Archive for Mei 2018
Nama saya Anton umurku 18 tahun tinggi badanku 178 cm dengan badan ideal
dan atletis. Aku anak dari keluarga yang berkecukupan. Aku punya adik
bernama Vivi yang berusia 16 tahun.
Sekarang aku duduk di salah satu SMA negeri di Bandung Aku di kelas
12 dan adikku kelas 10. Walaupun adikku baru berusia 16 tahun tapi dia
sudah sangat cantik dan seksi karena Mama sering mengajarinya berdandan,
kadang adikku suka menemani Mama ke salon.
Mamaku masih berumur 38 tahun masih cantik dan seksi tingginya
sekitar 165 cm dengan berat badan yang ideal. Papa berusia 40 masih
gagah. Karena mereka berasal dari keluarga yang berkecukupan sehingga
mereka tidak takut untuk nikah muda. Sampai sekarang walaupun sudah lama
menikah mereka tetap awet muda. Mama sering tinggal di rumah sedangkan
Papa adalah orang yang sibuk dengan bisnisnya. Kami tinggal di rumah
yang cukup besar di sebuah perumahan mewah di Bandung. Ada 5 kamar, dua
kamar di bawah dan 3 kamar lagi di lantai 2. Kamar Adikku berada di atas
bersebelahan dengan kamar tamu. Sedangkan kamarku berada di bawah, tapi
berada sedikit jauh dari kamar Mama, karena terhalang oleh ruang
tengah. Kamar Mama dan kamar tamu memiliki kamar mandi masing-masing.
Agen Judi Online - Enam bulan belakangan ini hubungan Mama dan Papa sedikit merenggang
mereka sudah tak lagi tidur sekamar. Papa yang sibuk dengan bisnisnya
sering pulang malam dan tidur di kamar tamu yang bersebelahan kamar
adikku. Mama sering tidur sendiri di kamarnya dan kadang tidur bareng
dengan adikku jika Papa tidur di kamar Mama. Hubungan aku dan kedua
orang tuaku jadi sedikit renggang. Adikku memang masih dekat dengan
Mama, tapi dia semakin jauh dengan Papa. Sebenarnya aku sudah resah
dengan keadaan ini aku takut kerenggangan ini terus berlanjut hingga
orang tuaku bercerai. Walaupun ini tidak mengganggu kegiatan sekolahku
dan Adikku tetap saja aku khawatir.
Suatu hari teman-temanku mengajak keluar malam nanti jam 8 untuk
merayakan ulang tahun salah satu temanku di sekolah. Klo pergi ke luar
biasanya aku suka memakai parfum Papa yang selalu di simpan di lemari di
kamarnya (kamar Mama). Sore harinya aku pergi ke kamar Mama aku melihat
tidak ada orang di sana tapi laptop Mama masih menyala, mungkin Mama
lagi di kamar mandi. Dengan langkah yang hati-hati aku menuju lemari
baju Papa dan Mama. Lemarinya berukuran sangat besar sehingga
memungkinkan seseorang untuk bersembunyi di dalamnya.
Cerita Sex Dengan Ibu Kandung –Aku
perlahan-lahan membuka lemarinya untuk mencari parfum Papa dan tiba-tiba
pintu kamar mandi terbuka aku kaget dan langsung bersembunyi di dalam
lemari. Lemari ini memiliki pintu yang terbuat dari kayu yang
dihimpit-himpit miring sehingga aku bisa melihat dengan jelas melalui
celah kayu tersebut. Mama keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai
celana dalam dan BH. Aku kaget, baru kali ini aku melihat Mama
telanjang, dadanya Mama terbilang biasa, tidak besar ataupula kecil tapi
sangat seksi dan masih terlindung oleh BH-nya. Mama duduk di samping
ranjang kedian mengambil sesuatu dari lemari kecil di pinggir tempat
tidur. Mama mengambil sebuah dildo berukuran sedang yang tidak lebih
besar dari penisku klo sedang tegang.
Mama menurunkan CD-nya dan melepaskan BH-nya lalu terlentang di kamar
tidur, baru kali ini aku melihat perempuan telanjang bulat seperti ini.
Mama memutar sebuah film porno di laptopnya. Kemudian Mama membuka
selangkangannya dan menyelipkan sebuah bantal kecil tepat di bawah
pantatnya hingga vaginanya sedikit terangkat. Perlahan demi perlahan
Mama memasukan dildo itu ke dalam vaginanya kemudian mengocoknya secara
perlahan.
“Ahhh…..ahh…. uhhhhh….” Mama mengerang seirama dengan kocokan
dildonya. Tangan satunya lagi meremas-remas dadanya yang seksi. Melihat
kejadian ini aku sudah terangsang penisku sangat tegang dan tanpa
kusadari aku mulai mengocok-ngocok penisku di dalam celanaku.
“Ahhh….ahhh…” dan tanpa aku sadari aku mengerang cukup keras dan kedengaran oleh Mama.
“Siapa itu?” Mama menghentikan kocokan dildonya, menutup laptopnya kemudian berjalan ke arah lemari.
“Siapa di dalam?”…. “Papa?” ….”Ngapain Papa di dalam lemari?”.
“Ahhh….ahhh…” dan tanpa aku sadari aku mengerang cukup keras dan kedengaran oleh Mama.
“Siapa itu?” Mama menghentikan kocokan dildonya, menutup laptopnya kemudian berjalan ke arah lemari.
“Siapa di dalam?”…. “Papa?” ….”Ngapain Papa di dalam lemari?”.
“Pa?…. kok jam segini udah pulang?” Mama terus bicara sambil mendekati lemari
Aku kaget dan tak tahu apa yang harus aku lakukan.
“Ini Anton ma” aku menjawab secara perlahan. “Anton ngapain kamu di dalam?” Mama kemudian membuka pintu lemari. “Kamu ngapain di dalam?” aku hanya bisa tertunduk malu di depan Mamaku yang sedang telanjang.
Aku kaget dan tak tahu apa yang harus aku lakukan.
“Ini Anton ma” aku menjawab secara perlahan. “Anton ngapain kamu di dalam?” Mama kemudian membuka pintu lemari. “Kamu ngapain di dalam?” aku hanya bisa tertunduk malu di depan Mamaku yang sedang telanjang.
“a…anu… ma… anton mau ngambil parfun Papa, dan tiba-tiba Mama datang, jadi anton langsung sembunyi di dalam lemari”.
“Kamu ini klo kamu mau ngambil parfum Papa kenapa harus sembunyi-sembunyi, Mama ga akan marah ko, ayo keluar dari lemari”. Kemudian aku keluar dari lemari sembari menutupi bagian penis yang masih tegang.
“Kamu tadi liat Mama ya?”
“Iya ma, maafin anton ya, anton janji ga akan ngulanginya lagi”
“sudah ga pa pa, ayo keluar, itu nya jangan di pegangin gitu donk” Mama sambil melihat ke bagian penisku yang masih pakai celana.
“Kamu ini klo kamu mau ngambil parfum Papa kenapa harus sembunyi-sembunyi, Mama ga akan marah ko, ayo keluar dari lemari”. Kemudian aku keluar dari lemari sembari menutupi bagian penis yang masih tegang.
“Kamu tadi liat Mama ya?”
“Iya ma, maafin anton ya, anton janji ga akan ngulanginya lagi”
“sudah ga pa pa, ayo keluar, itu nya jangan di pegangin gitu donk” Mama sambil melihat ke bagian penisku yang masih pakai celana.
“Maafin anton ya ma”
“sudah gak apa apa” lalu Mama memelukku, penisku nempel di bagian perut Mama dan membuat penisku semakin tegang.
“Anton, itu punya kamu?” “punya mu sudah gede ya, sini biar Mama liat” mema bertanya dengan penasaran apa yang menempel di perutnya.
