingnya dengan menyilangkan kaki.
Tingkahku yang nekad ini membuatnya salah tingkah. Selagi Pak Qadar
masih terbengong-bengong kuraih tangannya dan kuletakkan di betisku.
“Ayolah Pak, saya percaya bapak pasti bisa nolongin saya, ini penawaran
terakhir saya, masa bapak gak tertarik dengan yang satu ini” godaku
sambil merundukkan badan ke arahnya sehingga Pak Qadar dapat melihat
belahan payudaraku melalui leher bajuku yang agak rendah. “Dik…kamu-kamu
ini….edan juga…” katanya terpatah-patah karena gugup Wajahku mendekati
wajahnya dan berbisik pelan setengah mendesah : “Sudahlah Pak, tidak
usah pura-pura lagi, nikmati saja selagi bisa” Beliau makin terperangah
tanpa mengedipkan matanya ketika diriku mulai melepaskan kancing bajuku
satu-persatu sampai kedua payudaraku dengan puting pink-nya dan perutku
yang rata terlihat olehnya. Tanpa melepas pandangannya padaku, tangannya
yang tadinya cuma memegang betisku mulai merambat naik ke paha mulusku
disertai sedikit remasan.
Kuturunkan kakiku yang tersilang dan
kurenggangkan pahaku agar beliau lebih leluasa mengelus pahaku. Dengan
setengah berdiri beliau meraih payudaraku dengan tangan yang satunya,
setelah tangannya memenuhi payudaraku Pak Qadar meremasnya pelan
diiringi desahan pendek dari mulutku. “Dadamu bagus juga yah dik,
kencang dan montok” pujinya Beliau lalu mendekatkan mulutnya ke arah
payudaraku, sebuah jilatan menyapu telak putingku disusul dengan gigitan
ringan menyebabkan benda itu mengeras dan tubuhku bergetar. Sementara
tangannya yang lain merambah lebih jauh ke dalam rokku hingga akhirnya
menyentuh pangkal pahaku. Beliau berhenti sejenak ketika jari-jarinya
menyentuh kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa “Ya ampun dik, kamu
tidak pakai dalaman apa-apa ke sini !?” tanyanya terheran-heran dengan
keberanianku “Iyah pak, khusus untuk bapak…makanya bapak harus tolong
saya juga” Tiba-tiba dengan bernafsu Pak Qadar bentangkan lebar-lebar
kedua pahaku dan menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya.
Matanya
seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara
bulu-bulu hitam yang lebat. Sungguh tak pernah terbayang olehku diriku
duduk diatas meja mekakangkan kaki di hadapan dosen yang kuhormati.
Sebentar kemudian lidah Pak Qadar mulai menjilati bibir kemaluanku
dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu
jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke atas
meremasi payudaraku. “Uhhh…!” diriku benar-benar menikmatinya, mataku
terpejam sambil menggigit bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh
sensasi permainan lidah beliau. Diriku mengerang pelan meremas rambutnya
yang tipis, kedua paha mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak
menginginkannya lepas. Lidah itu bergerak semakin liar menyapu
dinding-dinding kemaluanku, yang paling enak adalah ketika ujung
lidahnya beradu dengan klitorisku, duhh…rasanya geli seperti mau
ngompol. Butir-butir keringat mulai keluar seperti embun pada sekujur
tubuhku.
Setelah membuat vaginaku basah kuyup, beliau berdiri dan
melepaskan diri. Pak Qadar membuka celana panjang beserta celana
dalamnya sehingga ‘burung’ yang daritadi sudah sesak dalam sangkarnya
itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Digenggamnya benda itu dan
dibawa mendekati vaginaku “Bapak masukin sekarang aja yah Dik, udah ga
sabar nih” “Eiit…bentar Pak, bapak kan belum ngerasain mulut saya nih,
dijamin ketagihan deh” kataku sambil meraih penisnya dan turun dari meja
Kuturunkan badanku perlahan-lahan dengan gerakan menggoda hingga
berlutut di hadapannya. Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat
perlahan disertai sedikit kocokan. Benda itu bergetar hebat diiringi
desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka
mulutku untuk memasukkan penis itu. Hhmm….hampir sedikit lagi masuk
seluruhnya tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku. Boleh juga
penisnya untuk seusia beliau, walaupun tidak seperkasa orang-orang kasar
yang pernah ML denganku, miliknya cukup kokoh dan dihiasi sedikit urat,
bagian kepalanya nampak seperti cendawan berdenyut-denyut. Dalam
mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar
mengitari kepala penisnya. Sesekali diriku melirik ke atas melihat
ekspresi wajah beliau menikmati seponganku.
