Posted by : Unknown
Minggu, 10 Juni 2018
Bu Linda adalah nama ibu kostku, dia seorang janda beranak 2, semua
anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Linda.
Untuk ukuran wanita setengah baya, tubuh Bu Linda masih terbilang bagus,
Tubuhnya begitu montok dengan pantatnya yang semok dan buah dadanya
yang besar.
Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di
belakang kepalanya. Orangnya sangat tenang dan ramah. Kalau sedang
dirumah Bu Linda paling sering memakai daster sehingga bentuk tubuhnya
menggodaku agar terus melihatnya. Buah dadanya yang besar itu juga
sering ku lihat terkadang tanpa di tutupi BH sehingga nampak menggantung
bergoyang-goyang saat badannya menunduk membersihka tanamannya.
Agen Judi Online - Ada satu hari ketika itu aku kerja masuk siang jadi agak santai.
Setelah aku membeli koran dan kembali ke kamar untuk membacanya, pintu
kamar ku biarkan saja terbuka. Beberapa saat kemudian ku lihat ibu kost
berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk, rupanya dia mau
mandi.
“Koq belum berangkat Rud,” tanyanya kepadaku.
“Iya bu, hari ini masuk siang,” jawabku.
“Wah enak dong bisa santai..” kata Bu Linda lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.
Dari
kamar mandi aku mendengar Bu Linda bersenandung kecil dengan suara
bunyi air. Saat itu pikiranku langsung ngeres dengan membayangkan tubuh
Bu Linda yang telanjang dan itu membuat kemaluanku mengeras. Lalu timbul
keinginanku untuk mengintipnya.
Sesegera mungkin kututup pintu
kamarku dan dengan sangat berhati-hati aku mencari celah sambungan papan
antara kamarku dengan kamar mandi. Ternyata ada sedikit lubang tipis
yang karena catnya sudah hancur, celah itu tepat agak dibawah dekat bak
mandi. Dengan hati senang, aku intip Bu Linda, tampak dia telanjang
bulat, badannya masih bahenol untuk ukuran usianya. Payudaranya sudah
agak turun tapi besar dan menantang, sedangkan kemaluannya ditutupi bulu
cukup lebat.
Aku melihat dia menyabuni dua gunungnya agak lama,
lalu dia permainkan putingnya dengan jari-jari tangan kanannya,
sedangkan tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari tengahnya
sesekali dia masukan sedangkan matanya tampak terpenjam mungkin sedang
menikmati. gerakannya itu kulihat seperti orang bersetubuh.
Setelah
itu Bu Linda menghentikan kegiatannya lalu berjongkok tepat menghadapku
untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga dapat kulihat memeknya
dengan jelas. Hal itu membuat penisku langsung berdiri tegap, lalu
kumainkan dengan tangaku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu
Linda mengetahui apa yang aku lakukan. Semakn lama nafsu ku semakin
tidak terkendali, kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang
ada di kepalaku sekarang adalah bagaimana caranya bisa menikmati tubuh
Bu Linda.
Pada akhirnya Bu Linda pun selesai mandi, setelah
mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi
tubuhnya, sedangkan pakaiannya dimasukan ke dalam ember yang ada di
dalam kamar mandi.
Aku pun langsung bersiap-siap dengan rencanaku.
Ketika Bu Linda melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa
berkata-kata lagi kupeluk butuh Bu Linda dari belakang sambil menarik
handuk yang di pakai Bu Linda hingga akhirnya telanjang, tanganku
langsung meremas buah dadanya.
“Aww, aduhh.. apa-apaan ini..” Bu Linda terkejut.
“Aduhh Rud, jangan Rudi…” Bu Linda mencoba menghindar.
Aku
tetap tidak perduli lagi, tangan kananku malah ku arahkan ke memeknya,
ku masuk dan keluarkan lalu ku colok dengan jariku masuk ke dalamnya
sambil ku ciumi lehernya dari belakang. Tubuh Bu Linda mencoba berontak
agar lepas tapi aku tidak memberikan kesempatan dengan semakin
mempererat pelukanku.
