Archive for Juli 2018
Kisah ini berawal dari jaman aku SMA. Dulu waktu masih sekolah SMA,
aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Aku tak pernah mendekati
seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang
yang jelek-jelek amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku
beraksi dibidang olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan
banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka
mereka.
Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu
perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya
Dewi. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil
mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya
meninggal ketika aku masih SMP bibiku mendirikan usaha sendiri di kota
ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia
bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika
datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya.
Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan.
Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan
muda. Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya.
Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih
32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya
sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku
benar-benar berdebar-debar.
Agen Judi Online - “Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.
Selama
tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab
dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak
Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat
dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.
Tak
terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak
Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta
juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri.
Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.
“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.
Aku
duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang.
Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia
tak menyadarinya. Lama kami terdiam.
“Kamu banyak diam ya”, katanya.
“Eh..oh, iya”, kataku kaget.
“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.
“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku.
“Ah kamu, ada-ada aja”
“Serius mbak”
“Makasih”
“Restorannya gimana mbak? Sukses?”
“Lumayanlah,
sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak
serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”,
katanya. “Gimana kuliahmu?”
“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.
Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.
“Makasih, nggak usah ah”
“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”
Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”
Aku
memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali
aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa
melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar
juga. Tercium bau harum parfumnya.
“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.
“Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”
“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”
“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”
“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”
“Masa’?”
“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.
“Siapa?”
“Mbak Dewi”.
Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.
“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,
Ia diam.
“Semenjak
aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa
itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula
aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping
mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin
sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit
sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”,
kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi
perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama
mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.
“Maaf
wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun ditinggal
sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di
ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan
menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar
mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping. cerita sogopoker.me
“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”
Aku
menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun
masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak
Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana
dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai
menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar
mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk
menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini
nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah
ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.
“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.
“Apa mbak?”
“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”
“Untuk
yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu
tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.
Kami
naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu kami pergi
belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak
Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak
ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di
mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan
sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa
perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak
Dewi bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku
membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat
mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu
kalau lagi butuh buat kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang
sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan
memberikan sebuah kotak hadiah.
“Apa ini?”, tanyanya.
“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,
Ia
tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia
mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku
memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.
“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.
“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”
“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.
“Bagaimana wan?”, tanyanya.
“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”
“Aku cinta kamu mbak”, kataku.
Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”
Aku
memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan
bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan
menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami
berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi mengangkat paha kirinya ke
pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku
lalu mengikutinya.
“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.
“Aku juga bingung mbak”
Kami
berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku
sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul
keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat
itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar
besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu
menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi
ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.
Aku
lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku
baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta
mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.
Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol
kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif
bagi wanita.
“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.
“Kenapa mbak?” kataku.
Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.
Ia
memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja
merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut, hangat
lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak
Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu
ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan
ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.
“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.
“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia
mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku.
Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret,
mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya.
Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu
dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.
“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.
Dadanya
naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali
ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu.
Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”
Mbak
Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat.
Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu
untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.
Aku
tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur,
posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi,
kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di
ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….
“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”,
mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke
rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi
mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di
atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh
suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun.
Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak
mbak Dewi sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”
“eh?”, aku kaget.
“Sebenarnya,
aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang
ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga
mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”,
katanya.
Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.
Setelah
itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku mulai
mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia menemukan
partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena
punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah
cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup
bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih
seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Gairah Sex Ternikmat Yang Kudapat Dari Bibiku
Pertama kali aku kenal dengan ibu Farida ketika dinas tempatnya
bekerja mengerjakan beberapa proyek bersama dengan tempatku bekerja. ibu
Farida berusia sekitar 40 tahun, dengan postur tubuh yang sangat luar
biasa (untuk orang seumur itu). tingginya sekitar 165cm, dengan badan
yang sangat montok.
walaupun ia punya beberapa orang anak, bahkan
ada yang sudah kuliah, tapi masih sangatlah menggairahkan bodinya itu.
buah dada besar montok dan perutnya tidak buncit seperti ibu-ibu lain,
rata malah, dengan pinggul dan pantat yang sangatmontok.
berkali-kali
dalam rapat aku harus memaksakan mataku untuk beralih dari buah dada
yang besar montok, bahkan dalam seragam PNS terlihat sangat sexy.
walaupun ia mengenakan jilbab yang sangat lebar. namun tak mampu
menyembunyikan betapa besarnya payudaranya.
bermalam malam aku
terasa gelisah, meskipun aku masih bisa sedikit mengurangi dengan
mengintip kamar mandi di rumah kos sebelah, tapi payudara siska
tetanggaku yang besar malah mengingatkanku pada payudara ibu Farida,
melihat vagina siska yang putih bersih membuatku menghayalkan vagina ibu
Farida, ketika melihat dia menggosok payudaranya, aku menginginkan
mengerayangi payudara ibu Farida.
seperti gila aku mulai membawa
obat tidur berbentuk bubuk dalam kantong celanaku, selalu berpikir
Agen Judi Online - Kapan
ada kesempatan untuk membuat ibu Farida terlelap. kalau dapat akan ku
perkosa tentunya.
hingga pada satu hari keajaiban itu datang.
karena satu berkas yang harus ditandatangani ibu Farida, aku harus ke
rumahnya. aku sama sekali tidak menyangka akan mendapat peluang semulus
itu. aku datang dengan harapan yang membuatku seperti gila, dan disitu
ternyata kesempatan mewujudkannya besar sekali. akan kuperkosa ibu
berjilbab ini dengan sepuasnya.
waktu aku datang ibu Farida yang
menyambutku, mengenakan baju seragam dengan jilbab biru tua yang sangat
lebar, tapi tetap saja masih tak mampu menyembunyikan payudaranya.
sepertinya ia baru pulang dari kantor, waktu itu sudah habis magrib.
awalnya
kupikir mustahil karena ternyata rumahnya ramai juga, tiga orang anak
gadisnya semua dirumah, ditambah seorang pembantu. aku sudah putus asa.
gak tahu kenapa aku minta ijin ke kamar mandi, ternyata letaknya
didapur. pembantunya sedang sibuk mempersiapkan sop.
aku masuk
kekamar mandi dengan kesal dan gelisah. usai kencing, aku keluar .. dan
ternyata tidak ada seorangpun didapur, tanpa pikir panjang langsung
kumasukkan obat tidur kedalam sop itu, lalu kuambil kunci pintu belakang
dan kembali keruang tamu dengan sikap tenang. padahal dadaku mau pecah
rasanya.
ibu Farida menyerahkan dokumen itu dan menawariku untuk
makan malam bersama, aku panik. tapi untunglah saat itu temanku
menelpon. beralasan ada janji aku segera berlalu. selama dua jam aku
mutar kota gak jelas arah. akhirnya kuarahkan motorku ke arah rumah ibu
Farida.
