Posted by : Unknown
Rabu, 30 Mei 2018
Bermula kenalan yang tidak sengaja di atas bus patas AC, setiap pagi aku
naik bus dari terminal di kawasan Jakarta Timur. Sampai suatu hari ada
seorang wanita yang naik bersamaan denganku. Kalau diperhatikan wanita
ini tampak biasa saja usianya, kuperkirakan sekitar 35-an, tetapi dengan
setelan blazer dan rok mini yang ketat warna biru tua, sangat kontras
dengan warna kulitnya yang putih. Hari itu dia naik bersamaku dan di
luar dugaanku dia duduk di sampingku, padahal ada bangku lain yang
kosong, tapi okelah kuanggap itu adalah wajar. Tapi sungguh aku tidak
berani menegur, kadang kala aku melirik ke arah pahanya yang putih dan
sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Hal ini membuatku
betah duduk bersamanya selain juga wanginya membuatku sangat bangga bisa
duduk berdampingan dengannya.
Agen Judi Online - Begitulah hingga hari ketiga hal yang sama terjadi lagi dan kali ini
kucoba, mau iseng-iseng berhadiah, maka kutegur dia, “Selamat pagi
Mbak..!” “Pagi juga..” si Mbak menjawab dengan senyum yang cantik di
mataku, lalu kubuka pembicaraan “Kayaknya sudah 3 hari berturut-turut
kita sama-sama terus.. ya? Mbak mau turun dimana sih..?” dia jawab “Di
Sarinah Mas..” dan aku bertanya, “Apa Mbak kerja disana..?” lalu
dijawab, “Oh tidak, aku kerjanya dekat Sarinah..” Lalu terjadilah
percakapan biasa meliputi kemacetan lalu lintas sampai dia tanya balik,
aku bekerja dimana, lalu kubilang di komputer, dan dia bilang bahwa
kantornya banyak pakai komputer. Lalu dia berkata, “Boleh dong minta
kartu nama”, maka kuberikan sebuah kartu nama, tapi waktu kuminta kartu
namanya, dia tidak kasih dengan alasan tidak punya. Rupanya hari ini
hari baikku dan segera kutahu namanya “YULI” (bukan sebenarnya),
selanjutnya kami selalu bersama-sama setiap pagi dan telepon pun mulai
berdering dengan segala basa basi.
Suatu ketika aku tidak melihat dia selama 5 hari berturut-turut. Aku
sempat menunggu, sampai telat tiba di kantor. Kuhubungi telepon di
kantornya juga tidak masuk, akhirnya dia telepon juga, katanya sakit.
Tepatnya hari Senin aku kembali bertemu, kali ini tanpa mengenakan
seragam hanya memakai celana jean’s dan kaos T-shirt sehingga dadanya
yang montok itu tampak jelas membuat perhatian orang-orang di sekitar
kami, kali ini dia mengajakku untuk bolos, “Mas aku butuh bantuan nih”,
katanya.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Dengan alasan keperluan keluarga aku ijin tidak masuk, aku
jalan-jalan sama Yuli ke rumah temannya di kota Bogor. Setiba disana aku
dikenalkan sama temannya namanya Nia, mereka bicara berdua di belakang,
sementara aku di ruang depan seorang diri, setelah itu mereka kembali
lagi dan kita mengobrol bersama-sama. Rupanya si Nia punya janji dengan
temannya kalau mau pergi jadi kita tinggal berdua saja di rumah itu.