“sudah gak apa apa” lalu Mama memelukku, penisku nempel di bagian perut Mama dan membuat penisku semakin tegang.
“Anton, itu punya kamu?” “punya mu sudah gede ya, sini biar Mama liat” mema bertanya dengan penasaran apa yang menempel di perutnya.
“tapi ma…….”
“ayo ga usah malu, aku ini Mamamu, sini biar Mama liat”. Kemudian Mama berjongkok mengeluarkan penisku yang sudah tegang tak tertahankan.
“Sudah berapa lama tegang seperti ini?, kasihan klo ga di keluarin”
“ dari tadi ma”
“ayo ga usah malu, aku ini Mamamu, sini biar Mama liat”. Kemudian Mama berjongkok mengeluarkan penisku yang sudah tegang tak tertahankan.
“Sudah berapa lama tegang seperti ini?, kasihan klo ga di keluarin”
“ dari tadi ma”
“Mama keluarin ya biar ga tegang lagi”. Kemudian Mama mengocok
perlahan penisku, tak ku sangka Mama malah memasukan penisku ke
mulutnya. Perlahan-lahan aku merasakan nikmat yang luar biasa, untuk
pertama kalinya penisku dinikmati oleh perempuan, dan itu pun adalah
Mamaku. Sedotan demi sedotan aku rasakan semakin nikmat di penisku.
“Enakkk maa,, terus…., terus,,” nada ku sedikit mengerang.
“klo kamu mau kamu boleh sambil peras-peras susu Mama”. tanpa pikir panjang aku mulai memeras susu Mama.
“klo kamu mau kamu boleh sambil peras-peras susu Mama”. tanpa pikir panjang aku mulai memeras susu Mama.
“Ton, di ranjang yuk, klo sambil berdiri gini ga bebas ngulumnya”.
Lalu Mama mengajakku ke atas tempat tidurnya,aku terlentang di atas
tempat tidur Mama terus mengkulum penisku dengan bibirnya yang seksi
sambil terus ku remas-remas susunya. Beberapa menit berlalu,
“Ma anton mau keluar”
“Ma anton mau keluar”
“keluarin aja di mulut Mama, jangan malu”
“iya ma”….. ahhhhhh…….ahhhhhh,….anton keluar…..” aku mengeluarkan spermaku di dalam mulut Mama dan Mama terus menghisapnya sampe tidak ada sperma yang keluar dari mulutnya,
“wah sperma kamu banyak juga ya ton, Mama jadi ketagihan”.
“Ma maafin anton ya” aku berbaring di pinggir Mama, kemudian kita ngobrol dengan tetap telanjang. Mama curhat tentang masalahnya dengan Papa, sudah lebih dari enam bulan Mama tidak berhubungan badan dengan Papa. Mama selalu melampiaskan nafsu seksnya dengan dildo, walaupun demikian Mama selalu minum pil KB sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu Papa ingin menyetubuhi Mama.
Sekitar sepuluh menit kita ngombrol omongan Mama semakin panas. Dengan sedikit berbisik Mama bicara
“Ton kamu mau puasin Mama ga?”
“maksud Mama?.
“iya ma”….. ahhhhhh…….ahhhhhh,….anton keluar…..” aku mengeluarkan spermaku di dalam mulut Mama dan Mama terus menghisapnya sampe tidak ada sperma yang keluar dari mulutnya,
“wah sperma kamu banyak juga ya ton, Mama jadi ketagihan”.
“Ma maafin anton ya” aku berbaring di pinggir Mama, kemudian kita ngobrol dengan tetap telanjang. Mama curhat tentang masalahnya dengan Papa, sudah lebih dari enam bulan Mama tidak berhubungan badan dengan Papa. Mama selalu melampiaskan nafsu seksnya dengan dildo, walaupun demikian Mama selalu minum pil KB sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu Papa ingin menyetubuhi Mama.
Sekitar sepuluh menit kita ngombrol omongan Mama semakin panas. Dengan sedikit berbisik Mama bicara
“Ton kamu mau puasin Mama ga?”
“maksud Mama?.
“ayo ton jilatin puting Mama, dari tadi Mama udah ga tahan pengen di
jilatin.” Pikirku rasanya egois klo tidak muasin Mama juga, tanpa pikir
lagi aku langsung menjilati puting Mama. kiri dan kanan bergantian aku
jilati sembari memainkan tangan kananku di vagina Mama.
“Awwww…anton kamu nakal juga ya” ucap Mama ketika jariku bergerayam di vaginanya. Kemudian aku turunkan jilatanku ke vagina Mama,
“Anton kamu pintar banget, belajar dari mana sayang? Sering nonton ya?”
“Iya ma biasa sama anak-anak”
“gak apa-apa asal kamu jangan jajan sembarangan” Aku terus melanjutkan permainanku di vagina Mama.
Melihat ekspresi Mama yang terangsang akupun kembali mulai terangsang, penisku perlahan-lahan mulai naik dan bergerak bebas di kaki dan paha Mama.
“Sayang penis kamu udah naik lagi ya, Mama udah ga tahan masukin aja punyamu ke vagina Mama”. “beneran ma?”
“Awwww…anton kamu nakal juga ya” ucap Mama ketika jariku bergerayam di vaginanya. Kemudian aku turunkan jilatanku ke vagina Mama,
“Anton kamu pintar banget, belajar dari mana sayang? Sering nonton ya?”
“Iya ma biasa sama anak-anak”
“gak apa-apa asal kamu jangan jajan sembarangan” Aku terus melanjutkan permainanku di vagina Mama.
Melihat ekspresi Mama yang terangsang akupun kembali mulai terangsang, penisku perlahan-lahan mulai naik dan bergerak bebas di kaki dan paha Mama.
“Sayang penis kamu udah naik lagi ya, Mama udah ga tahan masukin aja punyamu ke vagina Mama”. “beneran ma?”
“Iya sayang, sini biar Mama hisap dulu penis kamu” Mama memintaku
untuk memasukan penisku di mulutnya lagi. Bibir seksi Mama dan lidah
Mama yang bermain di kepala penisku membuat penisku semakin tegang.
“Anton, sekarang kamu masukin punyamu ke vagina Mama” Mama melepaskan penisku dan membimbingnya ke vagina Mama.
“Jangan takut, Mama kan suka minum pil KB, Mama ga akan hamil ko”.
Aku arahkan penisku ke lubang vagina Mama, lubang tempat dulu aku lahir. Posisi Mama terlentang dan selangkangannya terbuka, Mama menyelipkan bantal kecil di bawah pantatnya sehingga Vaginanya sedikit terangkat, kemudian tangan Mama membimbing penisku sampai di bibir vaginanya. Aku merasakan hangat sekali di kepala penisku.
“Jangan takut, Mama kan suka minum pil KB, Mama ga akan hamil ko”.
Aku arahkan penisku ke lubang vagina Mama, lubang tempat dulu aku lahir. Posisi Mama terlentang dan selangkangannya terbuka, Mama menyelipkan bantal kecil di bawah pantatnya sehingga Vaginanya sedikit terangkat, kemudian tangan Mama membimbing penisku sampai di bibir vaginanya. Aku merasakan hangat sekali di kepala penisku.
“sayang, sekarang kamu tekan perlahan “ perlahan aku menekannya
sampai kepala penisku masuk. “Ahhh sayang, punya kamu gede dan enak,
terus tekan”. Terasa hangat, basah dan enak sekali Vagina Mama. Aku
melanjutkan sampai seluruh batang penisku amblas di telan Vagina Mama.
“Tahan dulu sayang, biarkan vagina Mama terbiasa dulu dengan penis kamu” akupun membiarkan penisku tertancap di dalam vagina Mama yang sangat basah.