aku beruntung karena beberapa waktu lalu pernah ke daerah
itu, sehingga tahu bahwa dibelakang rumahnya ada kebun kecil yang
tertutup dari pandangan rumah lain dan terhalang tembok sebuah bangunan
yang besar. kuparkirkan motorku lalu menyelinap dari kebun itu menuju
pagar belakang rumahnya. sebentar kupikir semuanya akan gagal karena aku
lupa, pasti pagar itu terkunci, tapi ternyata terbuka, aku bersorak
kecil. masuklah aku mengendap-ngendap.
kubuka pintu belakang
perlahan-lahan, aku terkejut ketika melihat lampu masih terang
benderang, dan suara tv terdengar. tapi setelah kudengar tidak ada suara
orang, aku mulai masuk, sengaja kupakai sarung tangan karet dan penutup
muka. dan semua sedang tidur lelap dikamar masing-masing.mengambil
sebuah kaleng, kulempar kuat-kuat ke lantai, dan bersiap lari. tapi
tidak ada yang bangun.
lalu teringat kata temanku kalo itu obat
yang kuat, orang bisa tertidur seperti pingsan, terbius sehari penuh.
aku tertawa sendiri, tapi untuk jaga-jaga maka kukunci kamar anak-anak
gadis dan kamar pembantu dari luar. lalu masuk ke kamar ibu Farida, dan
lagi lagi aku bersorak, suaminya tidak ada. berarti benar yang sekilas
kudengar pembicaraan anak gadisnya bahwa papa mereka akan pulang
beberapa hari lagi. kudekati ibu Farida yang terlentang diatas tempat
tidur.
payudaranya menonjol seperti gunung, tak tahan lagi
langsung tarik selimut dan menemukan ibu Farida ternyata tidur hanya
mengenakan kain sarung.
kubuka kain sarungnya dan aku terbelalak
melihat betapa mulusnya tubuh itu. kusiapkan handicam lalu mulai
mengerayangi tubuhnya, payudara lebih besar dari kepalaku, kuremas
payudaranya oh lembutnya, tapi juga sangat kenyal, tak tahan lagi
akhirnya mulai kujilat putingnya, kuisap dan ku remas.aku terkejut
ketika bu Farida mengerang dan mendesah kupikir ia bangun, tapi ternyata
seperti menggigau, mungkin dalam mimpinya suaminya yang menggarap dia.
aku
makin bersemangat langsung tanganku menyusup ke vaginanya, berbulu
halus.. dan ternyata sudah basah.ibu Farida merintih-rintih memanggil
suaminya.
” papa. terus pa, enak pa”
” uhhh, papa, mama mau .. ahhh, uuuhh ”
aku
sudah tegang , tak tahan lagi, aku langsung ambil posisi, ku kangkankan
kakinya, vaginanya terbuka lebar, lalu tanpa basa basi kumasukkan
penisku, walupun ukuranku besar, kupikir pasti vagina ibu Farida sudah
agak longgar, kan sudah melahirkan 3 anak. tapi ternyata sempitnya bukan
main.
aku masuk dengan susah payah. dan nyaris mengerang ketika
ibu Farida menjepitku dengan vaginanya, vaginany menjepit dan menghisap
dengan sangat kuat, luar biasa enaknya.aku semakin bersemangat, kupompa
penisku maju mundur. aku terkjut ketika ibu Farida menjerit kuat
” aaaaaaaaaahhhhhh .. aaaaaaaaaaaaaaaaahhhh
aaaaaaaaaaahhhhh .. papa, enak pa, ahhh aaaah”
aku
memompa sambil meremas payudaranya, kuhisap kujilat tiba-tiba ibu
Farida mendorong pantatnya dengan kuat, tak sengaja aku masuk sampai
sepenuhnya, padahal tadi masih sedikit tersisa penisku diluar.vaginanya
menjepit dan menghisap lebih kuat, ibu Farida menggelapar dan
mengangkat-angkat tubuhnya dengan semakin ganas.
teriakan teriakan
bergairahnya semakin kuat.aku merasakan aku akan segera mencapai
puncak. kupompa penisku lebih cepat maju mundur, ibu Farida juga semakin
ganas, lalu tiba-tiba ia mengangkat pantatnya kuat-kuat, kakinya
melingkar kuat dipinggangku, tangannya memelukku dengan erat, sehingga
payudaranya menyembul menggelembung kesisi tubuhku.
akupun memeluk
ibu Farida dengan kuat. kami orgasme bersamaan. ibu Farida menyemburkan
cairannya dengan sangat kuat, bahkan ia sampai tersentak-sentak. lalu
terkulai. berkeringat.tubuhnya yang putih telanjang itu tergeletak lemas
diatas tempat tidur, berkilat oleh keringat.
kucabut penisku yang
basah berlumuran cairan itu kumasukkan ke mulutnya yang
terengah-engah.ibu Farida langsung mengisapnya dengan ganas, lalu
terkulai lemas lagi. aku tersenyum puas. tercapai cita-citaku
menyetubuhi ibu cantik ini.
setelah berpakaian aku mendapat ide
gila. ku ambil cairan yang masih menetes dari vagina ibu Farida si PNS
cantik itu, kuusapkan keseluruh wajah dan badannya. lalu ku foto dengan
berbagai posisi, bahkan ketika kuletakkan penisku yang mulai tegang lagi
kemulutnya ia langsung mengisapnya, ku foto. kumasukkan penis ke
vaginanya, ku foto.
kemudian aku keluar kamar. gairahku memang
masih memuncak, tapi sudah lumayan terpuaskan. lalu kulihat jam,
ternyata permainan ganas itu berlansung sekitar satu jam, belumpun jam
sebelas malam. pikiran gila kembali muncul, anak gadisnya yang tertua
kalau aku tidak salah baru menikah, dan suaminya sedang bekerja di
provinsi lain.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Gairah Ibu Farida, PNS Berjilbab Payudara Montok
Pada saat itu umurku 23 tahun ketika cerita panas dan dewasa ini
bermula. Sebagai mahasiswa semester akhir di universitas swasta terkenal
yang ada di kota Bogor. Memiliki tampang yang rupawan dengan badan
tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga
kali. Teman-teman kampus selalu bilang, kalau aku memiliki mobil pasti
banyak cewek cantik dan sexy yang akan tertarik kepadaku. Aku sendiri
sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun
orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah.
Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku
sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan
berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah
pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan
payudara. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh
walaupun hanya begitu, kalau “voltase”-ku sudah amat tinggi, aku dapat
“muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan
menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah.
Agen Judi Online - Aku
menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran
sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan ML (hubungan
sex) dengan perempuan.
Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali
kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta
ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat
tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau
mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri
berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan
triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan
ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup
dengan kain korden.
lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua
perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda.
Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA,
anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut
desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah
karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai
prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil
dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang
playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu
politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang
kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng
dan bersikap genit dalam menyapaku.
lka sang anak Ibu kost itu
memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya
160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya
kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar
membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga
pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin
payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena
terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan
mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit
mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau
memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas
bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.
Sore
itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah
tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan
baju atas “you can see” dan rok span yang pendek dan ketat sehingga
lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.
