Posted by : Unknown
Minggu, 08 Juli 2018
Saya sudah 14 tahun menjadi janda. Saya membesarkan ketiga anak-anak
saya dengan tenaga saya sendiri. Saya harus harus pontang panting
mencari nafkah agar anak-anak saya bisa terus sekolah. Setelah lima
tahun saya sendiri, anak sulung saya Haris mulai bisa membantu saya di
pasar dan dua adik perempuannya harus pula kerja keras di rumah, walau
mereka masih kecil. Saya bangga pada anak sulung saya yang mau membantu
saya di pasar berjualan. Dia mau bekerja keras mengangkati barang-barang
pelanggan, seperti beras selalu dia pikul seberat 20kg.
Nilai
raportnya di sekolah cukup bagus dan kami senang padanya. Saya kira dia
adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya yang sudah janda.
Ketika ayahnya meninggal dunia dia masih kelas 5 SD dan adiknya yang
kecil belum sekolah. Saya dan ketiga anak-anak saya selalu tidur
sekamar.

Agen Judi Online - Terkadang saya membutuhkan Haris untuk mengambil air
panas, untuk menyeduh susu anak bungsu saya. Haris selalu saja kurang
tidur. Jika hujan, saya selalu mengeloni Haris untuk melepas rindu saya
pada bapaknya yang mriip sekali dengan wajahnya.
Saya menolak
setiap tawaran laki-laki yang mau menikahi saya. Terlebih jika laki-laki
itu tidak jelas, mau hidup menumpang pula dalam kehidupan saya yang
yang saya anggap sudah susah, sementara mereka menganggap saya orang
mampu karena memiliki dua kios peninggalan suami saya yang saya usahai
dengan gigih.
Haris memang suka kolokan. Malam-malam dia suka
membuka baju saya dan menyusu. Bila saya larang, dia selalu merengek.
Dia tidak malu menyusu di depan adik-adiknya. Lima tahun, dia terus
menyusu pada saya, walau sebenarnya air susu saya sudah tidak ada.
Sampai kelas 3 SMP, dia tidak bisa tidur kalau dia tidak menyusu.
Yang
terjadi pada saya, setiap kali di menyusu, terus terang saya selalu
nafsu, karena usia saya juga masih produktif. Terkadang, jika saya
butuh, saya malah sering menyodorkan tetek saya ke mulutnya, kemudian
tangan saya meraba-raba klitoris saya. Sampai akhirnya saya tertidur
pulas, setelah saya tiba pada puncak klimaks saya.
Terkadang,
Haris justru tertidur lebih dulu, sebelum saya tiba pada klimaks saya,
lalu saya memaksanya untuk kembali mengisap tetek saya. Jika dia tidak
mau, saya mengancam, kalau besok-besok saya tidak mengizinkannya menyusu
lagi.
Lima tahun dia terus menerus menyusu, sampai dia kelas 1
SMA. Semakin lama, cara menyusunya semakin membuat saya benar-benar
bernafsu. Dia selalu menyusu saat kami nonton TV, ketika adik-adiknya
sudah tidur, atau kalau dia ingin menyusu, dia tinggalkan kamar
tidurnya, lalu datang ke kamar kami dan langsung saja membuka baju saya
dan terus menyusu. Setelah puas menyusu, dia kembali ke kamar tidurnya.
Malam itu, 10 tahun lalu tidak demikian.
Kami nonton TV bareng,
sampai pukul 00.30, karena ada acara yang menarik. Sambil menonton, saya
menyodorkan tetek saya ke mulutnya, karena saya juga nafsu melihat
adegan dalam film yang kami tonton dengan menggunakan antena parabola,
dari Prancis.
Mungkin sebuah kesalahan bagi saya, saya membiarkan
tangan Haris menepis tangan saya, saat saya meraba klitoris saya. Tangan
Harislah yang menggantikan rabaan pada klitoris saya dan saya
menikmatinya. Saya berada di awang-awang rasanya, karena tangannya mampu
membuat saya terbang.
Saya pun sudah tidak duduk di sofa lagi,
melainkan saya sudah duduk di lantai yang beralaskan karpet. Saat itu
tanpa sadar, karena saya sudah demikian hampir tiba pada orgasme saya.
Saya tak ingat lagi bagaimana kejadiannya, tiba-tiba penis Haris sudah
masuk penuh kedalam memek saya. Saya mulai dipompanya dari atas dan saya
melayaninya, sampai saya orgasme dan memeluiknya dengan kuat. Saat itu
pula Haris melepaskan spermanya beberapa kali.