“Aduhh.. Rud ingat Rud.. ibu sudah tua Rud. Lepasin ibu Rud,” kata Bu Linda memohon.
“Gak
bu, ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama ibu.. Udah deh
mendingan ibu nikmati aja lagian kan ibu sudah lama tidak beginian,”
kataku sambil memaksa.
“Tapi ibu malu rud, nanti kalau ada orang yang tahu gimana..?” tanya Bu Linda.
“Ya makanya, mending ibu nikmati saja, kalau begitu kan tidak ada yang bakal tahu,” balasku.
Akhirnya
Bu Linda pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku pun
semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Linda, kadang ku
elus-eluskan terkadang ku remas-remas seperti pada pantatnya yang besar
dan montok itu. Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Linda, aku
semakin bersemangat.
“Akhhh.. ssshhh, aaahhh, geli Rud,” Bu Linda mendesah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.
Ku
putar tubuhku menghadap Bu Linda, sambil tetap ku peluk, ku ciumi
bibirnya dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Linda ternyata
mulai mengimbangiku, dia balas ciuman ku dengan ketat, aku dan Bu Linda
bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun
tangan Bu Linda ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana
pendek yang ku pakai.
Tanpa ku minta Bu Linda menarik ke bawah
celanaku hingga kemaluan ku bebas mengacung. Digenggamnya penisku,
dengan jempolnya ke kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya.
Buah zakarku pun tidak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan,
sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus,
sensasi seks yang kurasakan benar-benar lain.
Sementara itu, leher
Bu Linda ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dadanya yang besar
itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya
sedangkan pada putingnya selain ku jilat, aku hisapi seperti bayi yang
sedang menetek pada ibunya, ternyata membuat Bu Linda semakin hot.
Tangannya mengacak-acak rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke
payudaranya.
“Aduhhh… ahhh… shhh.. terus Rud, ahhhh..”
Dengan
posisi tubuh Bu Linda yang tetap berdiri, aku menurunkan badanku,
kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Linda ternyata tau apa yang
akan kulakukan, di bukanya kedua kakinya lebar sehingga sedikit
mengangkang yang membuatku lebih leluasa menciumi memeknya.
Aku
mainkan lidahku di bibir memek Bu Linda, itilnya aku jepit dengan
bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tidak ketinggalan jariku pun ku colokan
masuk ke dalam memek Bu Linda.
Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Linda semakin horny dengan mulutnya yang tak berhenti berdesah-desah.
“Ahhh… Awww.. yahhh… shh… terus Rud…”
Begitu
nafsunya aku dan Bu Linda bercinta, hingga aku dan Bu Linda sudah tidak
perduli lagi kalau waktu itu kami bermain di udara terbuka di belakang
rumah Bu Linda. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan
sejenak aktifitasku.
“Bu sebentar yah, aku mau mengunci pintu dulu, takut ada yang datang,” kataku sambil beranjak.
“Ohh
iya. untung kamu ingat, tapi cepat ya Rud, ibu sudah ngak tahan neh,”
jawabnya nakal. Aku pun tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu dada Bu
Linda.
Bisa dibilang jarak ke pintu hanya beberapa meter saja,
berhubung aku dan Bu Linda sedang dinaungi rasa nikmat hingga tidak mau
kehilangan waktu sedetik pun. Setelah menuntup pintu aku kembali,
penisnya terayun-ayun waktu berjalan karena celana dalam ku terlepas
meskipun aku masih memakai baju.
“Kalau pagar depan dikunci ngak Bu? tanyaku ketika sudah dekat Bu Linda.
“Dikunci koq, dari pagi Ibu belum membukanya,” jawab Bu Linda sambil merangkul tubuhku ke pelukannya.
“Rud kita pindah ke kamar yuk,” kata Bu Linda.
“Disini aja ya Bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah ngentot di sini kan sama bapak dulu.”
“Ah,, kamu ini ada-ada aja,” jawab Bu Linda sambil membuka bajuku.