“Sekarang kamu kocok perlahan” aku pun mengocoknya secara perlahan
“Gimana enak kan”
“Tahan dulu sayang, biarkan vagina Mama terbiasa dulu dengan penis kamu” akupun membiarkan penisku tertancap di dalam vagina Mama yang sangat basah.
“Sekarang kamu kocok perlahan” aku pun mengocoknya secara perlahan
“Gimana enak kan”
“enak banget ma baru kali ini anton menyetubuhi perempuan”.
“Sayang, ini namanya ngentot, teruskan genjotanya sampe Mama puas”
“Terus kocok sampe Mama puas sayang”, “Ahhhhh……ahhhhhh” Mama terus mengerang kenikmatan
aku terus mengocok penisku. Sekitar 10 menit berlalu, mama mengerang semakin keras.
“Ton Mama udah mau nyampe, ahhhh…. udah gak tahan sayang”,
“Sayang, ini namanya ngentot, teruskan genjotanya sampe Mama puas”
“Terus kocok sampe Mama puas sayang”, “Ahhhhh……ahhhhhh” Mama terus mengerang kenikmatan
aku terus mengocok penisku. Sekitar 10 menit berlalu, mama mengerang semakin keras.
“Ton Mama udah mau nyampe, ahhhh…. udah gak tahan sayang”,
“ahhhhhh……ahhhhh….sayang…..enakkk…. .” Mama orgasme dengan sangat
hebat, membuat vagina Mama semakin basah. Dingding vaginanya
berkendut-kendut dan membuat cengkramannya semakin sempit di penisku.
Aku pun terus melanjutkan kocokanku.
“terus sayang, lanjutkan Mama puas banget udah lama Mama ga sepuas ini”
Aku terus melanjutkan kocokanku cukup lama sampe aku merasa ada yang ingin keluar dari ujung penisku, aku tidak menyangka aku bisa bertahan sejauh ini. Aku terus mempercepat kocokanku, dan mengerang.
“Ton, kamu udah mau keluar ya?” mama bertanya sambil tangannya membelai-belai kepalaku
“Iya ma, anton mau keluar”
Aku terus melanjutkan kocokanku cukup lama sampe aku merasa ada yang ingin keluar dari ujung penisku, aku tidak menyangka aku bisa bertahan sejauh ini. Aku terus mempercepat kocokanku, dan mengerang.
“Ton, kamu udah mau keluar ya?” mama bertanya sambil tangannya membelai-belai kepalaku
“Iya ma, anton mau keluar”
“Keluarin di dalem sayang, Mama juga udah mau keluar lagi”
Aku semakin dalam menancapkan penisku dan terus mengocoknya”
“Ahhhh,,,anton keluar maaaaaa,,, ahhhhhh….“ “Crootttt…..crrroottttt…..” semua sperma ku tembakkan ke dalam rahim Mama, terasa enak banget rasanya mengeluarkan sperma di dalam vagina yang dulu pernah melahirkanku. Sampai tetesan terakhir aku tak henti mengcocok vagina Mama, ketika sperma ku mulai habis Mama pun berteriak.
Aku semakin dalam menancapkan penisku dan terus mengocoknya”
“Ahhhh,,,anton keluar maaaaaa,,, ahhhhhh….“ “Crootttt…..crrroottttt…..” semua sperma ku tembakkan ke dalam rahim Mama, terasa enak banget rasanya mengeluarkan sperma di dalam vagina yang dulu pernah melahirkanku. Sampai tetesan terakhir aku tak henti mengcocok vagina Mama, ketika sperma ku mulai habis Mama pun berteriak.
“Anton Mama juga enak,,,,,,ahhhhh,,,ahhhhhh enak….sayang….Mama sampe….”
Mama kembali orgasme dengan hebat untuk kedua kalinya, setelah itu aku terbaring lemas di atas dada Mama yang seksi.
Mama kembali orgasme dengan hebat untuk kedua kalinya, setelah itu aku terbaring lemas di atas dada Mama yang seksi.
“Ma klo anton mau lagi boleh kan? Aku meminta dengan lirih.
“Boleh sayang asal Papa dan adikmu tidak tahu”. Mama menjawab dengan lembut
“Iya ma ini akan jadi rahasia kita”.
“Boleh sayang asal Papa dan adikmu tidak tahu”. Mama menjawab dengan lembut
“Iya ma ini akan jadi rahasia kita”.
Sejak saat itu aku terus menyetubuhi Mama, di kamar, di dapur di
ruang tengah, bahkan di kamar mandi sepanjang di rumah tidak ada
siapa-siapa aku selalu menyetubuhi Mama. Aku juga tidak perlu khawatir
membuat Hamil karena Mama selalu minum pil KB.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Cerita Sex Dengan Ibu Kandung
Aku sudah beristri dan memounyai 1 orang anak umurku sekarang 30 tahun ,
kami bertiga hidup sederhana saling mencintai, tapi aku mempunyai
rahasia yang aku ingin jabarkan lewat tulisan ini yaitu kisahku dengan
istriku, kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih
berpacara n dengan istriku.Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga
kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada
satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya
yang bernama Ima (sebut saja begitu).
Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku
menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami
hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah
aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku)
dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak
tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih
sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi
canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku
berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk
ditinggali.
Agen Judi Online - Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas
dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang
membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya
juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.
Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan
mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak
mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima
memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara.
Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira
setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga
terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV
dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima
tidak ikut berbelanja.
Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can
see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang
putih mulus.
“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,
“Tauk nih..lagi males aja aku..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,
“Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,
“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu
aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton
film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke
kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas;
“Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku,
“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan
mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum
sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang
keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi
karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang
diduduki oleh Ima.
“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan
langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima
diujung kanan.
“Rese luh..sini temenin aku ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat
apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting aku ada temen ngobrol” katanya lagi.
Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan
curhat tentang suaminya.
Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya,
karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering
lebih dari sebulan ditinggal.
“Kebayangkan aku kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang
ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya
diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan
yang diinginkannya saat ini.
“Kan aku sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi
posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima
makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku
lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya
“Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang
mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.
“Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya)
dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka
tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam
kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan
tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu
dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan
tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.
Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya
yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan
kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam
saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.
“Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami
mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami
saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot
French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus
memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya
sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun
menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,
“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil
memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher
jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara
kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta
jilatan di lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun
membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih,
mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya
menuju buah dadanya.
Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan
masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya
selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas
lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.
“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas
permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu
merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya.
“Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk.
“Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan
bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu
kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut
membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai
tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima
menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku
makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.
Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang
menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku
menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju
keselangkangannya.
Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku
menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang
kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari
jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah
menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta
jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi
desehan dan rintihannya berulang-ulang.
Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk
kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku
bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut
kemaluannya yang lembut dan agak jarang.
Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan
di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang
bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir
vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya
mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali.
Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah
bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah.
Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian
mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir
vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin
merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan
pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh..
hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..”
rintih dan desahannya berkali-kali.
Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya
serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi
miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi
selonjor santai
Sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima
agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya,
saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih
dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit
kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran
36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu
birahi yang bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai
menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan,
dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.
“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh..
hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku,
kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah
dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak
kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan
memelintir-pilintir putingnya.
Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan
kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas
kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget,
tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam
pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML
sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati
permainan sex-ku.
Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah
aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah
nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama
menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap,
menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur
tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik
pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,
“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya
“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah
aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda
yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh
pelumas vaginanya.
“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya
kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya
nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan
kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai
benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat
pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan
belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh
suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya
dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.
“Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi..
suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan
vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down,
tubuh Ima mengejang-ngejang
“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau
begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan
menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat,
mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil
kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya
“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati
permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat
klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya
serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa
ampun
“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku
kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya,
sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku
kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama
makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk
seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan
ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima
meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya.
Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya.
Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan
pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti
merintih dan mendesah
“Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada
kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan,
lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang
vaginanya berkedut-kedut dan menghisap
“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii..
aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai
klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang
berdenyut-denyut berkali-kali
“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung
menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak
bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan
kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua
tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian
tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat
“Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap
bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi..
kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget
dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah
wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya
disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya,
“Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan
desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku
“Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke
?!?” ujarnya,
“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata
kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima
langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima
agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,
“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..”
jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia
agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang
membuntal,
“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang
mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh
bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku
dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem
melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus
menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.
Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum
penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya
kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku
sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya
memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang
penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati
permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang
tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan
kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam
seluruhnya didalam mulutnya.
Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya
kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya
sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus
.. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula
sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung
kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali
Aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju
mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang
kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”.
Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku
mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai
meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir
puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan
rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku,
Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat
tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya
yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku,
dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala
yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir
dan aku merintih tak karuan.
“Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan
hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit aku oral
kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut aku.” katanya sambil berdiri
dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman
sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm,
sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat
dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju
kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya,
kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya
sambil terus berpelukan.
Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah
keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”,
tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan
memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya
menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum
deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu.
Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil
kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima
menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada
penisku,
“Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima
mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah
dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan
memilin puting susunya yang sudah mengeras
“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan
kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya,
kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan
kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya
sepuas-puasnya
“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh..
nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan
diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa
makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai
mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku
sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian
bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir
bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu
ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down
“Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan
nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku
dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan
birahi yang sudah memuncak.
Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh..
adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan
kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku.
“Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh..
aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti
ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss
honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan
menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks
“Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan
vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama
kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh..
oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana
baru kepala penisku saja yang masuk.
Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku
belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung
menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya
“Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama
“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh..
nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan
berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya
yang sempit dan agak peret.
Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang
vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih
merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala
penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat,
seperti menghisap dan memilin-milin penisku.
Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang
kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya
“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh..
aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih
belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang
sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku.
Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai
memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam
liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi
suara rintihan dan desahan kami berdua,
“Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan
binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya
dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ”
teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,
“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan
vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey..
aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya
yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan
banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan
tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya
berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan
“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh..
mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya
yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa
didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina
miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.
Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu
yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil
kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas
pantatnya dengan tangan kananku,
Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku
jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas
pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..”
sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan
didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan
berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa.
Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan
menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima
berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali
pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.
Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang
membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah
nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi
tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya
membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak
sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”.
Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada
kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di
dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan
kiriku mulai menuju ke vaginanya.
“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah
jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan
dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah!
dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada
kanan dan kirinya.
Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan
kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku
tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan
pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan
membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan
kiriku.
“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”,
kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya
kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian
pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan
sedikit kebawah.
Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang
“Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan
seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii..
oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku,
tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku
meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal
“Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya
sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..”
bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang
vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak
kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima..
aahh.. enak shay.. hemnghh..”
“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha..
yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas
karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,
“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..”
“Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan
cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku
genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.
Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam
vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah
lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke
ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang
hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu
mencapai kenikmatan yang amat sangat.
Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk
kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan
menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan
klimaksnya.
“Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku
memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan
kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan
Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima
agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan
kembali ketempat tidur.
Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada
diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..”
tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2
jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu
bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong
nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!”
balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan
mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang
vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.
“Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap
kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem
melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas
memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya
yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin
lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang
berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan
kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku,
Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. O
ohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa
suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya
mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh..
ennakh.. sayang..?” tanyaku
“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..”
lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir
mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan
dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai
mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku
yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku
kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang
menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya
menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan
kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang
penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin
menghisap-hisap
“Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima
meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai
rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak
berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang
mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas.
Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar
dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku
serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat
membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa
kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan
basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya
mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan
yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.
“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima
menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala
penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami
saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju
penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada
siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh
kucuran keringat dari kulit kepalanya.
Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai
menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep
penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar
meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii..
mmhh.. enghh.. aahh..”
“Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya..
sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..”
tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah
acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah
yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan
memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima.
“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh..
nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya
yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai
mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya
“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah
mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh”
jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya
kami mencapai klimaks bersamaan,
“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan
bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil
mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku
menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam
liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki
indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi
sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan
dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina
Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku
seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut
didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling
meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan
kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba
mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit
tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku
yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut
dan pundaknya.
“Adi.. kamu hebat banget, aku sampai puas banget sore ini, klimaks
yang aku rasakan beberapa kali belum pernah aku alamin sebelumnya,
hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya
sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra
sekali seakan tak ingin diakhiri.
Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam
lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan
bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang
membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa
diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.
Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang
tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya
pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling
berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku
“Adi..kalo aku telpon, kamu mau dateng untuk temenin aku ya sayang..”
“Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu,
tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali
aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua
hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat
dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh
kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Matanya Mulai Menggoda
Bermula kenalan yang tidak sengaja di atas bus patas AC, setiap pagi aku
naik bus dari terminal di kawasan Jakarta Timur. Sampai suatu hari ada
seorang wanita yang naik bersamaan denganku. Kalau diperhatikan wanita
ini tampak biasa saja usianya, kuperkirakan sekitar 35-an, tetapi dengan
setelan blazer dan rok mini yang ketat warna biru tua, sangat kontras
dengan warna kulitnya yang putih. Hari itu dia naik bersamaku dan di
luar dugaanku dia duduk di sampingku, padahal ada bangku lain yang
kosong, tapi okelah kuanggap itu adalah wajar. Tapi sungguh aku tidak
berani menegur, kadang kala aku melirik ke arah pahanya yang putih dan
sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Hal ini membuatku
betah duduk bersamanya selain juga wanginya membuatku sangat bangga bisa
duduk berdampingan dengannya.
Agen Judi Online - Begitulah hingga hari ketiga hal yang sama terjadi lagi dan kali ini
kucoba, mau iseng-iseng berhadiah, maka kutegur dia, “Selamat pagi
Mbak..!” “Pagi juga..” si Mbak menjawab dengan senyum yang cantik di
mataku, lalu kubuka pembicaraan “Kayaknya sudah 3 hari berturut-turut
kita sama-sama terus.. ya? Mbak mau turun dimana sih..?” dia jawab “Di
Sarinah Mas..” dan aku bertanya, “Apa Mbak kerja disana..?” lalu
dijawab, “Oh tidak, aku kerjanya dekat Sarinah..” Lalu terjadilah
percakapan biasa meliputi kemacetan lalu lintas sampai dia tanya balik,
aku bekerja dimana, lalu kubilang di komputer, dan dia bilang bahwa
kantornya banyak pakai komputer. Lalu dia berkata, “Boleh dong minta
kartu nama”, maka kuberikan sebuah kartu nama, tapi waktu kuminta kartu
namanya, dia tidak kasih dengan alasan tidak punya. Rupanya hari ini
hari baikku dan segera kutahu namanya “YULI” (bukan sebenarnya),
selanjutnya kami selalu bersama-sama setiap pagi dan telepon pun mulai
berdering dengan segala basa basi.
Suatu ketika aku tidak melihat dia selama 5 hari berturut-turut. Aku
sempat menunggu, sampai telat tiba di kantor. Kuhubungi telepon di
kantornya juga tidak masuk, akhirnya dia telepon juga, katanya sakit.
