Posted by : Unknown
Rabu, 04 Juli 2018
Sesudah menikah aku langsung mengikuti suami tinggal di Ibu Kota
Jakarta. Sebagai pegawai negeri sipil suamiku hanya bisa kontrak rumah
petak untuk tempat kita berteduh dan memiliki alamat untuk pulang.
Sangat beda rasanya rumah di kota asalku Salatiga dimana hubungan antar
manusia masih demikian kental dan saling manusia memanusiakan antara
satu terhadap yang lain. Sementara di Jakarta yang aku rasakan pertemuan
antar manusia semata-mata lebih didorong oleh adanya kebutuhan duniawi.
Hubungan akan berarti baik apabila seseorang bisa memberikan manfaat
dunia lebih besar dari yang lain.
Di Jakarta orang lebih berhitung
pada masalah jumlah dengan mengorbankan mutu. Kalau aku bisa memberi
lebih banyak dari yang lain berarti aku lebih baik dari yang lain, dan
pantas menerima sikap hormat yang lebih tinggi dari yang
lain.Demikianlah suamiku yang dosen Universitas Negeri yang notabene
pegawai negeri dengan embel-embel Ir. di depan namanya plus MM di
belakangnya tak mampu meraih penampilan dan nilai yang layak di tengah
masyarakat di sekitarku.
Agen Judi Online - Keluarga Mas Heri yang penjaga gudang di
daerah Cakung yang mengontrak petak di sebelah kananku rumahku lebih
memiliki nilai karena tampilan dunianya jauh lebih dari tampilan kita.
Itulah kenyataan metropolitan yang hingar bingar dan gegap gempita ini.
Kebutuhan MCK (mandi, cuci dan kakus) kita berhimpitan hanya dibatasi
oleh selembar gedek yang rawan bolong-bolong. Hanya sikap morallah yang
membatasi kita dalam arti yang lebih jauh. Bagi kita, khususnya bagi aku
dan Dik Nayma istri Mas Heri tetangga sebelah, sumur adalah
segala-galanya.Hampir 90% waktu kita habiskan di seputar sumur dan
MCK-nya itu.
Suami kita masing-masing sibuk dengan pekerjaannya.
Bedanya kalau suamiku, Mas Andre, seharian siang dia gag ada di rumah,
sementara kalau Dik Nayma seharian malamnya suaminya jaga gudang di
Cakung. Antara para suami kita praktis jarang jumpa berpapasan karena
waktu kesibukkannya yang terbalik. Sementara kita para istri juga
kesibukan melayani suaminya jatuh pada waktu yang berbeda pula.
Sebagai
istri muda, Dik Nayma baru keluar dari kamarnya menuju ke sumur baru
sekitar jam 11 siang. Tentu dia harus siap melayani berbagai kebutuhan
suaminya yang baru pulang setiap jam 6 pagi itu. Dan aku sendiri
sebagaimana yang lain bercengkerama dengan suamiku pada malam harinya
sepulang dari pekerjaannya. Kemungkinan penyimpangan hanya terjadi pada
saat-saat tertentu, misalnya salah satu dari pasangan di antara kita ada
yang sakit atau bepergian atau karena sebab yang lain. Suasana seperti
itu juga terjadi di keluarga tetangga sekitar kita.
Pada pagi hari
rata-rata sepi. Anak-anak mereka pergi kesekolah dan para suami hampir
seharian penuh mencari sandang pangan.Sudah 5 hari Dik Nayma pulang ke
desanya dengan maksud menjemput adiknya untuk diajak membantu di
Jakarta. Ku lihat Mas Heri menyiapkan sendiri segala kebutuhan
sehari-harinya yang mulai dia lakukan sekitar jam 10 atau 11 pagi,
seusai tidur sepulang jaga malam. Dia mencuci pakaiannya, membersihkan
rumah, mencuci perabot dapur dan sebagainya. Mau tak mau aku sering
berpapasan di seputar sumur yang memang kita pakai berdua keluarga.
Walaupun begitu kita jarang saling bicara. Aku lebih senang begitu. Aku
takut omongan tetangga yang gampang usil.
Mas Heri hampir seharian
selalu berpakaian minimum dengan alasan udara Jakarta yang panas. Tanpa
“ewuh pekewuh” dia selalu hanya bercelana pendek dan melepas bajunya.
Aku suka mencuri pandang.Postur badannya yang cukup tinggi nampak kekar
berotot, sesuatu hal yang memang diperlukan untuk tugas semacam penjaga
gudang dan semacamnya.Pagi itu aku sedang masak di dapurku yang sempit.