Berdasarkan
pengalaman, sudah banyak cowok kelabakan dengan oral sex-ku, mereka
biasa mengerang-ngerang tak karuan bila lidahku sudah beraksi pada penis
mereka, Pak Qadar pun termasuk diantaranya. Beliau mengelus-elus
rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu
tangan. Namun ada sedikit gangguan di tengah kenikmatan. Terdengar
suara pintu diketuk sehingga kami agak panik. Pak Qadar buru-buru
menaikkan kembali celananya dan meneguk air dari gelasnya. Diriku
disuruhnya sembunyi di bawah meja kerjanya. “Ya…ya…sebentar tanggung ini
hampir selesai” sahutnya membalas suara ketukan Dari bawah meja diriku
mendengar beliau sudah membuka pintu dan berbicara dengan seseorang yang
diriku tidak tahu. Kira-kira tiga menitan mereka berbicara, Pak Qadar
mengucapkan terima kasih pada orang itu dan berpesan agar jangan
diganggu dengan alasan sedang lembur dan banyak pekerjaan, lalu pintu
ditutup. “Siapa tadi itu Pak, sudah aman belum ?” tanyaku setelah keluar
dari kolong meja “Tenang cuma karyawan mengantar surat ini kok, yuk
terusin lagi Dik” Lalu dengan cueknya diriku melepaskan baju dan rokku
yang sudah terbuka hingga telanjang bulat di hadapannya.
Diriku
berjalan ke arahnya yang sedang melongo menatapi ketelanjanganku,
kulingkarkan lenganku di lehernya dan memeluknya. Dari tubuhnya tercium
aroma khas parfum om-om. Beliau yang memangnya pendek terlihat lebih
pendek lagi karena saat itu diriku mengenakan sepatu yang solnya tinggi.
Kudorong kepalanya diantara kedua gunungku, beliau pasti keenakan
kuperlakukan seperti itu. Tiba-tiba diriku meringis dan mendesis karena
diriku merasakan gigitan pada puting kananku, beliau dengan gemasnya
menggigit dan mencupangi putingku itu, giginya digetarkan pada bulatan
mungil itu dan meninggalkan jejak disekitarnya. Tangannya mengelusi
punggungku menurun hingga mencengkram pantatku yang bulat dan padat.
“Hhmm…sempurna sekali tubuhmu ini dik, pasti rajin dirawat ya” pujinya
sambil meremas pantatku. Diriku hanya tersenyum kecil menanggapi
pujiannya lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku yang sebelah,
beliaupun melanjutkan menyusu dari situ. Kali ini Pak Qadar menjilati
seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu diemut dan dihisap
kuat-kuat. Tangannya dibawah sana juga tidak bisa diam, yang kiri
meremas-remas pantat dan pahaku, yang kanan menggerayangi vaginaku dan
menusuk-nusukkan jarinya di sana. Sebagai respon diriku hanya bisa
mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak
sehingga walaupun ruangan ini ber-AC, keringatku tetap menetes-netes.
Mulutnya
kini merambat naik menjilati leher jenjangku, beliau juga mengulum
leherku dan mencupanginya seperti Dracula memangsa korbannya.
Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah selama beberapa
hari. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku dimana lidah kami saling
beradu dengan liar. Lucunya karena Pak Qadar lebih pendek, diriku harus
sedikit menunduk untuk bercumbuan dengannya. Sambil berciuman tanganku
meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu. Setelah tiga
menitan karena merasa pegal lidah dan susah bernafas kami melepaskan
diri dari ciuman. “Masukin aja sekarang yah Pak…saya udah gak tahan nih”
pintaku sambil terus menurunkan resleting celananya. Namun belum sempat
diriku mengeluarkan penisnya, Pak Qadar sudah terlebih dulu mengangkat
tubuhku. Wow, pendek-pendek gini kuat juga ternyata, Pak Qadar masih
sanggup menggendongku dengan kedua tangan lalu diturunkan diatas meja
kerjanya. Pak Qadar berdiri diantara kedua belah pahaku dan membuka
celananya, tangannya memegang penis itu dan mengarahkannya ke vaginaku.