“Mas
Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah.. sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama
dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.
“He.. masa?” balasku.
“Iya.. Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he..
“Ah, neng Ika macam-macam saja..,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”
“He.. masa?” balasku.
“Iya.. Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he..
“Ah, neng Ika macam-macam saja..,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”
Pacar
Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah
panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan
Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang
kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu
dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke
kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?
“Wah.. dua bulan
ini saya menjadi singel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau.
Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak
kesepian.. Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja.
Edan si playgirl Sunda ini. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu
bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet
hat yang berbahaya.
“Neng Ika ini.. Nanti Kak Dai-nya ngamuk dong.”
“Kak Dai kan tidak akan tahu..”
“Kak Dai kan tidak akan tahu..”
Aku kembali memaki dalam hati.
Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan
dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.
Aku mengeluarkan
kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang
tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan
ruang tidur, kubaca isi memo tadi. “Mas Bobby, gue ngerjain tugas
kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini
tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja.
Soen sayang, Dina”
Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya
kutinggal di tempat kos. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan,
aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam
sepuluh malam.
Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok..
Kusingkapkan
korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam
tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di
depan pintu.
“Mbak Di.. Mbak Dina..,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.
“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.
“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”
“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”
“Ng.. bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”
“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.
“Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.
“Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”
“Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”
“Ng.. bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”
“Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.
Kuberikan
kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya
yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke
kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas-remasnya. Sialan!
Kontolku jadi berdiri. Si “boy-ku” ini responsif sekali kalau ada cewek
cakep yang enak digenjot.
Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat
berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu.
Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas
sarjana itu.
Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.
“Mas Bob.. Mas Bob..,” terdengar Ika memanggil lirih.
Pintu
kubuka. Mendadak kontolku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika
dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan “you can see” yang dipakai
sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan
ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan
berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang
ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak
memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau
parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang
kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun
dipolesi lipstik pink.
“Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.
“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.
“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”
“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”
“Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.
“Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”
“0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”
Tanpa kupersilakan Ika
menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang
rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari
karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya
terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk
tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos
pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.
“Ini
mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara
penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.
Menunggu
halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya.
Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua
gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan
indah. Kontolku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.
Halaman
yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya
cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian
Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri
pandang ke buah dada Ika. Uhhh.. ranum dan segarnya.
“Kok sepi?
Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau
bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya
setiap akhir pekan.
“Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah
delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika
bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang
menggoda.
Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si
Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos
sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga
sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan
berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku?
jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya
Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan
ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh
payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai
bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan
lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan diri?
Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.
“Mas Bob.. ini benar nggak?” tanya Ika.
Ada
kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan
menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan
menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku,
seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat.
Akibatnya.. gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan
lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih
menekanku terasa lebih kenyal.
Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.
“Ih.. Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.
“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.
“Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.
lka
cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia
terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku
itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku
tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini
malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja
memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak
pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati
kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan
kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku
menyia-siakan berarti aku banci!
Aku pun bangkit. Aku berdiri di
atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia
dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang.
Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan
sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak
licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.
Kemudian
aku menempelkan kontolku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit
terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
“Ih.. Mas Bob jangan begitu dong..,” kata Ika manja.
“Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.
“Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.
lka
cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah
tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan
dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin
berani. Kontolku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika
menggelinjang. Tidak tahan lagi. Tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di
atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya
kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi
kuluman-kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya.
Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah
sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.
Beberapa saat
kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum
terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan
hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak
dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang
dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan
kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa
mengeras.
“Mas Bob, Mas Bob buka baju saja Mas Bob..,” rintih Ika.
Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang
dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tali baju atasannya kulepas
dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan
tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat
membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu,
payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di
ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan,
sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan
sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
Celana
panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul.
kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh
celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang
mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya
yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu,
sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim
yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam
itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang
terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar
dan lobang celana dalamnya.
lka memandangi dadaku yang bidang.
Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang
menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu
yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya
yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali
bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil
membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara
itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar
menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan
dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.
Ciumanku
berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum
yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan
dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.
“Ahhh..
Mas Bob.. Ika sudah menginginkannya dan kemarin.. Gelutilah tubuh Ika..
puasin Ika ya Mas Bob..,” bisik Ika terpatah-patah.
Aku
menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah
payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit
lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika
tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke
sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya
itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu
secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang
terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap
dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang
masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.
“Mas Bob.. ngilu.. ngilu..,” rintih Ika.
Gelinjang
dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit
payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara
kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet
dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot
kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan
dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin
menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil
mulutnya mendesah-desah.
“Aduh mas Booob.. ssshh.. ssshhh.. ngilu
mas Booob.. ssshhh.. geli.. geli..,” cuma kata-kata itu yang
berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.
Aku tidak puas
dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti
menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara
kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku
memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang
bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku
meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.
“Mas Booob.. kamu nakal… ssshhh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. geli..” Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah
puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika
yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah
pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara
kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya
yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam
celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya
kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi
kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya,
celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
Saat berikutnya,
terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika
sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memiaw yang
berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar
pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus.
Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari
tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memiawnya. Tanganku pun
mengelus-elus memiawnya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas.
Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya
sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.
Perlahan
kusibak bibir memiaw Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke
atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memiawnya,
sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika
perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil
satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.
“Au Mas Bob..
shhhhh.. betul.. betul di situ mas Bob.. di situ.. enak mas.. shhhh..,”
Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal
dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya
mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan
yang semakin meninggi.
Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.
Karena
gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memiaw Ika. Terasa
benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan
vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali
pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat
mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang
memiawnya.
“Mas Booob.. enak sekali mas Bob..,” Ika mengerang
dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta
tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu
semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang
memiawnya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas
dengan tekanan yang cukup terasa agar kena “G-spot”-nya. Dan berhasil!
“Auwww..
mas Bob..!” jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai
jari tangan yang sudah terbenam di dalam memiaw terlepas. Perut
bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun
menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk
ke sel-sel syaraf penciumanku.
Aku segera memasukkan kembali dua
jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku
mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika.
Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk
menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah
serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan
orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat
aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.
“Mas
Bob.. mas Bob.. mas Bob..,” hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan
Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.
Permainan
jari-jariku dan lidahku di memiawnya semakin bertambah ganas. Ika
sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang
dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas
payudaranya sendiri.
“Mas Bob.. Ika sudah tidak tahan lagi..
Masukin konthol saja mas Bob.. Ohhh.. sekarang juga mas Bob..! Sshhh. . .
,” erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.
Namun
aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu.
Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu
lidah dan wajahku kujauhkan dan memiawnya. Kemudian kocokan dua jari
tanganku di dalam memiawnya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku
yang di dalam memiawnya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku
menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu
jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari
tanganku di memiawnya yang basah itu sampai menimbulkan suara
crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Sementara dan mulut Ika keluar
pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
“Ah-ah-ah-ah-ah..”