Panasnya udara Jakarta memaksa aku sendiri mondar-mandir di dapur dan
sumur hanya menggunakan kutang dan kain yang kuikatkan se-enaknya.
tiba-tiba Mas Heri muncul di pintu.Mbakyu Dasimah, aku mau minta tolong
sedikit, nih”, sambil terus nyelonong memasuki rumahku. Aku kaget, mau
apa dia. Kulihat wajahnya kemerahan dengan matanya yang seperti kucing
lapar melihat ikan asin menatap mataku. Aku merasakan sesuatu yang gag
begitu enak. Adakah yang sangat penting sehingga dia harus masuk ke
rumahku tanpa permisi lebih dahulu? Antara khawatir dan ingin menolong
tetangga aku bangun berdiri mengikuti langkahnya,Ada apa, Mas Heri?”,
aku melihat matanya yang semakin menakutkanku.
Jangan marah, ya
Mbak. Masalahnya aku bener-bener gag tahan, nih. Dik Nayma kan sudah 5
hari pulang kampung. Aa.. kkuu.., mm.. Sorry.., ya, mbak, tadi pagi saat
pulang jaga malam aku mendengar mbak dan Mas Andre masih ada di kamar
sedang asyik”.Deg, hatiku. Kenapa Mas Heri teganya ngomong begitu
padaku. Aku gag sempat berpikir lebih jauh saat dengan serta merta dia
meraih badanku dengan tangannya yang kuat membungkam mulutku kemudian
beringsut merebahkan aku ke kasur kamarku yang memang hanya terpisah
oleh dinding gedek dapurku.dengan sigapnya dia jejalkan gombal dari
kantongnya ke mulutku yang aku rasa sudah dia siapkan sebelumnya.
Kemudian dengan kekuatan ototnya ditelikungnya tanganku untuk dia
ikatkan ke ranjangku. Aku langsung dilanda ketakutan yang amat sangat.
Aku ingat suamiku, ingat sanak keluargaku. Mungkinkan Mas Heri mau
membunuhku? Tetapi justru ketakutanku itulah yang membuat aku lemas dan
langsung menyerah.mbak Dasimah gag usah takut, aku gag akan nyakitin
mbak, kok. Aku hanya perlu sebentar saja.
Aku sudah pengin bingit,
nih. Tadi pagi saat Mas Andre menyebadani mbak Dasimah aku ngintip dari
balik dinding”, dia berbisik dengan tajam ke telingaku untuk meyakinkan
bahwa aku gag akan disakitinya,Aku gag tahan, mbak, tolongin aku,
Mbak..”, dia langsung merangsek buah dadaku dengan buasnya. Aku melawan
karena hal semacam ini tak pernah sama sekali terbit dalam pikiranku dan
bayanganku.Aku gag tahan bener, mbak.. Tolongin aku, mbak..”, kini
ketiakku dia ruyaki sambil menyedoti dan menciumi habis-habisan.dengan
tanganku yang terikat sisa tenagaku sama sekali gag sebanding dengan
penjaga gudang berotot ini. dengan kasar penuh nafsu kain penutup
badanku dia tarik dan lepasi dengan mudahnya. Tangannya yang kasar dan
kokoh itu langsung mengelus-elusi pahaku. Kemudian dengan cepat juga
jari-jarinya menyeruak kekemaluanku. Aduh, gag pernah terpikir olehku
akan ada lelaki selain suamiku yang menyentuh barang kehormatanku ini.
Aku tak begitu saja bisa menerima kenyatan ini. Aku menangis pilu
walaupun hanya air mataku saja yang menampakkan tangisku.
Aku
menggeleng-gelengkan kepalaku sebagai tanda penolakanku akan perbuatan
Mas Heri ini. Aku anggap dia sudah berlaku sangat tak menghormati aku,
suamiku, keluargaku. Aku sangat takut akan aib yang akn menimpa
kita.Tetapi Mas Heri terus membisiki aku,Tenang mbak Dasimah, gag
apa-apa. Jangan takut, gag ada yang bakalan tahu. Hanya kita berdua saja
yang tahu. Aku berjanji untuk seumur hidupku hanya akan menjadi rahasia
kita berdua saja”.Benarkah? Penjaga gudang ini ternyata memang
lihay.Benar atau tak kata-katanya itu ternyata mampu memberikan aku
kesejukkan, setak-taknya melerai rasa takutku akan kemungkinan dia
melukai atau menyakiti badanmu. Seakan aku memiliki pilihan, melawan
dengan risiko dia akan bertindak brutal dengan menyakiti aku atau
menyerah pasrah dengan risiko aku harus mengikuti dan memenuhi
permintaannya. Dan menyadari akan keterbatasanku saat ini pilihan kedua
akan memberikan padaku keselamatan fisikku. Hal-hal lain soal nantilah,
yang penting aku selamat lebih dahulu.