Sambil mengobrol di karpet dan nonton TV, dengan manja Yuli tiduran di
pahaku, sambil bercerita macam-macam dan aku menjadi pendengar yang
baik, sampai dia bertanya,
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
Dalam keadaan duduk dan menyandar di dinding di tambah lagi Yuli yang
tiduran tengkurap di kakiku, jadi agak repot juga aku buka jeansku,
cuma aku ploroti sampai batas paha saja. Begitu dia lihat batang
kemaluanku, langsung di genggamnya sambil berkata,
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
Lalu sambil tersenyum dia bangun dan mulai membuka ikat pinggang,
kancing celana dan retsleting celana jeansnya, sehingga perut bagian
bawahnya tampak putih dan sedikit tampak batas celana dalamnya, lalu dia
tarik T-shirt ke atas dan dilepaskan, sehingga dengan jelas aku lihat
pemandangan indah dari dadanya yang montok (BH no 36), dan selanjutnya
dia mulai menurunkan celana jeansnya, sekarang tinggal pakai BH dan
celana dalam saja. Oh.. CD-nya yang mini sekali, betapa indah tubuh
wanita ini montok dan sekel setelah itu kembali dia tiduran ke posisi
semula. Tapi kali ini dia tidak hanya memainkan batang kemaluan aku
tetapi sudah mulai dimasukkan ke dalam mulutnya. Terasa lidahnya bermain
di atas kepala kemaluan aku dan oh.. nikmatnya. Sambil membuka baju,
aku mencoba mengangkat pantatku agar lebih masuk, rupanya dia tahu
maksudku, dia masukan full sampai ke tenggorokannya, aku tidak pernah
mengukur batang kemaluanku sendiri tapi di dalam mulutnya batang
kemaluanku terasa sudah mentok dan masih tersisa di luar kira kira 2
ruas jari orang dewasa, sampai Yuli sempat tersendak sesa’at. aku pun
segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi sekarang seperti
69.
Kubiarkan dia mempermainkan kemaluanku, sementara aku ciumi paha
bagian dalam Yuli yang mulus dan putih, sambil meremas bagian pantatnya
yang masih tertutup celana dalam. Pelan pelan kutarik celana dalamnya,
sampai terlihat dengan jelas bulu lebat di sekitar kemaluannya sehingga
kontras dengan warna kulitnya yang putih, begitu lebatnya sampai ada
bulu yang tumbuh di sekitar lubang duburnya. Oh, indah sekali panorama
yang ada di depanku, dan aku pun mulai menjilat vaginanya yang wangi
sebab kelihatannya dia rajin pakai shampo khusus untuk vagina. Pada
sa’at itu terdengar suara merintih yang lirih. “Oh Mas aku nggak tahan
nih.. ah”, dan dia tampak bersemangat. Lubang kemaluannya mulai
berlendir, buah dadanya mengeras, akhirnya aku bangun dan kubalikkan
tubuhnya dan kulepas BH-nya, sehingga tampak tubuhnya yang montok dalam
keadaan bugil. Kuperhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna
sekali, putih, mulus, bulu kemaluannya tampak lebat. Waktu kuperhatikan
itu, tangannya terus memegang batang kemaluanku, akhirnya kurenggangkan
kedua pahanya dan kuangkat sehingga tampak jelas lubang vagina dan
anusnya.
Lalu kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dari mulutnya dan merubah
posisi. Kupeluk dia sambil menciumi bibir, leher, serta telinganya. Hal
ini membuat dia terangsang sambil berkata lirih, “Mas masukin saja
Mas..!” lalu aku bangun dan aku pandang dia, dan kuatur posisi kedua
kakinya dilipat sehingga pahanya menempel di dadanya. Lalu aku
berjongkok dan kupegang batanganku dan kuarahkan ke vaginanya lalu
kutempelkan kepala kemaluanku. Kutekan sedikit demi sedikit, dan dia
mulai merintih, tangannya mencekram tanganku dengan kuat, matanya
memejam, kepalanya bergoyang kiri dan kanan dan vaginanya basah hebat.