Sementara
aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memiawnya, sambil
memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya
berkerut-kerut.
Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara
yang keluar dan kocokan jariku di memiawnya semakin terdengar keras.
Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu
bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu.
Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak
berdiri dengan tegangnya.
Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang
hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-beliak. Dan
bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, “Mas Booo00oob..!” Dua
jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya
dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya,
dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memiawnya terpancarlah
semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan
cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.
Beberapa
detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam
rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat.
Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari
tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah.
Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memiawnya. Cairan vagina yang
terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan
kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang
terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang
diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai
menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam
celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan
enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika,
sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika
kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali
menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di
payudaranya.
Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun
menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai
belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang
berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua
belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu
kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan
payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela
apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.
Kugesek-gesekkan
memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke
atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung
dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam
mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan
puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke
puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.
“Ah..
ah.. mas Bob.. geli.. geli ..,” mulut indah Ika mendesis-desis sambil
menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang
sedang mencari mangsa.
Aku memperkuat sedotanku. Sementara
tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu.
Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan
kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada
putingnya.
“Mas Bob.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu..”
Aku
semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian,
antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot
besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot
hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain
kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan
sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil
puting yang mencuat gagah di puncaknya.
“Ah.. mas Bob.. terus mas
Bob.. terus.. hzzz.. ngilu.. ngilu..” Ika mendesis-desis keenakan.
Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak.
Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.
Sampai
akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan
gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku
memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan
kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah
berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
“Edan..
mas Bob, edan.. Kontholmu besar sekali.. Konthol pacar-pacarku dahulu
dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar ini Edan.. edan..,”
ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku
terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik
tangan kanannya meremas¬ remas perlahan kontholku secara berirama,
seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hatinya menahan
kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan rasa nikmat pada
batang kontholku.
“Mas Bob, kita main di atas kasur saja..,” ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.
Aku
pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya
di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan
kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika
kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan,
begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menarik wajahku mendekat ke
wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku
dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan
penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan
kuatnya. Kupeluk punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan
gemasnya.
Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di
antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan
kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras.
Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun
turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang
memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan
kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai
bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika.
Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai
diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh
gesekan-gesekan paha Ika.
Puas menggeluti leher indah, wajahku pun
turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku
membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup
kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman
payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke
belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua
gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian.
Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup
dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku
meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang
kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun
masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan
bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah
kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum
dan kumainkan dengan lidahku.
“Mas Bob.. geli.. geli ..,” kata Ika kegelian.
Aku
tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika.
Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap
puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku
kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas
sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian
antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku
semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya.
Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.
“Mas Bob..
mas Bob.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulutmu.. Auw!
Sssh.. ngilu.. ngilu..,” rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin
mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas
aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara
kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha
Ika.
Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika
dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu
dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari
liang memiawnya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan
jembut di sekitar bibir memiaw Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan
menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli
tetapi enak.
“Mas Bob.. masukkan seluruhnya mas Bob.. masukkan
seluruhnya.. Mas Bob belum pernah merasakan memiaw Mbak Dina kan? Mbak
Dina orang kuno.. tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu
surga dunia.. bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob..”
Jari-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.
“Edan.. edan.. kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob..,” katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memiawnya.
Sesaat
kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memiawnya yang sudah basah.
Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan
masuk ke liang memiaw. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di
dalam memiaw. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala
kontholku dengan enaknya.
Aku menghentikan gerak masuk kontholku.
“Mas
Bob.. teruskan masuk, Bob.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ
saja..,” Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan
kontholku hanya masuk ke lobang memiawnya hanya sebatas kepalanya saja,
namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan
hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan
tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu
ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
“Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Bob. Geli.. Terus masuk, mas Bob..”
Bibirku
mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan
kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan.. satu.. dua.. tiga! Kontholku
kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memiaw Ika dengan sangat cepat dan
kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus
yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit
batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang
memiawnya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi:
srrrt!
“Auwww!” pekik Ika.
Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memiaw Ika tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit mas Bob.. Nakal sekali kamu.. nakal sekali kamu…” kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
Aku
pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memiaw Ika. Aku tidak
tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang
memiaw Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian
kontholku yang masuk memiawnya serasa dipijit-pijit dinding lobang
memiawnya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memiaw itu memberi rasa
hangat dan nikmat pada batang kontholku.
“Bagaimana Ika, sakit?” tanyaku
“Sssh..
enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang sekali..
sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memiawku..,” jawab
Ika.
Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan.
Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh
dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras
seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya
yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa
diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memiawnya sejalan dengan
genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap
kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di
dalam memiaw Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol
sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
Kemudian
aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya.
Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memiawnya, aku
mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas
bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus
mengocok memiawnya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat
indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan
betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara
betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan
beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di
kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di
memiaw Ika.
Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan
kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua
belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memiawnya,
tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal
itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet
dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras,
dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika
pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah..
mas Bob, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Bob, ngilu.. Sssh..
sssh.. terus mas Bob, terus.. Edan.. edan.. kontholmu membuat memiawku
merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memiaw, mas Bob.
Nyemprot di dalam saja.. aku sedang tidak subur…”
Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memiaw Ika.
“Ah-ah-ah.. benar, mas Bob. benar.. yang cepat.. Terus mas Bob, terus..”
Aku
bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi
berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memiaw
Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas
dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memiaw Ika. Mata Ika
menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku,
mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang
luar biasa.
“Sssh.. sssh.. Ika.. enak sekali.. enak sekali memiawmu.. enak sekali memiawmu..”
“Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas Bob, terusss..”
Aku
meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memiawnya.
Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
“Mas
Bob.. mas Bob.. edan mas Bob, edan.. sssh.. sssh.. Terus.. terus.. Saya
hampir keluar nih mas Bob.. sedikit lagi.. kita keluar sama-sama ya
Booob..,” Ika jadi mengoceh tanpa kendali.
Aku mengayuh terus. Aku
belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar
perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa.
Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby.
Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memiaw Ika
bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
“Mas Bob.. mas Bobby.. mas
Bobby..,” rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku
seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.
Ibarat
pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya,
dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam “mengayuh
sepeda” aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku.
Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan
rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.
“Mas Bob..
ah-ah-ah-ah-ah.. Enak mas Bob, enak.. Ah-ah-ah-ah-ah.. Mau keluar mas
Bob.. mau keluar.. ah-ah-ah-ah-ah.. sekarang ke-ke-ke..”
Tiba-tiba
kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memiaw Ika dengan sangat
kuatnya. Di dalam memiaw, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang
keluar dari memiaw Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika
meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun
berteriak tanpa kendali:
“..keluarrr..!”
Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.
Aku
pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan
diam tertanam dalam memiaw Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa
karena terkena semprotan cairan memiaw Ika. Kulihat mata Ika kemudian
memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.
Setelah
sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku
perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi
wajahku. Sementara jepitan dinding memiawnya pada kontholku
berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras.
Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak
membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan
agar kontholku yang tertanam di dalam memiawnya tidak tercabut.
“Mas
Bob.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke tujuh,” kata Ika
dengan mimik wajah penuh kepuasan. “Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu
tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina
tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan
Kak Dai.”
Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama
aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan
tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti
dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku
kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti
dan digenjot dengan penuh nafsu.
“Mas Bob… kamu seperti yang
kubayangkan. Kamu jantan.. kamu perkasa.. dan kamu berhasil membawaku ke
puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya..”
Aku bangga mendengar
ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka
pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya.
Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan
Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku
saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai
orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memiawnya. Kontholku masih
besar dan keras, yang harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak
pusing.
Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar
lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku
mulai bergerak keluar-masuk lagi di memiaw Ika, namun masih dengan
gerakan perlahan. Dinding memiaw Ika secara berargsur-angsur terasa
mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang
gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena
adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memiaw Ika beberapa saat
yang lalu.
“Ahhh.. mas Bob.. kau langsung memulainya lagi..
Sekarang giliranmu.. semprotkan air manimu ke dinding-dinding memiawku..
Sssh..,” Ika mulai mendesis-desis lagi.
Bibirku mulai memagut
bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan
gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan
kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya,
sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memiawnya.
“Sssh..
sssh.. sssh.. enak mas Bob, enak.. Terus.. teruss.. terusss..,” desis
bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan
itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
Sambil kembali melumat
bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di
memiawnya. Pengaruh adanya cairan di dalam memiaw Ika, keluar-masuknya
konthol pun diiringi oleh suara, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..”
Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya
mengeluarkan rintih kenikmatan,
“Mas Bob.. ah.. mas Bob.. ah.. mas Bob.. hhb.. mas Bob.. ahh..”
Kontholku
semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua
tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung
mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku
pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam
memiaw Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali
masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memiaw Ika
sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas
dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memiaw Ika. Sampai di langkah
terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan
tertahan, “Ak..!” Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar
daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar
memiaw, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap
tertanam di lobang memiaw. Remasan dinding memiaw pada batang kontholku
pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak
masuknya. Bibir memiaw yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut
tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh
batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, “Hhh..”
Aku
terus menggenjot memiaw Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.
Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di
kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku
kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memiawnya. beradunya daging
pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran
antara kontholku dan memiaw Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt..
srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh
pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:
“Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh..”
Kontholku
terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada
tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:
“Ika..
Ika.. edan.. edan.. Enak sekali Ika.. memiawmu enak sekali.. memiawmu
hangat sekali.. edan.. jepitan memiawmu enak sekali..”
“Mas Bob.. mas Bob.. terus mas Bob..” rintih Ika, “Enak mas Bob.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh..”
Tiba-tiba
rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak
sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memiawnya dengan semakin cepat
dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih
dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin
menghebat.
“Ika.. aku.. aku..” Karena menahan rasa nikmat dan
gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang
sudah terbata-bata itu.
“Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi.. Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke..”
Tiba-tiba
kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak
mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada
saat itu juga tiba-tiba dinding memiaw Ika mencekik kuat sekali. Dengan
cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan
jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.
Pruttt! Pruttt! Pruttt!
Kepala kontholku terasa disemprot cairan memiaw Ika, bersamaan dengan
pekikan Ika, “..keluarrrr..!” Tubuh Ika mengejang dengan mata
membeliak-beliak.
“Ika..!” aku melenguh keras-keras sambil
merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha
rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku
kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak
terbendung lagi.
Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan
derasnya, menyemprot dinding memiaw Ika yang terdalam. Kontholku yang
terbenam semua di dalam kehangatan memiaw Ika terasa berdenyut-denyut.
Beberapa
saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali,
sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah
terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma
dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani
yang masih tersisa ke dalam memiaw Ika. Kali ini semprotannya lebih
lemah.
Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali.
Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara
tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku.
Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali
aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang
bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan
padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak
rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh
orang semolek Ika.
“Mas Bob.. terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali,” kata Ika lirih.
Aku
tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu
kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di
atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang
bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding
menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu
kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat
kost-ku sendiri.
Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.
“Mas
Bob.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob.. Jangan khawatir,
kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun,
termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas
Bob,” begitu kata Ika.
Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih
yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan?
Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu
samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
Anak Ibu Kos Memancing Gairah Seksku
Yanti adalah cewek kelas 2 SMA berumur 16 tahun, dia sangat cantik dan
sexy, mukanya sepintas lalu mirip dengan Selma Blair, bibirnya ranum,
kulitnya putih, kakinya jenjang, lehernya tinggi mulus dan dadanya
lumayan montok.
Banyak cowok yang suka sama yanti, tapi yanti belum bergeming karena
masih memikirkan study. Orang tua yanti tidak terlalu kaya mereka
bekerja kepada orang tua Reni, yang juga teman sekelas yanti. Reni
selalu merasa iri dengan yanti, walaupun Reni cantik tapi cowok-cowokku
lebih suka kepada yanti.
Kalau bicara Reni selalu ketus kepada
yanti, karena Reni menganggap orang tua yanti adalah anak buah ayahnya
dan yanti secara otomatis drajatnya juga harus dibawah Reni, dan tidak
seharusnya cowok-cowokku lebih suka ke yanti. Karena itu Reni selalu
berusaha untuk merendahkan yanti di depan kawan-kawan sekelasnya. Reni
mempunyai 3 orang kawan karib, yang merupakan anak dari rekan bisnis
ayah Reni, mereka juga iri dengan yanti yang selalu jadi pusat
perhatian.
Agen Judi Online - Mereka berempat selalu mencari-cari cara untuk
merendahkan yanti, supaya cowok-cowokku tidak lagi suka pada yanti. Cara
mereka sangat buruk, seringkali mereka memanggil yanti sebagai anak
budak. Suatu hari mereka berempat mengundang yanti ke rumah Reni,
sebenarnya yanti tidak mau, tapi karena mereka terus memaksa yanti tidak
punya alasan lagi untuk menolak.
Kira-kira jam 2 siang yanti
dengan masih memakai baju osis sampai di rumah Reni, yang sangat besar
di daerah pondok Indah, dan ketika masuk rumah Reni, yanti melihat
ternyata Reni itu sangat kaya raya, di rumah Reni yang luasnya hampir
5000m itu terdapat 5 mobil kelas atas di pekarangan dengan merk2 seperti
Ferrari, BMW, Mercy new eyes, Land Cruiser, dan Innova. yanti juga
kagum dengan pekarangan rumah Reni yang banyak sekali pohon. Reni juga
punya 3 pembantu wanita, 1 tukang masak wanita, 1 tukan kebun dan 2
supir pribadi.
Lalu yanti di antar masuk oleh salah satu pembantu
itu untuk menemui Reni diruang keluarga lantai 2. Disana Reni dan ketiga
kawannya sudah mengumpul sambil makan makanan kecil dan bermain kamera.