Tangan kananku meraih benda itu dan membantu menancapkannya.
Perlahan-lahan batang itu melesak masuk membelah bibir vaginaku hingga
tertanam seluruhnya. “Ooohhh….!” desahku dengan tubuh menegang dan
mencengkram bahu Pak Qadar. “Sakit dik ?” tanyanya Diriku hanya
menggeleng walaupun rasanya memang agak nyeri, tapi itu cuma sebentar
karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat, ya nikmat yang semakin
memuncak.
Diriku tidak bisa tidak mendesah setiap kali beliau
menggenjotku, tapi diriku juga harus menjaga volume suaraku agar tidak
terdengar sampai luar, untuk itu kadang diriku harus menggigit bibir
atau jari. Beliau semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal ini
menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku. Tubuhku
terlonjak-lonjak dan tertekuk sehingga payudaraku semakin membusung ke
arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan beliau yang langsung melumat
yang kiri dengan mulutnya dan meremas-remas yang kanan serta
memilin-milin putingnya. Tak lama kemudian diriku merasa dunia makin
berputar dan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, diriku mendesah
panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggangnya. Cairan
bening mengucur deras dari vaginaku sehingga menimbulkan bunyi kecipak
setiap kali beliau menghujamkan penisnya. Beberapa detik kemudian
tubuhku melemas kembali dan tergeletak di mejanya diantara tumpukan
arsip-arsip dan alat tulis. Diriku hanya bisa mengambil nafas sebentar
karena beliau yang masih bertenaga melanjutkan ronde berikutnya. Tubuhku
dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai
menyentuh lantai, otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya.
Sambil
meremas pantatku Pak Qadar mendorongkan penisnya itu ke vaginaku.
“Uuhh…nggghhh…!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir
kemaluanku. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan
dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan
dan bergesekan di meja kerjanya. Pak Qadar menggenjotku semakin cepat,
dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini.
Sebisa mungkin diriku menjaga suaraku agar tidak terlalu keras, tapi
tetap saja sesekali diriku menjerit kalau sodokannya keras. Mulutku
mengap-mengap dan mataku menatap dengan pandangan kosong pada foto
beliau dengan istrinya yang dipajang di sana. Beberapa menit kemudian
Pak Qadar menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku
yang tadinya menempel dimeja kini menggantung bebas. Dengan begitu
tangannya bisa menggerayangi payudaraku. Pak Qadar kemudian mengajak
ganti posisi, digandengnya tanganku menuju sofa. Pak Qadar menjatuhkan
pantatnya disana, namun Pak Qadar mencegahku ketika diriku mau duduk,
disuruhnya diriku berdiri di hadapannya, sehingga kemaluanku tepat di
depan wajahnya. “Bentar yah Dik, bapak bersihin dulu punyamu ini”
katanya seraya menempelkan mulutnya pada kerimbunan bulu-bulu
kemaluanku. “Sslluurrpp….sshhrrp” dijilatinya kemaluanku yang basah itu,
cairan orgasmeku diseruputnya dengan bernafsu.