Aku
dan Bu Linda kembali berpelukan di atas kursi yang ku tarik dari kamar
depanku, tubuh Bu Linda ku pangku di atas pahaku, Bu Linda semakin aktif
menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku
mulai aktif mencari memeknya yang semakin basah.
Bu Linda kemudian
berdiri lalu jongkok di hadapanku, di langsung memasukan mulutnya ke
penisku, di hisap-hisapkannya dengan menggerakan kepalanya maju mundur,
kemudian kedua telur kecil ku juga di hisapnya. Gerakan lidah Bu Linda
benar-benar membuatku mabuk kepayang.
“Ahh, enak Bu..,” erangku penuh nafsu.
Tanganku
juga ku arahkan ke buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang,
sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam
mulutnya menghisap penisku. Bu Linda lalu menghentikan hisapannya pada
penisku.
“Rud, ayok penismu masukin sekarang, memek Ibu sudah
pengen banget dimasukin penismu itu,” pintanya sambil membaringkan
tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan.
Tanpa
basa-basi lagi, aku menyusul Bu Linda dan ku kangkangi tubuhnya dari
atas, Bu Linda meraih penisku lalu di arahkannya ke lubang memeknya.
Setelah pas lalu ku tekan pelan-pelan hingga penisku masuk semuanya
dalam memek Bu Linda, ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan
semakin cepat. Mulut Bu Linda terus berdesah menahan nikmat. Tubuh Bu
Linda terhentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang
bergerak-gerak indah ku remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan
Bu Linda berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap.
Bu
Linda lalu memintaku berganti posisi di atas, aku pun berbaring dan Bu
Linda duduk di atas selangkanganku setelah penisku di masukannya ke
dalam memeknya. Bu Linda bergoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti
memeknya membelit penisku. Dari bawah buah dada Bu Linda tampak lebih
indah menggantung bergoyang-goyang.
Aku dan Bu Linda kembali ke
posisi semula, gerakan aku dan Bu Linda semakin liar saja. Tusukan
penisku semakin cepat dan diimbangi dengan gerakan pantat Bu Linda yang
kadang bergoyang ke kira dan ke kanan, kadang juga ke atas dan ke bawah
semakin panasnya permainan seks yang aku lakukan dengan Bu Linda. Hingga
akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar.
“Bu aku mau keluar,,,” desahku.
“Ibu juga mau keluar Rud,” erangnya.
Aku
dan Bu Linda saling berpelukan dengan ketat, bibirku dan bibir Bu Linda
saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu
Linda.
Beberapa saat aku dan Bu Linda saling diam menikmati
sisa-sisa kenikmatan. Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon
rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Linda
melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan buah
dada Bu Linda, entah kenapa aku suka sekali dengan buah dada Bu Linda
itu.
Aku dan Bu Linda lalu pergi membersihkan badan di kamar
mandi, saling gosok dan sambil meremas hingga gairah ku dan gairah Bu
Linda kembali bangkit, aku dan Bu Linda kembali bersetubuh di kamar
mandi sampai puas.
Wanita seusia Bu Linda memang sangat
berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam
menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Linda cenderung
memanjakanku agar dapat kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena
itulah aku pun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya.
Gairahku
kepada Bu Linda entah kenapa selalu menyala, maunya setiap hari aku
bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Linda pun demikian. Hal ini ku dengar
sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu
teman kostku sedang ada di kamarnya.
Saat Bu Linda sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Linda menolaknya.
“Jangan sekarang Rud, nanti temanmu tahu,” kata Bu Linda.
“Tapi Bu, aku sudah ngak tahan..” sanggahku.
“Ibu juga sama, malahan ibu pengennya setiap hari begituan sama kamu.”
Akhirnya
aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang
tidak terlampiaskan. Sudah lebih dari 4 hari hasratku tidak tersalurkan,
aku dan Bu Linda hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat
lebih, hingga pada suatu sore, mendadak temanku mau pulang ke kampungnya
setelah dapat telepon ibunya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci
pintu lalu segera aku mencari Bu Linda. Di dalam rumah tampak Bu Linda
baru keluar dari kamarnya.