Ini membuat kepala kemaluanku basah, dan aku mulai berirama keluar
masuk, tetapi hanya sebatas kepalanya saja. Kini ia mulai mencoba
menggoyangkan pinggangnya dan mencoba menekan agar batang kemaluanku
masuk total tapi aku pertahankan posisi semula dan mempermainkannya
terus. Akhirnya karena tidak tahan dia pun memohon, “Mas.. oh.. masukin
saja Mas, nggak kuat nih.. ohh.. Mas”, pintanya. Akhirnya aku mulai
mendorong batang kemaluanku perlahan tapi pasti. Dengan posisi jongkok
dan kedua kakinya berada di atas pundakku, aku mulai menciumi dengkulnya
yang halus itu, Mbak Yuli pun mulai menggoyangkan pinggangnya ke atas
dan ke bawah, kira-kira 10 menit kemudian dia mulai merenggang dan
gerakannya tidak stabil sambil merintih.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas Ohh.. psstt.. akh..” nafasnya memburu, sesa’at kemudian dia
terdiam dan aku pun menghentikan goyanganku. Kutarik pelan-pelan batang
kemaluanku dan setelah dicabut tampak ada bekas cairan yang meleleh
membasahi permukaan vaginanya. Nafasnya tampak ngos-ngosan seperti orang
habis lari. Aku pun duduk terdiam dengan kemaluan masih tegang berdiri,
Mbak Yuli pun tersenyum. Sambil tiduran kembali di atas kedua pahaku
dan rambutnya terurai sambil dia pandangi batang kemaluanku yang masih
berdiri. Tangannya memegang sambil berkata,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Ah ini sih ukuran normal orang asia”, dan dia bilang,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Kasih kesempatan 5 sampai 10 menit lagi ya Mas, biar aku bisa nafsu
lagi”, aku terdiam hanya menganggukan kepala. Ronde kedua dimulai, di
rebahkan badanku lalu dia ambil posisi di atas badanku, dia kangkangin
kedua pahanya, dipegangnya batang kemaluanku yang masih keras dan tegang
lalu dimasukan ke dalam lubang vaginanya, dan dia pun mulai melakukan
gerakan naik dan turun, seperti penunggang kuda. Kedua buah dadanya
berayun-ayun lalu secara reflek kupegang kedua putingnya dan kupilin
pilin, membuat Mbak Yuli terangsang hebat. Kira-kira hampir setengah jam
kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Segera aku balikkan
tubuhnya dan kupompa kembali vaginanya dengan nafsu, Mbak Yuli
merasakan aku akan melepaskan spermaku, dia segera berkata,
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,
“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,
“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
Dikamar mandi kami saling menyabuni, sambil kuremas kedua buah
dadanya yang basah oleh sabun. Mbak Yuli pun memainkan batang kemaluanku
yang masih setengah tidur tapi masih saja mengeras. Lama-lama aku
tegang lagi karena permainan tangan Mbak Yuli dengan sabunnya, waktu aku
tanya,
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
Terdengar desahan dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju
mundur, nikmat sekali dan Mbak Yuli pun tampak menikmati dengan
menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Kurang lebih 10 menit Mbak
Yuli kembali ke puncak kenikmatan. Lendir hangat kembali membasahi
batang kemaluanku. Aku bertanya,
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
Kutempelkan kepala kemaluanku yang mengeras di permukaan duburnya,
kupegang batang kemaluaku sehingga kepalanya mengeras. Aku mencoba
menekan batang kemaluanku, karena licin oleh sabun maka kepala
kemaluanku segera melesak ke dalam, dia pun mengeluh,
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
Ketika mulai senja kulihat Mbak Nia pulang dan aku membukakan pintu, dia bertanya,
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
Akhirnya aku dan Mbak Yuli sering melakukan hubungan seks dengan
berbagai style di motel, villa kadang-kadang di rumahku sendiri, dan
ketika aku ingin ke rumahnya beliau selalu melarang dengan berbagai
alasan. Ternyata Mbak Yuli ini sudah bersuami dan memiliki seorang anak,
ini membuatku sangat kecewa. Di sa’at aku mulai benar benar
mencintainya, dan Mbak Yuli pun sebenarnya menginginkan hal yang sama,
tapi beliau sudah terikat oleh tali perkawinan. Hanya saja dia tidak
pernah merasakan nikmatnya hubungan seks dengan sang suami, dan sa’at
jumpa dengan diriku dia cukup lama mengambil keputusan untuk menjadikan
diriku sebagai kekasihnya (PIL), katanya bersamaku dia menemukan apa
yang dia inginkan (kata dia lho). Hubungan kami berlangsung setahun
lebih sampai dia pindah bersama suaminya ke Surabaya. Tapi aku yakin
suatu hari aku pasti ketemu lagi. Oh Mbak Yuli sayangku, ternyata kamu
milik orang lain. Hingga sa’at ini aku masih berharap ketemu lagi,
setiap pagi aku masih setia menunggu kamu, walau tidak ketemu tapi
kenanganmu masih tersisa dalam hatiku.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Kakakku Sayang KuSetubuhi
