Posted by : Unknown
Rabu, 30 Mei 2018
Aku sudah beristri dan memounyai 1 orang anak umurku sekarang 30 tahun ,
kami bertiga hidup sederhana saling mencintai, tapi aku mempunyai
rahasia yang aku ingin jabarkan lewat tulisan ini yaitu kisahku dengan
istriku, kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih
berpacara n dengan istriku.Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga
kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada
satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya
yang bernama Ima (sebut saja begitu).
Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku
menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami
hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah
aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku)
dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak
tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih
sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi
canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku
berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk
ditinggali.
Agen Judi Online - Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas
dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang
membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya
juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.
Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan
mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak
mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima
memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara.
Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira
setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga
terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV
dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima
tidak ikut berbelanja.
Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can
see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang
putih mulus.
“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,
“Tauk nih..lagi males aja aku..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,
“Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,
“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu
aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton
film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke
kamarnya).
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas;
“Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku,
“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan
mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum
sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang
keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi
karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang
diduduki oleh Ima.
“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan
langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima
diujung kanan.
“Rese luh..sini temenin aku ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat
apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting aku ada temen ngobrol” katanya lagi.
Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan
curhat tentang suaminya.
Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya,
karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering
lebih dari sebulan ditinggal.
“Kebayangkan aku kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang
ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya
diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan
yang diinginkannya saat ini.
“Kan aku sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi
posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima
makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku
lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya
“Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang
mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.
“Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya)
dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka
tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam
kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan
tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu
dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan
tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.
Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya
yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan
kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam
saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.
“Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami
mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami
saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot
French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus
memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya
sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun
menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,
“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil
memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher
jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara
kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta
jilatan di lehernya.
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun
membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih,
mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya
menuju buah dadanya.
Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan
masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya
selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas
lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.
“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas
permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu
merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya.
“Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk.
“Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan
bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu
kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut
membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.
Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai
tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima
menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku
makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.
Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang
menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku
menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju
keselangkangannya.
Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku
menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang
kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari
jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah
menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta
jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi
desehan dan rintihannya berulang-ulang.
Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk
kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku
bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut
kemaluannya yang lembut dan agak jarang.
Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan
di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang
bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir
vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.
Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya
mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali.
Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah
bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah.
Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian
mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir
vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin
merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan
pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh..
hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..”
rintih dan desahannya berkali-kali.
Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya
serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi
miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi
selonjor santai
Sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima
agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya,
saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih
dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit
kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran
36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu
birahi yang bergejolak.
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai
menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan,
dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.
“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh..
hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku,
kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah
dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak
kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan
memelintir-pilintir putingnya.
Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan
kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas
kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget,
tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam
pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML
sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati
permainan sex-ku.
Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah
aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah
nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama
menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap,
menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur
tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik
pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,
“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya
“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah
aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda
yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh
pelumas vaginanya.
“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya
kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya
nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan
kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai
benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat
pemandangan surga dunia yang sangat indah.
Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan
belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh
suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya
dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.
“Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi..
suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan
vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down,
tubuh Ima mengejang-ngejang
“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau
begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan
menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat,
mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil
kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya
“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati
permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat
klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya
serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa
ampun
“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku
kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya,
sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku
kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama
makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk
seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan
ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima
meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya.
Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya.
Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan
pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti
merintih dan mendesah
“Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada
kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan,
lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang
vaginanya berkedut-kedut dan menghisap
“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii..
aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai
klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang
berdenyut-denyut berkali-kali
“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung
menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak
bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan
kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua
tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian
tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat
“Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap
bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi..
kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget
dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah
wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya
disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya,
“Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan
desahannya yang menurutku sangat seksi.
Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku
“Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke
?!?” ujarnya,
“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata
kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima
langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima
agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,
“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..”
jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia
agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang
membuntal,
“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang
mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh
bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku
dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem
melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus
menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.
Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum
penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya
kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku
sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya
memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang
penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati
permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang
tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan
kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam
seluruhnya didalam mulutnya.
Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya
kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya
sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus
.. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula
sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung
kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali
Aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju
mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang
kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”.
Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku
mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai
meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir
puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan
rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku,
Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat
tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya
yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku,
dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala
yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir
dan aku merintih tak karuan.
“Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan
hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit aku oral
kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut aku.” katanya sambil berdiri
dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman
sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm,
sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat
dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju
kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya,
kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya
sambil terus berpelukan.
Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah
keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”,
tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan
memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya
menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum
deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu.
Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil
kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima
menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada
penisku,
“Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima
mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah
dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan
memilin puting susunya yang sudah mengeras
“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan
kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya,
kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan
kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya
sepuas-puasnya
“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh..
nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan
diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa
makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai
mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku
sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.
Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian
bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir
bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu
ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down
“Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan
nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku
dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan
birahi yang sudah memuncak.
Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh..
adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan
kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku.
“Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh..
aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti
ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss
honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan
menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks
“Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan
vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama
kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh..
oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana
baru kepala penisku saja yang masuk.
Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku
belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung
menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya
“Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama
“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh..
nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan
berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya
yang sempit dan agak peret.
Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang
vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih
merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala
penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat,
seperti menghisap dan memilin-milin penisku.
Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang
kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya
“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh..
aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih
belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang
sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku.
Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai
memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam
liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi
suara rintihan dan desahan kami berdua,
“Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan
binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya
dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ”
teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,
“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan
vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey..
aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya
yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan
banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan
tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya
berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan
“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh..
mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya
yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa
didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina
miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.
Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu
yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil
kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas
pantatnya dengan tangan kananku,
Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku
jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas
pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..”
sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan
didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan
berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa.
Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan
menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima
berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali
pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.
Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang
membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah
nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.
Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi
tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya
membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak
sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”.
Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada
kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di
dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan
kiriku mulai menuju ke vaginanya.
“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah
jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan
dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah!
dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada
kanan dan kirinya.
Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan
kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku
tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan
pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan
membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan
kiriku.
“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”,
kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya
kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian
pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan
sedikit kebawah.
Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang
“Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan
seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii..
oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku,
tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku
meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal
“Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya
sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..”
bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang
vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak
kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima..
aahh.. enak shay.. hemnghh..”
“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha..
yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas
karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,
“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..”
“Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan
cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku
genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.
Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam
vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah
lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke
ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang
hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu
mencapai kenikmatan yang amat sangat.
Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk
kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan
menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan
klimaksnya.
“Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku
memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan
kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum
“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan
Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima
agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan
kembali ketempat tidur.
Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada
diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..”
tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2
jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu
bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong
nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!”
balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan
mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang
vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.
“Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap
kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem
melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas
memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya
yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin
lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang
berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan
kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku,
Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. O
ohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa
suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya
mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh..
ennakh.. sayang..?” tanyaku
“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..”
lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir
mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan
dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai
mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku
yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku
kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang
menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya
menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan
kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang
penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin
menghisap-hisap
“Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima
meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai
rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak
berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang
mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas.
Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar
dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku
serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat
membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa
kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan
basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya
mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan
yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.
“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima
menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala
penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami
saling memburu.
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju
penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada
siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh
kucuran keringat dari kulit kepalanya.
Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai
menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep
penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar
meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii..
mmhh.. enghh.. aahh..”
“Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya..
sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..”
tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah
acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah
yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan
memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima.
“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh..
nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya
yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai
mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya
“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah
mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh”
jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya
kami mencapai klimaks bersamaan,
“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan
bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil
mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku
menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam
liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki
indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi
sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan
dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina
Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku
seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut
didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling
meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan
kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba
mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit
tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku
yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut
dan pundaknya.
“Adi.. kamu hebat banget, aku sampai puas banget sore ini, klimaks
yang aku rasakan beberapa kali belum pernah aku alamin sebelumnya,
hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya
sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra
sekali seakan tak ingin diakhiri.
Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam
lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan
bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang
membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa
diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.
Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang
tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya
pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling
berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku
“Adi..kalo aku telpon, kamu mau dateng untuk temenin aku ya sayang..”
“Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu,
tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali
aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua
hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat
dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh
kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Matanya Mulai Menggoda
