Posted by : Unknown
Jumat, 13 Juli 2018
Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam
kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan
pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak
dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu macet.
Setelah memarkir
mobil, aku bergegas amenuju ke kamarku dan kemudian langsung
menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu
kamar. Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh
ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari
suara yang sudah sangat aku kenal.
“Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Viona memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.
“Ini
gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil
tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.
Kuperhatikan
cewek yang disebut Viona sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku
menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”
“Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.
Sambil
membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh
setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok
namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.
“Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Viona kepada Lydia.
“Oh..”
Agen Judi Online - “Nah,
sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo
ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata
Viona sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Viona barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.
“Cantik juga sepupu Viona ini” pikirku dalam hati.
“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.
“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.
“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”
“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”
“Rencananya berapa lama di Jakarta?”
“Yah.. sekitar 2 minggu deh”
“Riko aku ke kamar Viona dulu yah, mau mandi juga ”
“Oke deh”
Sambil
tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung
Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Viona. Kutatap BH hitamnya yang
terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang
agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu.
Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan
hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.
“Ko, bangun dong”
Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Viona yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.
“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.
“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.
“Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”
“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”
“Aduh Viona.. kan bisa besok..”
“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”
Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Viona.
“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”
*****
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.
“Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.
“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar.
“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.
Terdengar
suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga
membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata
yang masuk adalah Lydia.
“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.
“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.
“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”
“Viona mana?” tanyaku lagi.
“Dari tadi udah tidur kok”
“Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”
“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”
“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Aku
tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan
mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di
samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat
melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model
tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan
rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang
sekarang berwarna krem muda.
“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”
“Bukan parfum, lotion gue kali”
“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.
“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.
“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”
“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong”
Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.
“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati.
“Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.
“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”
“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.
Tanpa
kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga
berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.
“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?”
Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.
Tanpa
pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan
matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam
mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar
ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin
bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.
Sambil
terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan
mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan
halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera
saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.
Setelah
menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya
sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan.
Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih
mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku.
Kuremas pelan dua susu montok nya yang besar namun sayang tidak begitu
kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.
Puting susu montok nya
yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting
mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin
terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah
tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya
yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot
bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta
gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku
tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.
Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.
“Jangan Riko!”
“Kenapa?”
“Jangan terlalu jauh.”
“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”
“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.
Kulihat dua susu montok nya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.
“Kasihan
ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku
sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik
celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia
meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian. Aku hanya diam ketika
dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran. Tetapi
ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok
penisku naik turun dengan irama yang teratur. Aku menyandarkan tubuhku
pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia
tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama
semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub
semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi,
tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku,
apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena
gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan
kiri dan kanannya.
“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.
Tanpa
menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan
tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susu
montok nya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku
yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan
napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok
penisku yang terjepit diantara dua susu montok nya yang kini ditahan
dengan menggunakan kedua tangannya. Kali ini seluruh urat-urat dan
sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih
besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.
“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..”
Tanganku
yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar
arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.
“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susu montok nya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
“Lyd.. aku keluar..”
Tanpa
bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur
keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku
lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang
nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk
membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil
tersenyum lagi dia bertanya
“Kamu seneng nggak”
Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.
“Jangan
bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Viona” katanya memperingatkanku
sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.
“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue”
Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.
“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.
“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.
Aku
memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu,
mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar
aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih
dari ini.
Posted by : Bandar Poker Terpercaya
- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Gesekan Nikmat Anuku Dikocok Payudara Teman