Lama kelamaan pelukan kami merenggang. Saat itulah saya sadar, kalau Haris masih berada di atas tubuh saya.
“Kenapa kamu perkosa Ibu? Kan aku ibu kandungmu?” kata saya setengah berteriak dalam bisik saya. Haris tak menjawab.
“Kenapa, Nak?” tanya saya lagi.
“Maafkan Haris Bu. Haris gak sengaja. Haris nafsu sekali. Sudah lama sekali Haris menginginkannya” katanya ketakutan.
“Tapi…” saya meneteskan air mata.
“Maafkan Haris Bu…”
Kami
pun diam. Saya turunkan kain sarung saya untuk menutup kemaluan saya.
Lalu saya mengambil celana dalam Haris dan memakaikannya. Saat saya
memakaikannya, saya masih melihat kemaluannya masih basah berlendir.
Saya
mematikan TV dan pergi meninggalkannya. Saya masuk ke kamar saya dan
dan saya kunci dari dalam. Saya lihat kedua putri saya tertidur dengan
pulas. Saya terus menangis, sampai kemudian saya tertidur pulas dan
bangun kesiangan. Saya terbangun setelah Haris menggedor kamar saya, dan
saya membuka pintu.
Begitu saya membuka pintu, Haris memeluk saya
dan memohon maaf atas kejadian tadi malam. Saya diam saja. Haris
mengikuti saya kemana saja sampai mulut saya mengeluarkan kata-kata
“Ya.. sudahlah”.
Beberapa hari kami tidak saling tegur sapa.
Sepulang dari sekolah dia langsung ke pasar membantu saya. Di pasar dia
mengganti pakaiannya. Begitu dia datang, saya langsung menyiapkan makan
siangnya, tanpa bicara apa-apa. Dia juga makan dalam diamnya dan bekerja
dalam diamnya, karena dia sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan
sebagai tugas tugas rutinnya.
Setelah sepuluh hari, dia memasuki
kamar saya dan membuka baju saya, lalu menyusu. Duh… batin saya. Haris
datang tepat waktu, saat saya demikian bernafsu malam itu. Tak bisa saya
tolak perbuatannya, karena entah kenapa saya benar-benar sangat
bernafsu.
“Jangan disini. Tunggu aku di kamarmu” bisik saya.
Haris
langsung keluar kamar. Saya pastikan kedua putri saya tertidur pulas,
saya pun mendatanginya ke kamar tidurnya. Langsung saya buka payudara
saya untuk saya sodorkan ke mulutnya. Haris justru memeluk saya dan
mencium bibir saya dan melumatnya. Saya refleks membalas lumatan
bibirnya dan kami saling melumat, dan semuanya berlangsung demikian
saja, dan saya sudah telanjang bulat.
Payudara saya menjadi
sasarannya dan memek saya dielus-elusnya, sampai basah. Dan… saya
merasakan memek saya sudah dipenuhi sebuah benda hangat. Kami saling
berpelukan lalu kami saling jilat, saling gigit dan segalanya, hingga
kami berdua tiba pada puncak kenikmatan kami. Lalu kami terkulai, sampai
kami dibangunkan oleh adzan subuh. Kami bersiap-siap memakai pakaian
kami dan saya segera kembali ke kamar saya.
Sebulan setelah itu,
saya ternyata tidak haid. Saat saya periksakan, hasilnya menyatakan saya
sudah hamil tiga minggu. Saya panik. Saya mendengar cerita-cerita
teman-teman dipasar, sampai saya mengatakan ada tetangga saya yang hamil
sudah tiga minggu, sementara suaminya sedang merantau.
Bagaimana
mengatasinya. Kasihan tetangga saya, ujar saya. Seorang teman mengajari
saya, agar saya membawa sang tetangga ke sebuah ahli jejamuan. Katanya
kalau belum lewat sebulan masih gampang di lunturkan. Nasihatnya saya
turuti, Malam saya minum jamunya, besok siangnya saya haid selama empat
hari.
Setelah saya laporkan pada teman saya bahwa nasihatnya itu
manjur, teman saya di pasar menganjurkan agar tetangga yang saya
ceritakan padanya memakai susuk KB pada seorang bidan yang dia kenal dan
laki-laki selingkuhannya itu memakai kondom, jadi aman, sebab keduanya
sudah saling menjaga.TAMAT

- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Anakku Minta Susu, Aku Nafsu Minta Dientot