Diriku mendesis
dan meremas rambutnya sebagai respon atas tindakannya. Vaginaku
dihisapinya selama sepuluh menitan , setelah puas diriku disuruhnya naik
ke pangkuannya dengan posisi berhadapan. Kugenggam penisnya dan
kuarahkan ke lubangku, setelah rasanya pas kutekan badanku ke bawah
sehingga penis beliau tertancap pada vaginaku. Sedikit demi sedikit
diriku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan
masuklah batang itu seluruhnya ke dalamku. 20 menit lamanya kami berpacu
dalam gaya demikian berlomba-lomba mencapai puncak. Mulutnya tak
henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya,
sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Akupun akhirnya
tidak tahan lagi dengan memuncaknya rasa nikmat di selangkanganku, gerak
naik turunku semakin cepat sampai vaginaku kembali mengeluarkan cukup
banyak cairan orgasme yang membasahi penisnya dan daerah selangkangan
kami. Semakin lama goyanganku semakin lemah, sehingga tinggal beliau
saja yang masih menghentak-hentakkan tubuhku yang sudah lemas di
pangkuannya. Belakangan beliau melepaskanku juga dan menyuruh
menyelesaikannya dengan mulut saja. Diriku masih lemas dan duduk
bersimpuh di lantai di antara kedua kakinya, kugerakkan tangan kananku
meraih penisnya yang belum ejakulasi. Benda itu, juga bulu-bulunya basah
sekali oleh cairanku yang masih hangat. Diriku membuka mulut dan
mengulumnya. Seiring dengan tenagaku yang terkumpul kembali kocokanku
pun lebih cepat.
Hingga akhirnya batang itu semakin berdenyut
diiringi suara erangan parau dari mulutnya. Sperma itu menyemprot
langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi
mulutku, rasanya hangat dan kental dengan aromanya yang familiar
denganku. Inilah saatnya menjajal teknik menyepongku, diriku
berkonsentrasi menelan dan mengisapnya berusaha agar cairan itu tidak
terbuang setetespun. Setelah perjuangan yang cukup berat akhirnya
sempotannya makin mengecil dan akhirnya berhenti sama sekali. Belum
cukup puas, akupun menjilatinya sampai bersih mengkilat, perlahan-lahan
benda itu melunak kembali. Pak Qadar bersandar pada sofa dengan nafas
terengah-engah dan mengibas-ngibaskan leher kemejanya. Setelah merasa
segar kami kembali memakai pakaian masing-masing. Pak Qadar memuji
permainanku dan berjanji berusaha membantuku mencari pemecahan masalah
ini. Disuruhnya diriku besok datang lagi pada jam yang sama untuk
mendengar keputusannya. Ternyata ketika besoknya diriku datang lagi
keputusannya masih belum kuterima, malahan diriku kembali digarapnya.
Rupanya
Pak Qadar masih belum puas dengan pelayananku. Dan besok lusanya yang
kebetulan tanggal merah diriku diajaknya ke sebuah hotel melati di
daerah Tangerang. Disana diriku digarapnya setengah hari dari pagi
sampai sore, bahkan sempat diriku dibuat pingsan sekali. Luar biasa
memang daya tahannya untuk seusianya walaupun dibantu oleh suplemen
pria. Namun perjuanganku tidaklah sia-sia, ketika sedang berendam
bersama di bathtub Pak Qadar memberitahukan bahwa diriku sudah
diperbolehkan ikut dalam ujian. “Kesananya berusaha sendiri yah Dik,
jangan minta yang lebih lagi, bapak sudah perjuangkan hal ini dalam
rapat kemarin” katanya sambil memencet putingku “Tenang aja Pak, saya
juga tahu diri kok, yang penting saya ga mau perjuangan saya selama ini
sia-sia” jawabku dengan tersenyum kecil Akhirnya akupun lulus dalam mata
kuliah itu walaupun dengan nilai B karena UAS-nya lumayan sulit,
lumayanlah daripada tidak lulus. Dan dari sini pula diriku belajar bahwa
terkadang perjuangan itu perlu pengorbanan apa saja.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Po , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Nekat Mesum Dengan Dosen Demi Nilai

Hallo Teman-Teman Yang Suka Baca, Cerita Dewasa Dan Bokep ...
BalasHapusYuk Kunjungi di sini dan Jangan Lupa Bantu Share Ya Dan Like !!!
Cukup kunjungi link dibawah ini :
CERITA DEWASA
CERITA DEWASA 1 ===>> Arena Dewasa
CERITA DEWASA 2 ===>> Sexy Angel
CERITA DEWASA 3 ===>> Global Dewasa
CERITA DEWASA 4 ===>> Janda Kembang
FILM BOKEP
NONTON BOKEP 1 ===>> Dewasa Tube
NONTON BOKEP 2 ===>> Serial Semi