Bu Linda ketika itu memakai baju berkerudung seperti Bu Linda mau pergi mengaji.
“Mau ke mana Bu? tanyaku mendekatinya.
“Ibu mau pergi ngaji dulu Rud,” jawab Bu Linda.
“Bu, ayok dong, sudah lama nih..,” bujuku.
“Nanti aja ya Rud, Ibu cuma sebentar saja koq ngajinya.”
“Ayo lah Bu sebentar saja..,” paksaku sambil ku peluk Bu Linda.
Tanganku
segera aja menjalar ke balik baju Bu Linda yang gombrong. Buah dada Bu
Linda yang besar selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.
“Dasar kamu nakal banget,, tapi sebentar saja ya,” ucap Bu Linda sambil pasrah.
Ternyata
Bu Linda sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan
begelora. Meskipun saat ini Bu Linda memakai kerudung tidak menghalangi
aku dan Bu Linda untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada
nuansa yang lain kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan
permintaan Bu Linda melepaskan kerudungnya pun ku larang.
“Rud, kerudungnya Ibu lepaskan dulu yah,” tanya Bu Linda.
“Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat Ibu pakai kerudung..” larangku.
“Ahh, kamu ini ada-ada saja.”
Sambil
terus berciuman Bu Linda melepas BHnya, lalu bajunya ku angkat ke atas
dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati
sepuas-puasnya. Bu Linda merengek kecil sambil tangannya mengerumasi
rambutku.
“Ahh,, shhhh,,, ahhh..” suara Bu Linda pelan.
Tangan
Bu Linda menarik celanaku hingga penisku yang sudah keras itu mengacung
bebas, lalu di permainkannya penisku dengan meremas-remasnya. Kain
bawahan yang di pakai Bu Linda ku angkat dan ku gulungkan di
pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas ku tarik celana dalamnya.
“Rud, ayo cepat masukin…” pinta Bu Linda.
“Iya Bu, disini aja ya bu,” jawabku sambil membimbing tubuh Bu Linda ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.
“Tapi nanti kalau ada orang gimana Rud?” tanya Bu Linda khawatir.
“Tenang saja bu, kan kita ngak telanjang.”
“Rud, Ibu di atas yah,” Bu Linda meminta posisi di atas.
Aku
pun mengiyakan kemauan Bu Linda, ku dudukan tubuhku di atas kursi
panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu Linda menempatkan
tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar dengan pahaku,
lalu Bu Linda menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke penisku.
Penisku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya.
Setelah itu
Bu Linda menekan tubuhnya hingga penisku masuk ke dalam memeknya sampai
dasar lalu di putar-putar dengan gerakan semakin cepat. Buah dada Bu
Linda yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Linda yang
semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi
hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-meremas
pantatnya.
Biarpun Bu Linda tidak melepaskan pakaian dan
kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Linda tetap dahsyat malah semakin
membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Linda dengan menghentakan
pantatku ke atas apabila Bu Linda menekan ke bawah hingga aku merasakan
penisku seperti menghujam ke dalam memek Bu Linda, hal itu membuatnya
semakin terhempas dalam kenikmatan.
“Akhhh.. akhhh.. mmhhh…” mulut Bu Linda tidak berhenti mendesah.
“Ayo Rud, terus masukan lebih dalam lagi..” katanya di sela-sela desahan.
Setelah beberapa saat aku dan Bu Linda saling menggenjot dengan posisi Bu Linda tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.
“Bu, aku mau keluar..” erangku.
“Ibu juga Rud, mau keluar.. akhhh..” balas Bu Linda.
Gerakan
tubuhku dan tubuh Bu Linda sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Linda
semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Linda saling
berpelukan erat, bibir ku dan bibir Bu Linda saling hisap, hingga
akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Linda sama-sama mengejang, spermaku pun
tumpah di dalam memek Bu Linda. Aku dan Bu Linda bersama-sama menikmati
puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama.