Tepatnya hari Senin aku kembali bertemu, kali ini tanpa mengenakan
seragam hanya memakai celana jean’s dan kaos T-shirt sehingga dadanya
yang montok itu tampak jelas membuat perhatian orang-orang di sekitar
kami, kali ini dia mengajakku untuk bolos, “Mas aku butuh bantuan nih”,
katanya.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Dengan alasan keperluan keluarga aku ijin tidak masuk, aku
jalan-jalan sama Yuli ke rumah temannya di kota Bogor. Setiba disana aku
dikenalkan sama temannya namanya Nia, mereka bicara berdua di belakang,
sementara aku di ruang depan seorang diri, setelah itu mereka kembali
lagi dan kita mengobrol bersama-sama. Rupanya si Nia punya janji dengan
temannya kalau mau pergi jadi kita tinggal berdua saja di rumah itu.
Sambil mengobrol di karpet dan nonton TV, dengan manja Yuli tiduran di
pahaku, sambil bercerita macam-macam dan aku menjadi pendengar yang
baik, sampai dia bertanya,
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
Dalam keadaan duduk dan menyandar di dinding di tambah lagi Yuli yang
tiduran tengkurap di kakiku, jadi agak repot juga aku buka jeansku,
cuma aku ploroti sampai batas paha saja. Begitu dia lihat batang
kemaluanku, langsung di genggamnya sambil berkata,
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
Lalu sambil tersenyum dia bangun dan mulai membuka ikat pinggang,
kancing celana dan retsleting celana jeansnya, sehingga perut bagian
bawahnya tampak putih dan sedikit tampak batas celana dalamnya, lalu dia
tarik T-shirt ke atas dan dilepaskan, sehingga dengan jelas aku lihat
pemandangan indah dari dadanya yang montok (BH no 36), dan selanjutnya
dia mulai menurunkan celana jeansnya, sekarang tinggal pakai BH dan
celana dalam saja. Oh.. CD-nya yang mini sekali, betapa indah tubuh
wanita ini montok dan sekel setelah itu kembali dia tiduran ke posisi
semula. Tapi kali ini dia tidak hanya memainkan batang kemaluan aku
tetapi sudah mulai dimasukkan ke dalam mulutnya. Terasa lidahnya bermain
di atas kepala kemaluan aku dan oh.. nikmatnya. Sambil membuka baju,
aku mencoba mengangkat pantatku agar lebih masuk, rupanya dia tahu
maksudku, dia masukan full sampai ke tenggorokannya, aku tidak pernah
mengukur batang kemaluanku sendiri tapi di dalam mulutnya batang
kemaluanku terasa sudah mentok dan masih tersisa di luar kira kira 2
ruas jari orang dewasa, sampai Yuli sempat tersendak sesa’at. aku pun
segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi sekarang seperti
69.
Kubiarkan dia mempermainkan kemaluanku, sementara aku ciumi paha
bagian dalam Yuli yang mulus dan putih, sambil meremas bagian pantatnya
yang masih tertutup celana dalam. Pelan pelan kutarik celana dalamnya,
sampai terlihat dengan jelas bulu lebat di sekitar kemaluannya sehingga
kontras dengan warna kulitnya yang putih, begitu lebatnya sampai ada
bulu yang tumbuh di sekitar lubang duburnya. Oh, indah sekali panorama
yang ada di depanku, dan aku pun mulai menjilat vaginanya yang wangi
sebab kelihatannya dia rajin pakai shampo khusus untuk vagina. Pada
sa’at itu terdengar suara merintih yang lirih. “Oh Mas aku nggak tahan
nih.. ah”, dan dia tampak bersemangat. Lubang kemaluannya mulai
berlendir, buah dadanya mengeras, akhirnya aku bangun dan kubalikkan
tubuhnya dan kulepas BH-nya, sehingga tampak tubuhnya yang montok dalam
keadaan bugil. Kuperhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna
sekali, putih, mulus, bulu kemaluannya tampak lebat. Waktu kuperhatikan
itu, tangannya terus memegang batang kemaluanku, akhirnya kurenggangkan
kedua pahanya dan kuangkat sehingga tampak jelas lubang vagina dan
anusnya.
Lalu kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dari mulutnya dan merubah
posisi. Kupeluk dia sambil menciumi bibir, leher, serta telinganya. Hal
ini membuat dia terangsang sambil berkata lirih, “Mas masukin saja
Mas..!” lalu aku bangun dan aku pandang dia, dan kuatur posisi kedua
kakinya dilipat sehingga pahanya menempel di dadanya. Lalu aku
berjongkok dan kupegang batanganku dan kuarahkan ke vaginanya lalu
kutempelkan kepala kemaluanku. Kutekan sedikit demi sedikit, dan dia
mulai merintih, tangannya mencekram tanganku dengan kuat, matanya
memejam, kepalanya bergoyang kiri dan kanan dan vaginanya basah hebat.
Ini membuat kepala kemaluanku basah, dan aku mulai berirama keluar
masuk, tetapi hanya sebatas kepalanya saja. Kini ia mulai mencoba
menggoyangkan pinggangnya dan mencoba menekan agar batang kemaluanku
masuk total tapi aku pertahankan posisi semula dan mempermainkannya
terus. Akhirnya karena tidak tahan dia pun memohon, “Mas.. oh.. masukin
saja Mas, nggak kuat nih.. ohh.. Mas”, pintanya. Akhirnya aku mulai
mendorong batang kemaluanku perlahan tapi pasti. Dengan posisi jongkok
dan kedua kakinya berada di atas pundakku, aku mulai menciumi dengkulnya
yang halus itu, Mbak Yuli pun mulai menggoyangkan pinggangnya ke atas
dan ke bawah, kira-kira 10 menit kemudian dia mulai merenggang dan
gerakannya tidak stabil sambil merintih.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas Ohh.. psstt.. akh..” nafasnya memburu, sesa’at kemudian dia
terdiam dan aku pun menghentikan goyanganku. Kutarik pelan-pelan batang
kemaluanku dan setelah dicabut tampak ada bekas cairan yang meleleh
membasahi permukaan vaginanya. Nafasnya tampak ngos-ngosan seperti orang
habis lari. Aku pun duduk terdiam dengan kemaluan masih tegang berdiri,
Mbak Yuli pun tersenyum. Sambil tiduran kembali di atas kedua pahaku
dan rambutnya terurai sambil dia pandangi batang kemaluanku yang masih
berdiri. Tangannya memegang sambil berkata,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Ah ini sih ukuran normal orang asia”, dan dia bilang,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Kasih kesempatan 5 sampai 10 menit lagi ya Mas, biar aku bisa nafsu
lagi”, aku terdiam hanya menganggukan kepala. Ronde kedua dimulai, di
rebahkan badanku lalu dia ambil posisi di atas badanku, dia kangkangin
kedua pahanya, dipegangnya batang kemaluanku yang masih keras dan tegang
lalu dimasukan ke dalam lubang vaginanya, dan dia pun mulai melakukan
gerakan naik dan turun, seperti penunggang kuda. Kedua buah dadanya
berayun-ayun lalu secara reflek kupegang kedua putingnya dan kupilin
pilin, membuat Mbak Yuli terangsang hebat. Kira-kira hampir setengah jam
kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Segera aku balikkan
tubuhnya dan kupompa kembali vaginanya dengan nafsu, Mbak Yuli
merasakan aku akan melepaskan spermaku, dia segera berkata,
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,
“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,
“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
Dikamar mandi kami saling menyabuni, sambil kuremas kedua buah