Begitu melihat yanti, Reni langsung berkata nyampe juga loh, walau
telat hampir satu jam, gua kira elu nyasar atau gak datang. Kebetulan
nich gua lagi ngeliatin performance appraisal para staff babe gua, salah
satunya adalah bapak elu, dan gua punya hak untuk kasih input ke babe
gua sepanjang yang gua tahu, menurut elu performance bapak elu harus gua
bilang bagus ato bapak elu harus gua saranin cari kerjaan lain yach ?
yanti
tidak bisa menjawab saat itu dan matanya berkaca2 karena dia kebayang
kalo ayahnya sampai di pecat keluarganya bisa hancur, ke-2 adiknya bisa
putus sekolah karena tidak ada biaya, dan yanti sudah pasti tidak bisa
ke perguruan tinggi. Belum sempat yanti menjawab, Reni bicara lagi
sambil memegang kamera barunya, o iya, kebetulan gua punya hobby baru
photography, karena elu merupakan benda yang menarik, gua mao elu jadi
objek photo gua. yanti terdiam.
Reni kemudian meneruskan
kalimatnya untuk jadi objek photo gua, elu musti tukar baju, ini gua
kasih baju, cepat tukar di kamar situ, sambil menunjuk ke arah kamar
mandi. yanti menyadari bahwa pakaian yang di terimanya itu adalah
sepasang bikini mungil warna putih. Lalu yanti masuk ke kamar mandi,
sebenarnya yanti merasa berat hati dan malu mengenakan bikini mini putih
itu di depan kawan2 sekelasnya, tapi dia merasa tidak bisa menolak.
Selesai
mengganti bajunya dan dengan memakai bikini mini yang tipis itu yanti
merasa sangat terhina dan malu karena bikini itu sangat kecil dan tipis,
di kaca kamar mandi yanti bisa melihat bahwa pentilnya menerawang
samar2 dari balik bikini atasnya dan di tengah bikini bawahnya bagian
depan samar2 ada warna hitam menerawang, sedangkan belahan pantatnya
terpampang jelas dengan hanya satu tali menutupi belahan pantatnya.
yanti hampir menangis saking merasa malunya melihat penampilannya di
kaca.
Tiba2 pintu kamar mandi terbuka dan Reni dan ke3 temannya
ternyata membuka pintu kamar mandi dengan kunci serep, dan Reni langsung
berkata pake nangis lagi, heh budak cepetan gua udah gak sabar ambil
photo bugil elu nich. Teman Reni begitu melihat yanti langsung kasih
komentar elu benar2 pantas pakai baju itu daripada baju sekolah elu, ini
baju benar2 sesuai dengan drajat elu sebagai budak.
Sebelum
memberi instruksi lebih lanjut, Reni dan 3 kawannya memelototi tubuh
yanti dari atas kebawah yang hanya terbalut 2 helai kain tipis, dan
tampak wajah mereka menyeringgai ketika melihat bikini bawah Reni yang
menawang warna hitam, mereka berkata wah jembutnya nongol tuch, tangan
yanti secara refleks menutupi depan depan celana dalamnya, yanti merasa
mukanya sangat panas.
Oke kita mulai kata Reni, hayo yanti elu
berdiri sebelah sana, ke-2 tangan elu di belakang kepala, kaki dibuka
agak lebar dan rada jinjit, dengan malu2 yanti mengambil posisi itu,
kemudian Reni mengambil beberapa photo yanti. Hayo sekarang photo
berempat kata Reni kepada ke3 temanya, posisi yanti tetap seperti itu,
kalian bertiga memegang tubuh yanti. Ria (temannya Reni) satu tangan
kamu memegang paha kanan yanti sebelah atas dan jari2nya sedikit masuk
ke dalam celana yanti kata Reni memberi instruksi.
Angel kamu sama
seperti Ria, tapi yang kamu pegang adalah paha kiri yanti, dan jari2
kamu juga masuk sedikit. Siska kamu berdiri di belakang yanti, sambil
memegang ke-2 dua payudara yanti, yanti pertama berusaha menolak waktu
tangan temannya mau memasukan ujung jarinya ke dalam celana dalamnya,
tapi Reni membentaknya untuk jangan macam2, yanti merasa sangat risih,
aneh, geli dan terhina di photo dalam posisi seperti ini, karena dia
merasa Tangan kawannya menyentuh ujung bulu vaginanya dan menekan2
dadanya. Oke sekarang pemotretan ke-3 kata Reni posisi kalian ber-4
tetap seperti itu, tapi yanti harus melepas bikini atasnya, Siska tolong
lepas bikini atas yanti.
yanti mencoba untuk melawan ketika Siska
mau melepas tali bhnya, tapi Reni mengingatkan kamu udah tahu apa yang
harus saya taruh di diperformance bapak elu ? Terpaksa yanti pasrah saja
BHnya dilepas oleh Siska, dada yanti teracung jelas putingnya yang
coklat kemerahan kini tampak sedikit menegang, Reni dan ke-3 kawannya
menyerigai melihat yanti yang telanjang dada dan terus mengamati dada
yanti dengan komentar2 jorok. yanti hampir2 tidak kuat menahan perasaan
malu dan terhina, berdiri didepan temannya dengan bertelanjang dada
dengan hanya mengenakan sebuah bikini mini.
Oke kita lanjutkan
photo2 kita, tangan kamu Siska coba menutupi dada yanti. Ketika tangan
Siska menyentuh puting payudara yanti yang terbuka, yanti hanya bisa
mendesah geli2 enak bercampur malu. Siska lalu berkata wah Win, puting
elu rasanya mengeras, yanti hanya bisa tertunduk malu tak berdaya.
Sebelum photo ke-4 coba kalian berikan baby oil ini ke seluruh tubuh
yanti. Ria, Siska dan Angel, mengusapkan baby oil ke seluruh tubuh
yanti, tidak lupa mereka me-massage dada yanti.
Saat itu ada 2
pembantu wanita Reni yang kebetulan naik ke lantai atas dan ikut
menonton adegan photo ini. yanti merasa sangat malu ditonton oleh banyak
orang dalam posisi seperti ini. yanti juga merasa geli dan nikmat
ketika tangan kawannya meremas-remas dadanya dan memainkan pentilnya.
Kawan2nya berteriak wah putingnya makin mengeras, yanti sangat seksi
sekali saat itu, tubuhnya mengkilat oleh baby oil, dadanya menegang dan
bulu vaginanya samar2 menyembul dari balik celana dalamnya.
Oke
sekarang kita melakukan session photo ke-4, dan photo ke-4 ini kita akan
ambil di dekat kolam renang. yanti harus berjalan dengan bertelanjang
dada dari lantai 2 rumah Reni ke lantai 1 dengan setengah dipaksa oleh
kawan2nya serta ditertawakan oleh seluruh pembantu Reni. yanti mencoba
menutupi payudaranya dengan ke-2 tangannya dari padangan para pembantu
Reni terutama begitu sampai di kolam tampak ke 2 supir dan tukang kebun
Reni yang tersenyum2 melihat pemandangan ini.
Begitu sampai
dipinggir kolam renang Reni memberi instruksi ke yanti untuk mengambil
sapu untuk membersihkan seluruh pinggir kolam, dan Reni akan mengambil
photo selama yanti menyapu. yanti benar2 seksi sekali saat itu, dengan
hanya memakai sepotong bikini kecil yang menutupi vaginanya dia harus
menyapu seluruh pinggir kolam dengan belasan padangan mata tidak
berkedip ke arah payudara yanti yang bergoyang2 dengan indah. yanti
sudah hampir nangis tak kuat menahan malu, yanti harus menyapu sambil
bertelanjang dada kurang lebih selama 10 menit, sebelum Reni berkata
stop.
Reni berhasil mengambil kurang lebih 15 buah photo yanti
yang bertelanjang dada. Lalu sambil duduk Reni meminta Ria dan Siska
menarik yanti ke depannya, posisi celana dalam yanti pas di depan
pandangan Reni sehingga gundukan hitam dibalik celana dalam yanti tampak
lebih jelas, sambil duduk Reni mengelus2 bagian depan celana dalam
yanti dengan depan dan belakang tangannya, sementara ke-3 teman Reni
meremas2 dada yanti.
yanti beusaha melawan karena dia merasa tidak
pantas Reni menggosok2 vaginanya, tapi Reni membentak yanti dan
menyuruh yanti kembali menaruh ke-2 tangannya ke belakang kepala. yanti
hanya bisa meram saja menahan perasaan malunya dan geli. Setelah kurang
lebih 3 menit menggosok2 Reni bertanya ke yanti gimana rasanya ? yanti
tidak dapat menjawab dia hanya memejamkan matanya, karena dia berusaha
menahan perasaan malu dan geli2 enak akibat semua bagian tubuhnya
digerayangi.
Tiba2 Reni memerintahkan Ria dan Siska untuk
melepaskan celana yanti, dan memerintahkan yanti untuk tidak melawan.
yanti sekarang benar2 telanjang bulat didepan kawan2nya, beruntung
posisinya membelakangi para pembantu Reni. Bulu vagina yanti tampak
menarik tidak terlalu lebat tapi cukup hitam dan tumbuh teratur
membentuk suatu gundukan, bibir kemaluannya yang sudah mulai biasa
tampak samar2. Reni sambil tertawa terus mengamati yanti yang sudah
berdiri telanjang dihadapannya sambil sekali2 menyentuh ato memainkan
tubuh telanjang yanti.
Reni kemudian menyuruh yanti membalik badan
menghadap ke para pembantunya tapi memperbolehkan yanti untuk menutupi
Vaginanya dengan tangannya. Reni berkata elu itu pantasnya untuk tukang
kebun ato supir gua, jangan coba2 saingan untuk dapetin cowoq2 di kelas
tahu. Tampak jakun dari tukang kebun dan supir Reni naik-turun menahan
nafsu melihat pemandangan seperti ini, para pembantu yanti bersorak, wah
non ini mah udah kayak behind the scenenya film blue.
Dan yanti
merasa seperti mau pingsan saking malunya. Reni kemudian menyuruh yanti
untuk berlari mengelilingi kolam renang dengan bertelanjang bulat. Reni
kembali mengambil kamera dan mengambil gambar yanti yang sudah telanjang
bulat. yanti berusaha sebisa mungkin berlari sambil menutupi vaginanya
dengan tangan. Sewaktu yanti lari, ternyata adik Reni, si Joni yang
kelas 3 SMP sudah pulang kerumah dengan 2 kawannya, Arif dan Joko.
Mereka
langsung ikut nimbrung menonton adegan yanti berlari mengelilingi kolam
tanpa sehelai benangpun, hanya tangan yanti saja yang dipakai untuk
menutupi auratnya. Keringat yanti sudah bercucuran saat itu karena lelah
berlari sehingga membuat payudaranya tampak berkilat. Joni dan ke-2
kawannya mendekati Reni dan membisiki Reni untuk memberi perintah agar
yanti berhenti berlari dan hanya berjalan ditempat saja dihadapan
mereka.
Muka yanti kembali terasa panas ketiga bertatapan mata
dengan Joni dan ke-2 kawannya yang terus menyeringgai. Joni kemudian
kembali membisiki Reni untuk meminta yanti melompat2 di depan mereka,
yanti terpasak melompat walaupun sudah sangat letih sehabis berlari.
Joni dan kawan2 cukup menikmati payudara yanti yang bergoyang2 walaupun
tangan yanti tetap menutupi vaginanya. Kemudian Reni kembali memberi
perintah yanti untuk mendekat ke-tempat duduknya sehingga posisi
Vaginanya yang tertutp tangan kurang lebih pas di depan pandangan Reni.
Reni
memerintahkan yanti untuk menaruh tangannya kembali diatas kepala.
Sehingga aurat yanti terpampang jelas, yanti bisa mendengar dengan jelas
decak kagum Joni dan ke-2 kawannya yang mengomentari tubuhnya yang
tanpa tertutup oleh sehelai benangpun. Kata2 kotor terdengar dengan
jelas, Joni berkata kepada Reni, Sus gua rasa ini budak perlu dibikin
orgasme. yanti saat itu hanya bisa pasrah, muka yanti terasa panas saat
itu.
Reni kemudian mulai menyentuh dan memainkan vagina yanti yang
masih perawan dengan jari tangannya dengan sedikit memasuk2kan,
mengorek2 dan mengosok2kan jari tangannya ke vagina yanti, yanti hanya
bisa pasrah dan memeramkan matanya saja sambil merasakan berbagai macam
sensasi saat itu, vaginanya terasa sakit, perih dan geli, enak sementara
belasan pasang mata terus mengamati tubuh telanjang yanti yang tidak
berdaya, pandangan mereka terarah ke vagina yanti.
Reni kemudian
membentak buka mata elu gua mau melihat penderitaan elu dari mata elu.
yanti terpaksa membuka matanya merasakan vaginannya dipermainkan. Mereka
tertawa melihat mata yanti yang kadang berkedip2 dengan mulut terbuka
menahan rasa geli di vaginannya.
Setelah kurang lebih 4 menit,
vagina yanti sudah makin basah, Reni memerintahkan temannya untuk
mengambil vibrator dan meletakannya vibrator tersebut di vagina yanti,
yanti merasa sangat geli dan mulai merengah dan mengerang2, sekali2 Reni
mematikan vibratornya supaya efeknya makin lama, dan yanti bisa lebih
sadar bahwa semua orang memperhatikannya sehingga menambah perasaan
malunya, setelah kurang lebih 30 menit akhirnya yanti pun mencapai
puncak orgasmenya, cairan bening keluar membasahi vibrator. Reni dengan
sinis berkata enak luch yach gua bikin orgasme.
yanti merasa
sangat lemas dan malu karena ini pertama kalinya dia orgasme dengan
bertelanjang bulat di depan beberapa pasang mata yang menatapnya. Reni
dan kawan2 kemudian berkata kepada para pembantunya, gua naik dulu lapar
mao makan, tolong anak ini dimandiin dan setelah selesai suruh naik ke
atas ke ruang makan. yanti dalam keadaan telanjang bulat ditinggal
begitu saja dengan para pembantunya Reni. yanti berusaha menutupi
vaginanya dengan kedua tangannya, sementara para pembantu itu menarik
yanti kedekat selang air untuk disemprot dan dimandiin.