Kini aku mulai merasakan
secara rinci apa yang sedang dan kemungkinan akan dia lakukan
padaku.Jari-jarinya yang terus menari-nari di kemaluanku terasa sangat
menggelikan saraf-saraf peka birahimu. Aku mulai merasakan kenikmatan.
Aku merasakan jari-jari Mas Heri sangat pintar membangkitkan kehausan
birahiku.Melihat aku bersikap menyerah dan pasrah dia semakin ganas
melumati ketiak yang kemudian melata bergeser ke leherku kemudian juga
ke tepian kupingku.mbak Dasimah, mbak sangat cantik sekali.Aku tadi pagi
mengintip mbak yang sedang digauli Mas Andre, oh, mbak.., aku gag tahan
melihat wajah mbak yang menggelinjang menerima kenikmatan dari Mas
Andre. Sekarang mbak mesti nyobain kenikmatan dari aku, ya,
mbak?”.Kemudian dengan pelan tetapi pasti Mas Heri membelah
selangkanganku. Dia menempatkan badannya tepat di antara selangkanganku.
Dan dengan sekejab aku merasakan sesuatu yang hangat panas
mendesak-desaki kemaluanku. Aku sudah tahu, itu kemaluannya.Rasa pasrah
dan menyerahku hanya memberikan aku satu pilihan, nikmatilah.
Dan
aku mencoba mencari kenikmatannya. Saat Mas Heri terus mendesakkan
kemaluannya dengan cara mendorong menaik-turunkan badannya memompakan
kemaluannya ke kemaluanku dengan refleks yang aku miliki aku
menjemputinya.Aku memutar-mutar bokongku kemudian menaik turunkannya
untuk menjemput kemaluannya. Aku merasa mulai gatal di lubang
kemaluanku. Aku merasakan mulai mengalirnya cairan birahiku. Dan itu
juga langsung diketahui oleh Mas Heri yang semakin cepat dan keras
mendesakkan kemaluannya ke kemaluanku.Dan tanpa ayal lagi, akhirnya
seluruh batangan kemaluan Mas Heri tenggelam dilahap kemaluanku.Hoohh..,
aku tak menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan yang sangat luar
biasa di pagi hari ini. Kemaluan Mas Heri yang berada dalam terkaman
kemaluanku keluar masuk menggelitiki dinding-dinding peka kemaluanku.
Aku menggelinjang, mendesah dan merintih lirih.Aku ikut memompa
mengimbamgi pompaan Mas Heri.Mas Heri menatapku sesaat sementara
kemaluannya terus memompa kemaluanku.
Kemudian dia lepaskan sumpal
mulutku untuk selanjutnya dia daratkan bibirnya ke bibirku. Kita saling
melumat. Aku merasa sangat kehausan.Lepas dari sumpal itu sungguh
melegakan. Dan kini sikapku adalah ingin memberikan sepenuhnya kepuasan
kepada Mas Heri. Aku sudah memasuki gerbang nafsuku sendiri. Aku juga
ingin meraih madunya paksaan dan pemerkosaan dia atasku. Aku melumat
habis-habisan mulutnya.Aku hisap-hisap lidahnya, aku sedoti ludahnya.
Aku mengerang dan meracau.Mas Heri, Sorryin aku, ya.., aku tadi takut
bingit.., Mas Heri, uuhh.. Kemaluanmu ennaakk bingit.. Mas Heri, Sorryin
mbak Dasimah, ya.. Mas Tondii.. teruszzhh.. ennhhaakk bingitt..”, dan
Heri terus memompakan kemaluannya ke kemaluanku dengan mantab sekali.
Kita sudah meraih irama persanggamaan bersama. Kita sedang mengejar
kepuasan puncak dari persanggamaan ini.Akhirnya tali yang mengikat
tangankupun dilepaskannya. Kini tak ada lagi pemerkosaan. yang ada
adalah kesepakatan bersama untuk meraih puncak nikmat birahi.
Keringat
mulai membanjir dari badan-badan kita. Mas Heri menggenjot dan aku
menjemput. Kakiku kunaikkan ke pundaknya hingga kemaluan Mas Heri terasa
mentok menyentuh rahimku. Nikmat yang kurasakan sungguh luar biasa.Dari
penyebab awalnya dimana norma sopan dan adab tak lagi dijadikan batasan
membuat aku juga bisa berlaku saenakku, kini kurenggut kepala Mas Heri.
Kudekatkan ke wajahku dan kuenyoti bibirnya sambil kujambaki rambutnya.