Aku
dan Bu Linda sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati
sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Linda mengangkat
tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung
yang dipakai Bu Linda begitu acak-acakan akibat pertemuparan tadi.
“Sudah ya Rud, Ibu mau berangkat,” kata Bu Linda sambil beranjak menuju kamar mandi.
Aku
lalu mengikutinya dan sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan
cairan sisa pertempuran. Sambil saling bercanda aku dan Bu Linda saling
tuduh.
“Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat,,” kata Bu Linda sambil meremas pelan penisku yang mulai layu.
Aku
hanya tersenyum mendengar gurauan Bu Linda. Setelah dirasa bersih aku
dan Bu Linda keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku
sedangkan Bu Linda berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku
lalu aku duduk di depan kemarku sambil merokok dan baca koran. Dari
dalam terlihat Bu Linda berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi
kembali.
“Rud, ibu berangkat ngaji dulu yah..kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu,” kata Bu Linda.
“Iya
bu,” jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Linda, iseng dari
belakang ku remas pantat Bu Linda yang bergoyang-goyang. Bu Linda hanya
berkata manja.
“Rud, akhh nakal kamu, belum puas ya..?”
“Ngak tahu nih bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu saja,”
Setelah
menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur. Malamnya aku dan Bu
Linda nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya ngobrol dan bercanda
saja, tak enak juga mengajak Bu Linda bersetubuh lagi kasih sepertinya
dia kecapean. Ketika aku mau kembali ke kamar telepon Bu Linda berbunyi
yang ternyata dari cucunya Bu Linda yang mengatakan bahwa besok siang
mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tidak tersalurkan lagi nih,
kataku dalam hati.
Jam setengah tujuh pagi aku bangun dan langsung
bergegas ke kamar mandi, saat berjalan ke kamar mandi ku lihat Bu Linda
sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis dan langsung
membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku tertuju terus ke Bu Linda,
dan acara mandi pagi pun ku percepat. Pikirku kalau sekarang ngak bisa
menikmati tubuh Bu Linda bisa gigit jari, soalnya cucu Bu Linda datang
bisa berhari-hari mereka akan tinggal.
Aku segera mengganti kaos,
sedangkan celana pendek tetap ku pakai biar praktis. Aku lalu
mengendap-ngendap mendekati Bu Linda yang sedang berdiri di depan meja
dapur dengan posisi membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Linda
kepalaku langsung ku arahkan ke bawah pantat Bu Linda setelah terlebih
dulu bagian bawah dasternya ku angkat dan langsung ku ciumi belahan
pantat Bu Linda yang ternyata tidak memakai celana dalam.
“Aww..
apaan nih,,” teriak Bu Linda terkaget-kaget setelah tiba-tiba merasa ada
sesuatu yang mendesak-desak pantatnya, tapi setelah tahu aku yang
melakukannya Bu Linda pun tenang kembali.
“Iiihh, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung ibu ngak jantungan.”
Aku
terus saja menciumi sekeliling pantat Bu Linda yang masih berwangi
sabun, rupanya Bu Linda juga baru habis mandi. Dari balik dasternya,
tangaku ku julurkan ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang
juga tidak memakai BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan
Bu Linda sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih sayuran.
“Rud, ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kami pasti minta jatah sama Ibu,” kata Bu Linda.
“Memangnya kenapa bu? tanyaku dari dalam dasternya.
“Iya,
kamu semalam dengar kan kalau cucu ibu mau datang. kasihan deh kami Rud
bakal nganggur beberapa hari ini, he.. he.. hee.. hee,” jawab Bu Linda
sambil tertawa sambil membayangkan penderitaanku nanti.
“Nasib-nasib..” sesalku. Bu Linda kembali tertawa mendengar ratapanku itu.
Sambil
terus menciumi pantat Bu Linda, ku minta dia agar sedikit melebarkan
kedua kakinya dan setelah kedua kakinya lebar mengangkang ku geser
tubuhku sekami ke dalam lalu ku balikan badan dengan wajahku menghadap
keatas pas di bawah memeknya.
Memek Bu Linda yang berbulu tebal
itu lalu ku ciumi dan ku jilati, dan lubang memeknya ku masukan dengan
jari tengahku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Linda pun
mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekan pantatnya,
sepertinya gairah Bu Linda pun mulau naik.
“Rud berhenti dulu sebentar,” mintanya.
Dan
setelah aku menghentikan kegiatanku dengna masih tetap berdiri di
tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di
letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku bebas
menjelajahi memeknya.
Memek Bu Linda kembali ku jelajahi dan tidak
lama berselang kurasakan Bu Linda mengejang dengan kepala kini menumpu
di atas meja satu tangannya menekan kepalaku tersuruh kian dalam ke
memeknya.. lalu gerakan Bu Linda pun melemah kemudian terhenti, hanya
terdengar nafasnya masih cepat.
Seiring dengna melemahnya gerakan
Bu Linda, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Linda.
Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Linda yang menggantung
bergoyang-goyang karena kepala Bu Linda masih tergeletak di atas meja
dan tubuhnya menjadi kondong ke depan. Mulutku ikut menyerbu buah dada
Bu Linda dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan ku remas-remas.
Setelah
merasa pulih, Bu Linda lalu bangkit dan aku pun kemudian duduk di atas
kursi. Bu Linda lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya
yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu
Linda menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah, aku dan Bu Linda
saling berbalas lidah.
Bu Linda lalu jongkok, di tariknya celana
pendekku hingga penisku yang sudah keras itu mengacung. Di permainkannya
penisku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil
dihisap-hisap.
Aku dan Bu Linda menuju ke menu utama permainan
dengan menurunkan dasternya, Bu Linda lalu tengkurap diatas meja satu
kakinya tetap menginjak lantai sedangkan yang satunya di angkat
melintang di atas meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya.
Terlihat memeknya sedikit mendongkak. Segera ku arahkan penisku ke
belahan memek Bu Linda, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik
lagi dengan lebih cepat.
Tubuh Bu Linda terhempas terdorong oleh
hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu
Linda kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga
menimbulkan suara berdegup.
Aku dan Bu Linda lalu berganti posisi
dengan berbaring di lantai dapur. Bu Linda memiringkan tubuhnya, aku
yang sudah jongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan
pundak satu kaki Bu Linda hingga terpentang, lalu kuarahkan penisku ke
memek Bu Linda yang tampak memerah itu dan kutusukan hingga dasar memek
Bu Linda.
Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat,
kusetubuhi Bu Linda dengan menindihnya dari atas, mulutku menciumi buah
dada Bu Linda. Kedua kaki Bu Linda melingkar di pingganku hingga aku
akhirnya klimaks, sprermaku tumpah di dalam memek Bu Linda. Aku dan Bu
Linda berpelukan erat dengan bibir saling beradu sambil mengakhiri
kepuasan.
Setelah itu aku dan Bu Linda segera bangkit karena
khawatir kalau cucu Bu Linda datang, dan benar saja tidak lama setelah
aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Linda datang.
Ternyata cucu Bu Linda tinggal lama karena sekolahnya sedang libur
panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Linda yang
tidak dapat tersalurkan.
Akhirnya aku tidak tahan lagi, suatu sore
ketika Bu Linda hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku
hentikan langkah Bu Linda di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol
aku utarakan hasratku pada Bu Linda.
“Bu, saya sudah ngak tahan lagi nih,,” ucapku pada Bu Linda.
“Sabar dong Rud, kamu kan tahu sendiri cucuku, ibu juga sama, sudah kepengen, tapi yang gimana,” jawab Bu Linda.
“Tuh ibu juga sama, sudah kepengen kan ayolah Bu, sebentar saja,” desakku.
“Iya sih, tapi ngak ada kesempatannya, cucu ibu itu lho, maunya sama ibu terus..”
“Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu ibu tidur, ibu pura-pura sakit perut atau setelah semua tidur ibu nanti ke sini.”
“Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?” kata Bu Linda khawatir.
“Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.”
“Habis dimana?.. di kamarmu?” tanya Bu Linda lagi.
“Ya
ngak lah itu sih resikonya sama, di situ aja tuh, tempatnya kan gelap,
orang ngak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar
kita bisa segera tahu,” kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon
belimbing di depan gudang yang gelap kalau malam.
“Ya sudah deh kalau begitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada yang lihat,” jawab Bu Linda sambil tersenyum.
Saat
Bu Linda berjalan, aku sempatkan meremas pantatnya setelah melihat
keadaan di dalam rumah Bu Linda sepi. Bu Linda hanya merintih pelan
sambil terus berjalan ke kamar mandi.
Untuk semakin mematangkan
rencana, dari sehabis sholat aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku
pun kumatikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas aku dengan
pintu belakang rumah Bu Linda di buka, segera ku intip dari celah
jendela, dan seperti yang ku harapkan terlihat memang Bu Linda yang
keluar.
Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata,
setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar,
Bu Linda langsung menuju tempat yang telah direncanakan, aku menyusulnya
sambil hati-hati.
Setelah berdekatan, aku dan Bu Linda langsung
saling berpelukan sambil berciuman dengan panas, bibirku dan bibir Bu
Linda saling balas dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskan hasrat
yang tertunda. Tanganku dan tangan Bu Linda sama-sama sibuk saling
merabah. Ku nyusupkan tanganku ke balik daster Bu Linda hingga bagian
bawah daster Bu Linda ikut terangkat ketika tangaku mulai meremas ke
belahan pantatnya lalu berpindah ke depan sambil merabah memeknya yang
ternyata tidak bercelana dalam.
Bulu jembutnya yang lebat ku
permainkan dulu dengan menarik-narik dengan pelan sebelum menjamah
memeknya. Memek Bu Linda yang tembam itu lalu kupermainkan, itilnya
kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu Linda
dan kuputar-putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu Linda segera mencari
penisku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang penisku
seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku.
Karena
situasinya tidak begitu kondusif aku dan Bu Linda tidak berlama-lama
melakukan pemanasan, segera saja aku dan Bu Linda bersetubuh, dengan
tetap berwaspada kalau ada orang rumah yang keluar.
Tubuh Bu Linda
berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di
tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan
tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Linda ke dinding dan setelah
dirasa posisinya pas mulai ku masukan penisku ke memek Bu Linda.
Biarpun
dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Linda saling
berciuman dengan liar. Aku dan Bu Linda sama-sama penuh gairah dalam
persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Linda saling
memburu, dengan tetap menusuk-nusukan penisku tubuh Bu Linda sedikit ku
angkat dengan tanganku yang sebelumnya meremas-remas bongkahan pantat Bu
Linda.
Aku dan Bu Linda terus bergerak untuk saling berbagi
kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara kutahan. Dengan
cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain,
yang tidak kalah nikmatnya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Linda
menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan
penuh nafsu ini.
Mukaku langsung ku arahkan di tengah-tengah
payudara Bu Linda setelah Bu Linda membuka kancing dasternya, lalu ku
permainkan buah dada Bu Linda dengan mulutku dengan menciumi dan
menghisapinya dan pada putingnya seperti menyusui, hal itu membuat Bu
Linda menahan kenikmatan.
Dan akhirnya dengan tanpa merubah posisi
kami yang tetap berdiri aku dan Bu Linda sampai ke ujung klimaks,
tubuhku dan tubuh Bu Linda semakin merapat, pantat Bu Linda
bergoyang-goyang tak beraturan dengan semakin liar dan ku tancapkan
penisku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Linda terus
beradu dengan ganas saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada
akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Linda sama-sama mengejang menahan
kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi
rongga-rongga memek Bu Linda.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Memperkosa Janda STW Sehabis Mandi