Para
pembantu yanti yang berjumlah 3 itu mulai menyemprot yanti dengan selang
air, kumudian mulai menyabuni tubuh yanti, yanti merasa sangat geli dan
aneh ketika tangan2 itu menyentuh tubuhnya untuk menyabuni rambut
kepalanya, lehernya, punggungnya, ketiaknya, perutnya, payudara,
betisnya, pahanya dan sela2 pahanya, tapi yanti tetap kekeh untuk
menutup vaginanya dengan ke-2 tangannya. Sementara itu para supir sudah
pergi melaksanakan tugas, hanya tukang kebun saja yang sembari
membersihkan kebun terus mencoba melirik kearah yanti yang sedang
dimandikan.
Setelah selesai, salah satu pembantu itu berkata mbak
yanti sudah ditunggu non Reni, mbak disuruh naik keatas. yanti terpaksa
berjalan kelantai atas dengan telanjang bulat dan basah, karena setelah
mandi dia tidak dikasih handuk, yanti mencoba berjalan dengan berat hati
ke lantai 2, berbagai macam perasaan marah, malu, terhina berkecamuk
dalam hatinya, belum lagi rumah Reni yang memakai AC central yang distel
cukup dingin.membuat yanti yang keletihan dan kedinginan itu beberapa
kali menggigil kedinginan. Sesampainya yanti di kamar makan, Reni dkk
ternyata baru selesai makan.
Begitu melihat yanti, Reni dkk
kembali menyeringgai dan kembali memperhatikan tubuh yanti yang
telanjang dan basah dengan pandangan merendahkan, yanti hanya bisa
berusaha tabah menghadapi cobaan ini. Lalu Reni berkata wah makanannya
sudah habis, supaya elu jangan sakit elu makan makanan sisa dari piring
gua aja dech, hayo kawan2 kumpulkan makanan sisa kalian jadi satu biar
yanti yang menghabiskannya. Mereka lalu memberikan satu piring makanan
sisa ke yanti dan meminta yanti untuk makan dilantai, Reni dan kawan2
nya kembali memperhatikan tubuh telanjang yanti yang sedang makan dengan
terpaksa.
Tiba2 bruno dan Blacky anjing herder Reni muncul,
melihat ada orang asing di rumahnya Bruno langsung menyalak dan
mengancam yanti, ternyata bruno dan Blacky tidak menggigit mereka hanya
menjilat2 tubuh yanti untuk berkenalan, anjing2 itu menjilati tubuh
yanti, payudara yanti dan juga vagina yanti, teman2 yanti tertawa
melihat yanti yang sedang telanjang bulat sangat ketakutan dan jatuh
bangun diterjang anjing2 itu, Reni berkali2 mengambil foto yanti ketika
ke-2 anjing itu menjilat2 vagina yanti.
Kemudian Reni dan kawan2
berunding keras2, habis ini kita bikin acara apa yach ? photo2 sudah,
acara lari bugil sudah, apa lagi yach yang bisa bikin yanti tambah malu ?
Kita botakin saja rambutnya ato cukur bulu kemaluanya kata Siska
menimpali. Ato kita undang teman2 sekelas kerumah elu Sus, kata Ria
memberikan usul, jangan2 kata Angel gua punya ide lebih baik, gimana
kalo ke-2 adik yanti saja si Rudy dan Dewi yang kita undang, dan kita
paksa mereka melihat tubuh telanjang kakaknya yang tercinta, supaya
mereka juga memandang rendah yanti.
yanti hanya bisa pasrah sambil
menggigil membayangi apa yang akan terjadi pada dirinya berikutnya.
Tapi ternyata kemudian tiba2 ibu Reni yang baru pulang arisan muncul
dengan 2 orang temannya, yang terpesona melihat seorang ceweq cantik
dalam keadaan tanpa busana, sedang dikerjain oleh anaknya. Ibu Reni
kemudian menegur Reni agar jangan mempermainkan yanti. Kemudian dengan
berlagak baik dia merangkul yanti sambil tidak lupa menjamah payundara
yanti, kemudian mereka menduduki yanti di sofa yang tetap dalam keadaan
telanjang.
Ibu Reni dan kawan2 mengajukan pertanyaan ke yanti,
sementara mata mereka dengan rakus dan senyum menyeringgai tetap
memandang tubuh terlanjang yanti, terutama vaginanya yang ditumbuhi oleh
rambut halus yang rapih sehingga bibir kemaluannya tampak samar2,
sehingga vagina yanti tampak sangat seksi. Setelah beberapa saat, ke-2
ibu ini yang ternyata ada bakat lesbian mulai aggresive mengerayangi
tubuh yanti.
Mula2 mereka berlagak akrab dengan menaruh tangan
mereka di paha yanti, kemudian memegang perut yanti, setelah itu tangan
mereka merayap naik ke atas menjamah payudara yanti. yanti terkejut,
karena dia mengira ibu Reni dan temannya bermaksud akan menolongnya, dia
tidak menyangka bahwa mereka mulai memainkan tubuhnya juga.
Untuk
mengalihkan perhatian yanti, Ibu Reni kemudian kembali menanyakan
beberapa pertanyaan, seperti apakah yanti pernah berhubungan sex, atau
pernah telanjang sebelumnya dan beberapa pertanyaan lain, yanti menjawab
tidak tapi ibu Reni mendikte dia untuk menjawab iya. Sementara yanti
berusaha berkonsentrasi menjawab pertanyaan ibu Reni, ke-2 ibu tadi
dengan leluasa memainkan payudara dan vagina yanti, Mereka menghisap
payudara yanti kemudian mengorek2 vagina yanti, ato sesekali mencabut
bulu kemaluannya yang membuat yanti kesakitan.
Setelah kurang
lebih lima menit tangan ibu tadi menempel dan mengorek2 kemaluannya,
yanti mulai merasakan suatu sensasi, perasaan geli dan nikmat di
vaginanya sehingga kelentit vaginanya dan puting susunya kembali
menegang, sehingga dia tidak mampu lagi menjawab pertanyaan2 ibu Reni,
sementara ke-2 wanita itu mengetahui bahwa yanti sudah sangat
terangsang, tambah cepat mengocok vagina yanti, para ibu tadi mengorek2
vagina yanti dan menjilati payudaranya, yanti hanya bisa terengah2
dengan disaksikan beberapa pasang mata, tidak lama kemudian cairan
lengket kembali menyemprot dari vagina yanti, yanti mencapai orgasme
ke-2 dengan diperhatikan oleh beberapa pasang mata. Setelah itu Reni
memperbolehkan yanti untuk pulang sambil berkata bahwa setelah hari ini
yanti akan jadi terkenal berkat foto-foto bugilnya.
TAMAT
Posted by : Bandar Poker Terpercaya