dadanya yang basah oleh sabun. Mbak Yuli pun memainkan batang kemaluanku
yang masih setengah tidur tapi masih saja mengeras. Lama-lama aku
tegang lagi karena permainan tangan Mbak Yuli dengan sabunnya, waktu aku
tanya,
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
Terdengar desahan dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju
mundur, nikmat sekali dan Mbak Yuli pun tampak menikmati dengan
menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Kurang lebih 10 menit Mbak
Yuli kembali ke puncak kenikmatan. Lendir hangat kembali membasahi
batang kemaluanku. Aku bertanya,
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
Kutempelkan kepala kemaluanku yang mengeras di permukaan duburnya,
kupegang batang kemaluaku sehingga kepalanya mengeras. Aku mencoba
menekan batang kemaluanku, karena licin oleh sabun maka kepala
kemaluanku segera melesak ke dalam, dia pun mengeluh,
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
Ketika mulai senja kulihat Mbak Nia pulang dan aku membukakan pintu, dia bertanya,
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
Akhirnya aku dan Mbak Yuli sering melakukan hubungan seks dengan
berbagai style di motel, villa kadang-kadang di rumahku sendiri, dan
ketika aku ingin ke rumahnya beliau selalu melarang dengan berbagai
alasan. Ternyata Mbak Yuli ini sudah bersuami dan memiliki seorang anak,
ini membuatku sangat kecewa. Di sa’at aku mulai benar benar
mencintainya, dan Mbak Yuli pun sebenarnya menginginkan hal yang sama,
tapi beliau sudah terikat oleh tali perkawinan. Hanya saja dia tidak
pernah merasakan nikmatnya hubungan seks dengan sang suami, dan sa’at
jumpa dengan diriku dia cukup lama mengambil keputusan untuk menjadikan
diriku sebagai kekasihnya (PIL), katanya bersamaku dia menemukan apa
yang dia inginkan (kata dia lho). Hubungan kami berlangsung setahun
lebih sampai dia pindah bersama suaminya ke Surabaya. Tapi aku yakin
suatu hari aku pasti ketemu lagi. Oh Mbak Yuli sayangku, ternyata kamu
milik orang lain. Hingga sa’at ini aku masih berharap ketemu lagi,
setiap pagi aku masih setia menunggu kamu, walau tidak ketemu tapi
kenanganmu masih tersisa dalam hatiku.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Kakakku Sayang KuSetubuhi
Setelah sepulang sekolah bisanay aku disuruh untuk menjaga took milik
tante girang, dia adalah teman dari ibuku yang saudaranya jauh sekali,
aku mulai menjaga took ini 3 minggu yang lalu, yang beli biasanya ibu iu
rumah tangga karena yang disediakan disini adalah menjual sembakao,
Toko milik tante Lina berdempetan dengan toko tante girang.
Dia biasanya saling omong-omong, bersenda gurau dengan Tante Girang
xxx, dan apabila telah begini tentu lama sekali selesainya. Dan seperti
biasanya, aku pulang duluan ke rumah karena Tante Girang xxx biasanya
dijemput oleh suaminya atau anaknya.
Tapi suatu saat, ketika mau pulang aku teringat bahwa harus
mengantarkan Indomie ke pelanggan, aku cepat-cepat balik ke toko. Dan
memang toko sudah sepi, pintu pun hanya ditutup tanpa dikunci. Aku pun
langsung masuk menuju tempat penyimpanan Indomie.
Agen Judi Online - Ternyata aku menyaksikan peristiwa yang tidak kuduga sama sekali,
kulihat Tante Girang xxx dengan posisi tetelentang di antara tumpukan
karung beras sedang dioral kemaluannya oleh Bu Lina. Tante Girang xxx
sangat menikmati dengan rintihannya yang ditahan-tahan dan tangannya
memegang kepala Bu Lina untuk dirapatkan ke selangkangannya.
Karena terkejut atas kedatanganku, maka keduanya pun berhenti dengan
memperlihatkan wajah sedikit malu-malu. Tapi tidak sampai lima detik,
mereka pun tersenyum dengan penuh artii
“Kamu belum pulang to Her (Hery namaku), kebetulan lho kita bisa
rame-rame, ya kan Bu Lina..?” ucap Tante Girang xxx sambil menariktangan
Bu Lina ke arah kedua dadanya yang terbuka.
“Ayo sini Her.., jangan malu, ughh, ahh..!” desah Tante Girang xxx lagi, kali ini tangannya melambai ke arahku.
Dan aku pun sempat bingung tidak tahu harus berbuat apa, tapi karena
kedua wanita dalam keadaan tanpa pakaian seperti itu memanggilku, nafsu
kelelakianku bangkit walaupun aku belum pernah merasakan sebelumnya.
Perlahan aku mendekati keduanya sambil melihat mereka berdua. Seperti
seorang raja aku pun disambut, mereka yang tadinya telentang dan
menindih kini mereka bangkit dan duduk sambil menata rambutnya
masing-masing.
Hanya lima langkah aku pun sampai di hadapanya, dan dengan lihai mereka berdua langsung meremas selangkanganku.
“Her, ini pernah masuk ke sarangnya belum..?” tanya Tante Girang xxx manja.
“Be.., belum Tante..!” jawabku polos sambil menahan rasa geli yang begitu nikmat.
“Wah.., hebat dong belum pernah. Pertama kali langsung dapat dua
lubang..!” canda Bu Lina, sementara tangannya menarik lepas celanaku
hingga aku benar-benar telanjang di hadapan mereka.
Dan sesaat kemudian aku merasakan kehangatan padabatang kemaluanku.
Terdengar srup, srup ahh. Tante Girang xxx dan Bu Lina seakan ingin
berebut untuk menikmati batang kemaluanku yang berukuran normal-normal
saja.
“Ayo Bu.., hisap yang lebih kenceng biar keluar isinya..!”
“Iya Bu.., ini kontol kok enak banget sih..?”
“Cupp.., crupp..!” kata mereka berdua saling menyahut.
Aku hanya pasrah menikmati perlakuannya dan sesekali kuusap pipi-pipi kedua Tante-Tante itu dengan nafsu juga.
Tidak sampai 10 menit, aku merasakan sesuatu kenikmatan luar biasa
yang biasanya terjadi dalam mimipi, badanku menegang, mataku terpejam
untuk merasakan sesuatu yang keluar dari kemaluanku. Tumpahan maniku
memuncrat mengenai wajah Bu Lina dan Tante Girang xxx, dan dengan serta
merta Tante Girang xxx mengalihkan lumatan dari punyaku ke wajah Bu
Lina.
Dengan buas sekali mereka saling berciuman bibir, berebutan untuk
menelan air kenikmatan punyaku. Aku pun berjongkok dan membuka paha
Tante Girang xxx, Tante Girang xxx hanya menurut.
“Mau apa kau Sayang..?” desah Tante Girang xxx.
Aku hanya diam saja dan mengarahkan wajahku ke arah selangkangannya
yang berbau anyir dan tampak mengkilap karena sudah basah. Aku mencoba
untuk melakukan seperti di film-film. Kumasukkan lidahku ke dalam
rongga-rongga vaginanya serta menyedot-nyedot klitorisnya yang kaku itu.
Kurasakan ketika aku menyedot benda kecil Tante Girang xxx, Tante
Girang xxx selalu menggelinjang dan mengangkat pantatnya, sehingga
kadang hidungku ikut mencium benda kecil itu.
“Her.., kamu kok pinter banget sih, terus, terus uggh.. ughh.. ahhh, ehh, aahhh..!” ceracau Tante Girang xxx.
“Terus Her, terus..! Beri Tantemu surga kenikmatan, ayo Her..!” ucap
Bu Lina yang memilin dan mengemut puting susu Tante Girang xxx.
“Terus Bu..! Her.., aku mau muncrat! Ayo Her.., sedot yang keras lagi..!” pinta Tante Girang xxx.
