Posted by : Unknown
Sabtu, 02 Juni 2018
Dengan pendidikan yang dan nilai nilai selalu memuaskan dimana aku lulus dengan nilai IP yang bisa dibilang membanggakan. Hal
ini aku alami tidak membuat aku bahagia karena aku dididik dengan
serius oleh orang tua, dan seolah olah aku menjadi kurang pergaulan dan
cenderung tipe pendiam, tapi bagiku ini tidak menyulitkan.
Banyak juga yang bilang kalau aku itu manis, mungkin karena mataku
yang indah, Karena itulah dalam usia yang relatif muda, 21 tahun aku
berhasil menemukan jodoh yang baik, dia cukup kaya dan orangnya
pengertian walaupun usianya jauh lebih tua dari aku, 31 tahun, maklum
karena aku selama ini dibesarkan dengan didikan orang tua yang otoriter
sehingga suamiku juga cukup selektif karena Mama hanya memperbolehkan
orang yang qualified menurutnya untuk apel ke rumahku.
Bila pria yang apel ke rumahku berkesan norak dan hanya membawa
kendaraan roda dua, jangan harap Mama akan mengijinkannya untuk apel
lagi.
Selama beberapa tahun, hubungan kami baik-baik saja, kami dikaruniai
dua orang anak, dan kami sangat berkecukupan di bidang materi.
Agen Judi Online - Namun kadang-kadang tidak semuanya berjalan lancar, ternyata suamiku
tidak bisa lagi memberi nafkah batin kepadaku, ternyata dia mengalami
problem impotensi, karena overworking. Tetapi saya tetap mencintainya
karena dia jauh dari perselingkuhan dan dia sangat perhatian kepadaku.
Walaupun dia sudah tidak dapat lagi memberiku kepuasan, namun saya
tetap menahan diri dan mencoba untuk tidak berselingkuh. Semuanya
berjalan dengan baik sampai akhirnya datang Iwan.
Dia adalah rekan bisnis suamiku sejak lama, namun aku baru sekian
lama dapat berjumpa dengannya, dia seusia suamiku, menurutnya dia dan
suamiku berpartner sejak mulai bekerja, kami kemudian menjadi dekat
karena dia orangnya humoris.
Dasar laki-laki tampaknya dia cukup tanggap dengan keadaan suamiku
yang tidak mampu lagi memuaskan diriku sehingga akhirnya dia akan
membawaku ke jurang kehancuran, aku dapat merasakan matanya yang jalang
bila melihatku,
Terus terang saja aku merasa risih namun ada sensasi birahi dalam
diriku bila dipandang seperti itu, aku tidak tahu mengapa, mungkin
karena aku tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu, walaupun ketika
masih mojang aku mempunyai banyak kenalan pria.
Suatu saat dia menelepon dari hotelnya, dia menyuruhku menjemput
suamiku yang katanya minum-minum sampai mabuk, aku ingat waktu itu masih
pagi betul, memang suamiku kadang lembur sampai malam sekali, sehingga
aku tidak tahu kapan dia pulang. Betapa bodohnya aku, aku menyadari
suamiku tidak pernah minum alkohol, entah mengapa ajakan Iwan seperti
hipnotis sehingga aku tidak curiga sama sekali.
Akhirnya aku sampai di hotel GS tempat Iwan menginap, aku memasuki
kamarnya dan dengan muka tak berdosa dia memaksaku untuk masuk, tanpa
curiga aku cepat-cepat masuk dan mencari suamiku, namun ketika aku sadar
dia tidak ada tiba-tiba mulutku dibekap dari belakang.
Napasku sesak sampai aku pingsan, entah apa yang terjadi selanjutnya,
aku merasa ada kegelian di dadaku, seseorang mengelus-elus dan
meremas-remas bagian dadaku. Pelan-pelan aku terbangun, kulihat Iwan
sedang memainkan payudaraku.
Oh, betapa terkejutnya aku, apalagi mendapati diriku terebah di tempat
tidur dengan hanya baju atasan yang sudah terbuka dan BH-ku yang sudah
dibuka paksa. Aku menyuruhnya melepaskanku kudorong dorong badannya
tetapi dia tak bergeming.
Dia memegangi kedua tanganku dan menekuk kedua lenganku dan
menaruhnya di samping kepalaku, sehingga aku praktis tidak bisa apa-apa,
genggamannya terlalu kuat, dia tertawa kecil dan menciumi kedua puting
payudaraku, aku menolak tapi entah kenapa aku merasa risih birahi.
Kemudian dia memasukkan penisnya ke bagian kemaluanku, aku meringis-ringis dan berteriak, rasanya sakit sekali.
Tetapi aku sepertinya justru menginginkannya, di tengah pergumulan
itu aku menyadari bahwa penis suamiku sebenarnya terlalu kecil, aku
pelan-pelan merasakan kenikmatan, dasar lelaki tampaknya Iwan sangat
pintar mengambil kesimpulan, aku pasrah pada kemauannya, ketika dia
membalikkan badanku sampai seperti merangkak, dia sangat agresif, tetapi
aku dapat mengimbanginya karena sudah lama aku tidak merasakan ini.
Dia kembali menusukkan penisnya di kemaluanku dan meremas-remas
payudaraku. Ahh, memang aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang
bahkan suamiku sendiri tidak pernah memberikannya. Kemudian merasa tidak
puas dengan baju bagian atasku yang masih menempel, dia melepaskannya,
sambil kemudian membuat posisiku seperti duduk dipangku olehnya.
Seperti kesetanan aku secara otomatis mengikuti irama kemauannya,
ketika kedua tangannya memegang perutku dan menggerakkannya naik turun
aku secara otomatis mempercepat dan memperlambat gerakanku secara
teratur, dia tersenyum penuh kemenangan, merasa dia telah membuat
ramalan yang jitu.
Kurasakan dia kembali meremas-remas dadaku ketika dia merasa aku dapat
mengambil inisiatif. Sungguh seperti binatang saja aku, melakukan hal
semacam itu di pagi hari, di mana seharusnya aku ada di rumah
mempersiapkan sarapan dan mengurus anak-anakku.
Sempat kurasakan tiada selembar benangpun menempel di tubuhku kecuali
celana jinsku di sebelah kanan yang belum terlepas seluruhnya,
tampaknya Iwan tidak sempat melepasnya karena terlalu terburu nafsu.
Akhirnya dia menyuruhku mengambil posisi telentang lagi dan dia
mengangkat dua kakiku direntangkannya kedua kakiku ke arah wajahnya dan
dia mulai memainkan penisnya lagi, dan kurasa dia sangat menaruh hati
kepada payudaraku, karena kemudian dia mengomentari payudaraku,
menurutnya keduanya indah bagaikan mangkuk.
Hmm, aku sungguh menikmatinya karena suamiku sendiri tidak pernah
memberi perlakuan spesial pada kedua payudaraku ini, paling dia hanya
meremas-remasnya. Tetapi apa yang dilakukan Iwan benar-benar sungguh
mengejutkan dan memuaskan diriku, dia menghisap putingku dan
memainkannya seperti dot bayi. Hanya sebentar rasanya aku mengalami
orgasme, aku merasa lelah sekali dan kehabisan nafas sampai akhirnya dia
juga sampai ke situ.
Setelah itu aku merasa sangat marah dan menyesal kudorong Iwan yang
masih mencoba mencumbuku, kumaki dia habis-habisan. Tampaknya dia juga
menyesal, dia tidak dapat berkata apa-apa. Iwan kemudian hanya duduk
saja sementara aku sambil menangis memakai kembali seluruh pakaianku.
Aku mencoba menenangkan diri, sampai kemudian Iwan mengancamku untuk
tidak mengatakan hal ini kepada suamiku, dia kembali menekankan bahwa
bisnis suamiku ada di tangannya karena dia adalah pembeli mayoritas
sarang burung walet suamiku.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Kisah Seks Pemuas Nafsu Birahiku Selain Suamiku