Kemaluanku yang gatalnya semakin gag ketulungan membuat aku jadi buas,
binal dan liar tak sebagaimana saat aku bersanggama dengan suamiku
selama ini.Aku menggelinjang-gelinjang dengan sangat hebatnya. Aku
berteriak histeris tertahan sebagai wujud pelampiasan nafsu birahiku
yang tak terkendali ini. Aku ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku
berguling.dengan rambutku yang sudah lepas terurai dari ikatannya dan
dengan keringat yang semakin membasah mengucur dari badanku aku tumpakin
badan Mas Heri. Aku desakkan habis-habisan kemaluanku ke kemaluannya
untuk menggaruk lebih keras kegatalan di dalamnya. Aku sangat gelisah
dan resah menunggu hadirnya orgasmeku.
Setiap kali aku mendongak
dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris.
Tangan-tanganku mencekal gumpalan dada Mas Heri hingga kuku-kukuku
menancap dalam ke dagingnya. Rasa gatal yang sangat mendesaki
kemaluanku, aku tahu bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah
ruah. Aku sudah demikian lupa diriku.
Akhirnya kita sama-sama
mencapai kepuasan puncak kita. Cairan hangat yang menyemprot dari
kemaluan Mas Heri ke dalam kemaluanku langsung disambut dengan muntahan
berlimpah cairan birahi kemaluanku. Aku langsung tersungkur sementara
kedutan-kedutan kemaluan Mas Heri belum sepenuhnya usai. Aku masih
melamun dalam penyesalan saat Mas Heri bangkit dari ranjangku. Dia
mencium keningku dan berlalu. Kudengar bisikan terima kasih dari
bibirnya. Saat aku ingin sekali lagi menangkap untuk mengecupnya dia
sudah hilang di balik pintu.
Siang itu aku tak masak. Rasa penat
disekujur badanku membuat aku bermalasan sepanjang hari itu. Saat Mas
Andre pulang kulihat dia membawa bungkusan plastik di tangannya. Dia
membawa mie goreng dan fuyunghai kesukaanku. Seakan aku melupakan apa
yang sudah terjadi siang tadi kini aku duduk makan bersama suamiku
dengan perasaan penuh galau. Pada Mas Andre aku sampaikan keinginanku
untuk beberapa waktu aku pulang mudik. Aku bilang sudah kangen sama
sanak famili di Salatiga. Mas Andre menatap aku, menatap mataku. Dia
berusaha membaca relung hatiku. Dia setuju aku pulang.Dia menyadari
bahwa aku masih dalam proses adaptasi dalam menyelami kehidupan Jakarta.
Dia
akan menjemputku saat kembali ke Jakarta nanti.Rupanya permintaanku
pulang dia sambut dengan sebuah rencana yang memberikan kejutan bagiku.
Sesudah barang tiga minggu dengan penuh rindu aku menunggu jemputan Mas
Andre, dia menelponku. Dia bilang bahwa tak bisa datang menjemputku
karena kesibukkan di kampusnya. Tetapi dia sudah mengirimkan 5 lembar
tiket Garuda yang bisa aku ambil di kantor Garuda Semarang. Dia minta
supaya aku mengajak serta kedua orang tuaku dan 2 orang adikku yang
sedang liburan sekolah.
Sesuai dengan hari yang ditetapkan Mas
Andre menjemputku di bandara Sukarno Hatta dengan sebuah Kijang baru.
Aku heran ternyata Mas Andre bisa menyopir mobil sendiri.Dan kejutan
yang paling hebat dari Mas Andre adalah saat mobil Kijang ini tak
meluncur ke rumah yang kukenal sebagai rumah kita selama ini. Melalui
jalan tol Jagorawi Mas Andre membawa mobilnya ke kompleks perumahan
dosen di Cibubur. Kita memasuki rumah baru kita yang besar dan luas.
Segala barang-barang dari rumah lama sudah dipindahkan seluruhnya ke
rumah baru ini.
Aku melihat bagaimana orang tuaku dan adik-adikku
menyambut gembira atas limpahan rejeki dan rahmat kepada kita. Di depan
mereka Mas Andre merangkul aku dan mencium pipiku yang kusambut dengan
sepenuh hangat hatiku. Aku membulatkan tekadku untuk sepenuhnya mengabdi
dan mendukung segala usaha dan karier Mas Andre suamiku.TAMAT

- Home>
- Agen , Agen Bandar Poker , Agen Judi Ceme Terpercaya , Agen Judi Online , Agen Judi Poker , Agen Judi Terbaik , Agen Judi Termantap , Agen judi terpercaya , Agen Poker Online , Agen Poker Terbaik >
- Aku Diperkosa Tetangga Saat Lagi Masak Didapur