Aku pun semakin liar memainkan vaginanya, dan dengan teriakan Tante
Girang xxx, “Aghh.., ughh..!” lidahku merasakan ada cairan kental keluar
dari vagina Tante Girang xxx. Aku cepat-cepat menangkapnya dan sedikit
ragu untuk menelannya.
“Her, sudah Her.., Tante sudah puas nih..! Kamu gantian dengan Bu
Lina ya..!” ucapnya sambil tangannya mengusap cairannya yang keluar dari
liang senggamanya.
Aku pun tidak sadar bahwa batang kemaluanku sudah bangun lagi, tegak dengan sempurna walaupun sedikit terasa ngilu.
“Bentar Her.., kamu disini dulu ya..!” pinta Bu Lina sambil keluar ke tempat tumpukan koran dan mengambil beberapa lembar.
Kemudian Bu Lina masuk ke gudang lagi dengan menggelar koran yang
dibawanya. Setelah kira-kira cukup, Bu Lina menelentangkan tubuhnya dan
memanggilku, “Ayo sekarang giliran saya dong Her..!” katanya sambil
tangannya meremas susunya sendiri.
Aku pun langsung mengangkanginya dan kedua tangan pun mengganti
tangannya untuk meremas susu-susunya yang masih kenyal. Lembut, halus,
enak rasanya memegang payudara orang dewasa.
“Her.., masukin dong tuh burung kamu ke lubang Lina, ayo dong Her..!” bisiknya lembut.
intermezooo….Silahkan lanjutkan baca Cerita Ngentot Tante Girang nya ya….||||
Aku pun berusaha untuk mengarahkan masuk ke liangnya, tapi dasar memang masih amatir, terasa terpeleset terus.
“Ayo Lina bantu biar nggak salah sasaran..!” ucapnya.
Dan tangannya pun memegang batang kemaluanku dengan lembut dan
memberikan kocokan sebentar, dan akhirnya dibimbing masuk ke lubang
kenikmatannya.
Ini pertama kali kurasakan penisku masuk ke sarangnya. Terasa hangat,
lembab, nikmat dan seperti ditarik-tarik dari dalam kamaluan Bu Lina.
Secara naluri aku pun mulai menggerakkan pantatku maju mundur secara
pelan dan berirama.
“Terus Her.., masukkin lagi yang lebih dalam, ayooo, ughh..!” desah Bu Lina.
Tangan Bu Lina pun telah memegang pantatku dan menekan-nekan supaya
doronganku lebih keras, sedangkan kakinya telah melingkar di pinggangku.
Kira-kira hanya 10 menit berlalu, Bu Lina menjerit sambil menggaruk
punggungku dengan keras, “Ooohhh.., aku ngejrot.., Her..! Yeess..,
uhhh..!”
Kemudian tubuhnya lunglai dan melepaskan kakinya yang melingkar di
pinggangku. Aku pun bangkit meninggalkan Bu Lina yang telentang dan
tampak dari liang kenikmatannya sangat banyak cairan yang keluar.
Kuhampiri Tante Girang xxx yang mulai menutup pintu-pintu tokonya. Aku
pun turut membantunya untuk mengemasi barang-barang.
Setelah beberapa menit menunggu jemputan, terdengar telpon berdering.
Setelah kuangkat ternyata mobil yang dipakai menjemput dipakai suaminya
untuk ngantar tetangga pindahan. Kemudian aku pun menawarkan untuk
mengantarkan ke rumah Tante Girang xxx dengan Impresa 95 kesayanganku.
Di dalam perjalanan, Tante banyak bercerita bahwa hubungan lesbinya
dengan Bu Lina sudah 3 tahun, karena Omku suka pulang malam
(mabuk-mabukan, judi, nomor buntut, dan sebagainya) sehingga tidak puas
bila dicumbu oleh Omku. Sedangkan Bu Lina memang janda karena suaminya
minggat dengan wanita lain.
Sampai di rumah Tante Girang xxx, suasananya memang sepi karena
anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Setelah
aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu pamitan mau pulang
kepada Tante Girang xxx. Aku terkejut, ternyata Tante Girang xxx
bukannya memperbolehkan aku pulang, tetapi malah menarik tanganku menuju
kamar Tante Girang xxx.
“Her.., Tante tolong dipuasin lagi ya Yang..!” pintanya sambil memelukku dan menempelkan kedua buah dadanya ke tubuhku.
Aku pun mencium bibirnya yang terbuka dan mengulumnya dengan nafsu,
demikian pula Tante Girang xxx. Kemudian dengan dorongan, jatuhlah tubuh
kami berdua di kasurnya, dan dengan bersemangat kami saling meraba,
menindih, merintih. Hingga akhirnya aku melepaskan maniku ke dalam
kemaluan Tante Girang xxx.
Aku pun pamitan pulang dengan mencium bibirnya dan meremas susunya
dengan lembut. Kemudian dari laci lemari diambilnya uang seratus ribuan,
dan diberikan kepadaku, “Untuk rahasia kita..!” katanya.
Sampai saat ini lebih dari 2 tahun aku bekerja di toko Tante Girang
xxx, dan hubungan badanku dengan Tante Girang xxx dan Bu Lina masih
berlangsung. Dan yang menyenangkan adalah Tanti, anak Bu Lina mau
kupacari, dan aku ingin menjadikannya sebagai istri.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Tante Kesepian Enak Dientot
Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas
sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy,
bilang padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan
menginap di akhir pekan ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia
mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk
menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat
suaminya yang akan datang nanti, Jodi.
Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab
dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk
menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya.
Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam
hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu
tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya
menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
Agen Judi Online - Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi
meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan
berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang
wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang
suami. Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain
tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik
berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam
selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya
yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.
Ana seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu
berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli
tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih
besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya lurus
panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang.
Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual
terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.
Ah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!
Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan
hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya
terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya
sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan
menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing
celananya lalu menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik
celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya
hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti
sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat
sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Jodi juga
datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa
mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara
lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih
dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran
gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.
Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu
dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga,
lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang,
kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke
bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang
dia inginkan.
Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan
Jodi sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah
berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja
belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang
ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan
dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut
ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama
lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam
imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam
rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan
terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.
“Mafkan aku Ana,” kata Jodi, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan
pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi
dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia
memasuki ruangan ini membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring
dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak
berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar,
rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya
mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.
“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga, “Kamu boleh masuk
sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di
atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya. “Aku sangat
malu.” katanya kemudian.
“Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi. Dia berdiri
tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa
‘kerasnya’ dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat
menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!
“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari
wajahnya. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan
orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan
menggelembung pada bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia
memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang
Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.
“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku
setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Ana menatapnya
penuh dengan tanda tanya. “Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu
seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku
alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat
menginginkannya, membuat Ana semakin basah. Dia menyadari betapa istri
sahabatnya ini ‘tertarik’ akan perkataannya tersebut dan Jodi
memutuskan untuk lebih menekannya lagi.
“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus
tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa
dikatakan ‘wajar’, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat
‘noda’ basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak
berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas
tersebut.
Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka
kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari
bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang
tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya
ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya
terasa semakin basah. Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang
dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang
pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya
terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat
keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik
suaminya. Tapi ternyata ‘perbedaan’ itulah yang semakin membakar
nafsunya semakin lapar.
“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Ana mengangguk,
memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat
kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya
sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.
“Sentuhlah!”
Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh
dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini
dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain
milik suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang
bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi.
Jodi melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang
kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan
tangannya.
Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak
dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar
itu. Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya
beberapa inchi saja dari wajah Ana.
Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih
terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar
untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana.
Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai
mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas
penisnya semakin kencang.
Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana
dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya
masih terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut
mencium ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai
menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.
Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana
yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak
menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi,
menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar
referensi yang dimilikinya).
Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur
melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi
menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan
barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari
kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang
membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya
menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya
dan matanya terpejam rapat.
Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya,
mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi.
Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik
turun batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar
merespon tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.
Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya
semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau
melepaskan mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa
yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain
dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati
berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja.
Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya
dan Jodi sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik
dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka
berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.
Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya
untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh
rambut kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit
tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.
Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang
membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya
tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit
pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang
penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan
celananya dari kakinya yang halus.
Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik
celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati
kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi
menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan
menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.
Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari
tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang
penisnya sendiri.
Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia
sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan
kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana
membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.
Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka
matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada
batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana,
membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat
basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar
masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.
Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas
lantai, Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung
menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke
bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian
bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih
penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Jodi
mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.
Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina
Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut
Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang
diberikan Jodi sebelum kembali meneruskan ‘pekerjaan’ mulutnya.
Lidah Jodi melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati
sari buah gairah yang dikeluarkannya.
Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya
bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas
dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas
keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana,
menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.
Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…
Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat
di wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana!
Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan
dalam hidupnya!
Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat
kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras,
dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin
dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi
naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana
biarkan terbentang lebar hanya untuknya.
Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi,
milik Jodi adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam
hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang
dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh
bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran
listrik.
Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana.
Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya,
menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba
dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka
menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima
sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan
menakjubkan ini merenggut nalarnya.
Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan
penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat
tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri
sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina
Ana dengan gerakan lambat.
Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi
keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang
lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi,
dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat,
Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya
terangkat keatas.
Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun
keluar masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat
dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan
menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar
mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.
Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung
Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana
menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu,
mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke
dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya
berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam
mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit
berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.
Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan
ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya
mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis
keras Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah
dalam.
Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain
selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat
hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba
menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding
vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan
kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan
Jodi di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin
dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.
Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok
penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita
pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan
miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.
Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam
vagina Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi
semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana
seakan tanpa jeda.
Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari
penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh
menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.
Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari
penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur
nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya
menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat
penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana
mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang
bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan
ciumannya. Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina
Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling
berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak
tahu harus berkata apa.
********
Roy pulang 30 menit kemudian – dia pulang lebih awal, tapi tak
lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana
tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu
itu.
Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu
dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja
makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan
sepanjang harinya mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang
sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama
Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu,
dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan
tangannya sendiri.
Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat
bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran
halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan
dia merasa ketagihan!
Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya
ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi
benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut
mendekati Ana.
“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.
“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan.
Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang
sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.
Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin
menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka
lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya,
tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya,
yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di
vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam
tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan
penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak
mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada
istrinya.
Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada
mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas
ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu
Roy menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari
kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat
mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang
penisnya. Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh,
sangat dekat di wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung
berlutut di hadapan sahabat suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke
mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala
penisnya, dia merasa mulut itu membuka.
Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi
melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya
membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat
seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.
Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.
Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi
mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia
memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di
kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman
kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis
yang lain dalam mulutnya.
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan
mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis
di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari
senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak
mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak
mampu meredakan gairahnya.
Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga,
dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi
ke’hausannya’ akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar
untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi,
dan Jodi segera membukanya untuknya…
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya,
dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana
dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah
hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat
lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya.
Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan
resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari
lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.
Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat,
kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat
itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata
begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita
ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana,
batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung
tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang
sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi,
dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar
tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada
vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.
“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa
kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’.
Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus
dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan
langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas
di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas
jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan
penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!
Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke
depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi
jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan
pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia
semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia
terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam
posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh
bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan
api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala
penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan.
Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam
dengan cepat.
Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana
dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah
seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai
menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum
mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi
mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi
bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang
membakar.
Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak
menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi
mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak
melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang
mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana
dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk
kembali di kursinya masing-masing, gusar.
Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang
tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke
kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit
saja baginya bermasturbasi dan legalah…
Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai
yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya
kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk
bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan
resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak
mampu membendungnya lagi.
Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah
tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia
hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja
untuk menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan
menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa
menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria
yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak
seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah
berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.
Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di
atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian
pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya,
membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana
merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak
terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana
cara membangunkannya.
Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke
samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke
mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi.
Jodi setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Ana,
dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak
membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi
– istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang
Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana.
Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana
dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia
menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang
professional.
Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap
penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya
bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya
blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi,
kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia
sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya
seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan
berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya
menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya
di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah
satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang
satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah
menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari
apa yang menantinya.
Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil
dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat
merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya
saat Ana mulai menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi
menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua
lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah,
membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi
benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah
dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam
tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah
Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga
mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam
vaginanya.
Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik
kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan
itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana
ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya – Ana tetap tak
membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di
kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya.
Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana
bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya
mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya.
Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam
keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya
yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia
menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.
Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana
saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang
kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum
mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat
pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi
bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang
bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan
mulutnya.
Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai
rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit
tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa
sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang,
mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.
Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah
kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas
hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum
menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat
Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini
menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi
erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam
tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana
naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling
bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya
berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya
pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang
mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi,
pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang,
otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia
keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang
menyumbat aliran nafasnya.
Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi
kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya
tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke
atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara
refleks.
Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan
pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang
hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar
untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.
Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan
menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai
menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi
mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang
berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di
atas pantatnya yang menghentak.
Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit
bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.
Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana
sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang
sangat basah.
Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman
tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar
dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya
bahkan sampai di payudaranya.
Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan
demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di
atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin
membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya,
tapi dari seorang pria lain.
Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas
rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang
lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.
“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan
nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah
mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.
Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan,
melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
********
Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap
benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan
perlahan mulai mengocoknya.
Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang
mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas
memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat,
turun ke lantai bawah.
Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai
bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera
ke sana dan ternyata…
Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos
besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia
menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat
mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat
memandang Jodi.
Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya
erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang
mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu.
Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup
ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.
Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya.
Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya,
membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi,
tangan Ana melingkari leher Jodi.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan
Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan
pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada
bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.
Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi.
Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya
dengan pasif saat Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat
kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam
putihnya.
Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi
berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang
kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana
mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana
merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya
menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping,
memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang
kemerahan.
Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak
berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya.
Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya.
Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia
mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai
ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia
menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya,
mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.
Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.
Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi
melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya
tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang.
Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya
diantara bibirnya.
Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak
tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang
terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat.
Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan
mengerjai kelentit Ana dengan cepat.
“Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari
Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana
menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai
kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan
hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat,
dinding-dinding vaginanya merapat.
Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah
hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi
terlepasnya orgasmenya.
Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan
lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana
masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya
lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi
maju mendekat.
Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang
basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang
masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar
mandi di lantai atas yang masih terdengar.
Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.
Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya,
mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa
terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai
akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya
terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang
datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping,
tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.
Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan
pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan
Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat,
kaki Ana terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.
Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.
Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain.
Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat
saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh,
melepaskan ciumannya.
Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam
lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana
dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu
tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau
mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki
istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot
hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya
mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar.
Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya
mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya
beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam
vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di
dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat
hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah
berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa
waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian
mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah
ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya
kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa
celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar
dari vaginanya saat dia berdiri.
Roy turun tak lama berselang, siap untuk sarapan.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya